♡47

255 58 10
                                    

☆☆

Esok pagi. Cuaca nampak berkabut. Tidak hujan, juga tidak cerah. Beberapa tas dan karung berisi barang-barang, telah ditaruh di depan rumah panggung itu. Di depan, Aji, Rokayah, Yasmine telah siap, menunggu Ratna yang sedang mengunci pintu rumah.

Selesai.
Ratna turun dari bale-bale. Menghela nafas, menatap rumah itu untuk terakhir kalinya. Lalu menyerahkan kunci itu pada Aji.

Tadi subuh, dia dan Rokayah berdiskusi. Bahwa, setelah kejadian kemarin, rasanya tidak akan nyaman untuk menetap di rumah ini lagi. Rumah keluarga Saep. Mereka berdua mencoba berpikir, akan kemana mereka selanjutnya untuk ikut tinggal sementara. Mereka tidak memiliki uang jika harus membeli rumah sekaligus tanah. Dan Rokayah teringat, dia memiliki saudara di kampung lain. Tapi jauh sekali. Berbeda daerah. Setelah berdiskusi panjang dan juga menanyakan pendapat Yasmine, akhirnya mereka yakin memutuskan akan pergi ke daerah itu.
Beberapa barang yang dapat mereka bawa, telah terkemas dalam satu karung kecil yang diangkut Aji. Ratna membawa tas besar Yasmine, Rokayah menggendong buntalan kain berisi pakaian nya dan Ratna, Yasmine membawa tas lain miliknya juga tas berisi bekal makan untuk di perjalanan nanti.
Kaki mereka melangkah berjalan pergi meninggalkan rumah. Melalui kebun warga, dan bukit. Sampai di jalan besar, mereka berhenti, menunggu delman yang hendak lewat. Cukup jauh dari rumah, mereka saja sampai sudah berkeringat.
Teringat kejadian kemarin, terbesit pertanyaan di benak Ratna pada si sahabat.
"Aji,"

"Hm?"

"Mm.. Maneh teu masalah kuring jeung Yasmine..?"
( Mm.. Kamu tidak masalah saya sama Yasmine..? )
Jantung Ratna berdegup kencang menanyakan hal itu. Cukup tegang rasanya.

"Kuring mah samemeh na ge geus sadar. Ngan api-api teu ngarti we. Kuring ge ngahargaan pilihan maneh jeung pilihan non Yasmine."
( Saya mah sebelumnya juga sudah sadar. Cuma pura-pura tidak ngerti saja. Saya menghargai pilihan kamu dan pilihan non Yasmine. ) jawab Aji santai.
Memunculkan keterkejutan dari Ratna.

Tatapan Ratna begitu dalam pada sang sahabat. Dia terharu bukan main. Aji yang paling muda diantara persahabatan nya, ternyata sudah dewasa dan bijak.
"Serius?" tanya nya masih tidak menyangka.

Aji menepuk pelan pundak Ratna. Senyum tenang nya seolah orang yang lebih tua dari gadis itu. "Aranjeuna saling mikaasih jeung saling ngajaga, nya..!"
( Kalian saling menyayangi dan saling menjaga, ya..! )

Ratna mengangguk. Memeluk haru nan bangga sang sahabat.
"Hatur nuhun pisan, Aji."
( Terimakasih banyak, Aji )

Rasanya Aji ingin menitikkan air mata. Apalagi mengingat hari ini mereka akan berpisah jauh. Tapi dia malu jika menangis didepan orang lain. Maka dia tahan sebisa mungkin walau matanya tetap basah. Dia peluk erat Ratna.

Yasmine turut mengucapkan, "Aji, sekali lagi terimakasih banyak ya telah menolong ku. Juga kebaikan mu pada kami."

"Sama-sama, non. Non jaga diri baik-baik.."

"Hu'um.."
Sebuah gantungan tas berbentuk kepala kucing berwarna emas, Yasmine lepas dari tas nya, lalu menyerahkannya pada tangan Aji.
"Simpan ini sebagai kenang-kenangan!"

"Serius, non?" Aji cukup kaget dan berpikir benda itu terlalu bagus untuknya.

"Iya. Jaga dirimu juga.."

"Hhe.. Baik, non. Terimakasih.. Akan saya jaga."

Semua perhatian sempat teralihkan pada suara ketukan sepatu kuda dari delman yang telah terlihat mendekat. Ratna pun melambaikan tangan nya pada sang kusir delman.

Giliran Rokayah memeluk Aji sejenak sebelum berangkat pergi.
"Jaga diri nya, Aji.. Hatur nuhun pisan atos bageur ka urang."
( Jaga diri ya, Aji.. Terimakasih banyak sudah baik pada kami )

Something [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang