☆☆
"Baik, mamah.."
Sebenarnya, nona Zhao sempat terpikir untuk membahas sesuatu diantara Yasmine dan Ratna yang membuat pikirannya keheranan, curiga. Akan tetapi, dia masih bingung bagaimana membicarakannya. Karena pikirnya, sang ibu pasti akan segera menduga dirinya terlalu berlebihan posesif pada Yasmine. Namun, dia pikir, tak apa.. barangkali nanti ibunya akan mengerti niat baik dirinya dan sang suami sebagai orangtua.
Maka niat rencana nya mendekatkan Yasmine dengan Andrew pun semakin kuat.Andrew merasa puas sekali karena seharian ini Yasmine bersamanya. Seperti malam ini, di tengah menikmati makan malam, dengan semangat dia menceritakan perasaan senang nya pada keluarga nyonya Fen. Dari pagi hari membaca buku sambil mengobrol, lalu siang hari mendengarkan musik dari piringan hitam koleksi keluarga nyonya Fen, dan sore hari mereka jalan-jalan di pekarangan rumah. Tentu saja nona Zhao dan tuan Lissone berdecak gembira oleh mendengar itu. Berbeda dengan nyonya Fen yang tampak biasa-biasa saja, melirik Yasmine bersama perasaan khawatir. Pasalnya, dia dapat melihat sesuatu tidak nyaman dalam diri sang cucu dari balik senyum nya pada kedua orangtua.
Seusai makan malam, Yasmine mengantar sang nenek ke kamar. Pelan-pelan dia menuntun nyonya Fen menuju kasur. Lalu membantu melepaskan sendal nya.
"Sepertinya nenek kecapean setelah kemarin sangat sibuk mempersiapkan perayaan Imlek." ungkap Yasmine.
"Nenek pikir juga begitu,"
"Besok kita panggil dokter ya, nek.."
Kepala nyonya Fen mengangguk disertai senyuman hangat di bibir. Dia pegang tangan cucu nya.
"Yasmine.. Nenek harap, kamu tumbuh menjadi pribadi yang berani memperjuangkan hak mu. Cita-cita mu, impian mu, kebahagiaan mu. Meski itu harus berhadapan dengan kedua orangtua mu, kamu harus bisa mengungkapkannya! Karena nenek percaya kamu pasti mampu melakukan itu."Sempat terdiam, Yasmine pun bertanya, "Apapun itu, nenek?"
"Ya. Apapun itu.. Tanpa kamu mengurangi rasa hormat mu pada mereka berdua, sayang. Kamu sangat berhak atas hidup mu sendiri."
Tercipta perasaan haru di hati sang cucu. Bibir Yasmine mengulas senyuman manis. Dia peluk nyonya Fen.
Di ruang tengah, tuan Lissone, nona Zhao, dan Andrew berbincang-bincang membahas masa sekolah Andrew yang pernah menempuh pendidikan empat tahun di Belanda, sebelum dia kembali ke Hindia Belanda dua tahun yang lalu. Pasangan suami-istri itu nampak terkagum-kagum mendengar pengalaman prestasi Andrew, baik semasa sekolah disini maupun semasa di Belanda. Tidak hanya itu, dengan bangga Andrew juga membicarakan perihal gaji dari perusahaan sang ayah, perihal kelas sosial pertemanannya, dan warisan keluarga Fergusson yang sebagian telah dia dapatkan.
"Pemuda yang luar biasa!" puji tuan Lissone.
Nona Zhao menimpali, "Tuan Fergusson dan Mrs. Elena pasti sangat bangga pada putra sulung nya ini.. Sudah sangat mandiri!"
Bibir Andrew tersenyum malu bercampur bangga. "Maka dari itu, saya pikir.. saya sudah siap menikah muda dalam waktu dekat. Entah itu tahun depan, atau dua tahun kemudian."
"Pasti banyak gadis yang menginginkan mu," kagum nona Zhao.
"Itu hal yang sudah biasa-biasa saja bagi saya. Karena, saya rasa telah ada seorang gadis yang mampu menyingkirkan mereka."
Nona Zhao dan tuan Lissone saling melirik, lalu tersenyum kecil.
"Siapa gadis beruntung itu..?" tanya tuan Lissone.
Andrew menjawab, "Dia adalah-"
Pada saat itu juga, Yasmine muncul dari arah koridor kamar nyonya Fen, hendak melewati tuang tengah. Membuat perhatian Andrew teralihkan pada Yasmine. Kemudian tersenyum sendiri. Menyaksikan itu pun, tuan Lissone dan nona Zhao menjadi semakin yakin. Lagi-lagi mereka tersenyum senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something [END]
Aktuelle LiteraturYou're a sunday morning kind of beauty Hindia Belanda, Jawa Barat, Tasikmalaya. 1943. Tidak ada yang tau, jika seekor kucing liar hadir, menjembatani mereka berdua pada suatu takdir. Sesuatu diantara dia & dia, sesuatu diantara mereka & kehidupan. Y...