☆☆
Petang hari itu, mobil tuan Lissone telah sampai di halaman rumah, bersama mang Jaja yang tampak telah keluar, membukakan pintu untuk sang tuan.
Tuan Lissone dengan wajah lelah nya setelah seharian disibukkan mengurus perusahaan milik ibu mertua dan mendapat kabar perusahaan pabrik kain nya di Bandung semakin kritis. Kata sang adik, penguasa Jepang sedang berusaha mengambil alih perusahaan nya.
Kakinya melangkah menuju teras rumah. Lalu dia berhenti sejenak, memandangi salahsatu tanaman hiasan di salahsatu pot besar berwarna putih dari semen. Bung-bunga mungil berwarna merah saga yang bergerombol dalam satu tangkai. Namanya bunga Asoka Holland ( Belanda ).Tuan Lissone tersenyum. Bunga itu merupakan pemberian ibunya yang dibawa sang adik dari Belanda, lima tahun yang lalu. Senyuman tuan Lissone masih mengembang manis. Rasa lelah nya seolah telah menguap berkurang setelah melihat bunga kesayangan nya yang tampak sangat terawat. Tampak sangat segar, rapih, dan begitu menawan hati. Hatinya merasa sangat senang.
"Jaja, siapa yang selalu merawat bunga ini?" tanya nya pada mang Jaja.
"Setau saya.. Ratna, tuan." jawab mang Jaja apa adanya.
Satu alis ayah Yasmine itu terangkat naik ke atas.
'Ratna?'
Dia baru ingat jika tukang kebun rumah ini sekarang adalah Ratna. Pandangannya menengok ke sebelah timur halaman. Terlihat Ratna yang masih berkelakar dengan tugas nya menyirami tanaman. Seseorang yang hampir tidak dia setujui kehadiran nya di rumah ini.
Sewaktu masih menetap di Bandung, tuan Lissone yang pribadi idealis ini terbilang bawel mengomentari tukang kebun rumah jika menemukan tanaman bunga kesayangan nya itu terlihat sedikit kurang terawat, apalagi jika tidak rapih sampai mengenai pot nya sekaligus. Begitu juga ketika telah pindah ke rumah ini, pak Ujang, tukang kebun sebelum Ratna, juga terkadang mendapat omelan atas hasil kerja nya. Tetapi pak Ujang berhenti bekerja bukan karena omelan ayah Yasmine, melainkan karena istrinya sakit parah, jadi dia ingin pulang kampung ke daerah Ciamis untuk merawat sang istri.
Jujur, hati kecil tuan Lissone merasa tidak bisa mengelak jika dia kagum dengan hasil kerja Ratna. Dan ketika Ratna ternyata menemukan dirinya yang masih memperhatikannya, lalu gadis itu tersenyum menyapa, tuan Lissone segera memasang wajah tegas khas nya. Kemudian balik badan untuk menaiki anak tangga."Tuan Lissone kenapa..?" gumam Ratna heran.
Pintu rumah telah dibukakan oleh mang Jaja, mempersilahkan tuan nya masuk.
"Daddy.." sapa Yasmine yang muncul dari ruang tengah rumah. Dia sedikit lari untuk menghampiri, lalu mencium tangan sang ayah.
Tuan Lissone bengong atas aksi sang anak. Baru pulang kerja Yasmine menyambut nya dengan mencium kilat tangan kanan nya. Dia tidak paham.
"Wat ben je aan het doen?"
( Apa yang kamu lakukan? )Yasmine menjawab, "Itu tanda penghormatan anak pada orangtua, yang aku tau dari Ratna. Anak-anak pribumi terbiasa melakukan itu pada orangtua mereka. Aku pikir, itu tidak ada salahnya jika aku melakukannya juga pada mami, daddy, dan nenek, sebagai tanda penghormatan ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Something [END]
General FictionYou're a sunday morning kind of beauty Hindia Belanda, Jawa Barat, Tasikmalaya. 1943. Tidak ada yang tau, jika seekor kucing liar hadir, menjembatani mereka berdua pada suatu takdir. Sesuatu diantara dia & dia, sesuatu diantara mereka & kehidupan. Y...