♡39

281 59 15
                                    

☆☆

Sembari menggulung selang air bekas dipakai nya menyiram tanaman, pandangan Ratna masih betah tertuju pada langit malam yang nampak meriah bertaburan bintang di sekeliling rembulan.

Di teras depan rumah, langkah Yasmine sempat terhenti kala Andrew muncul mencoba menghalangi dirinya.
"Yasmine! Aku sangat perlu bicara dengan mu. Ku mohon.. Hampa sekali jika sehari saja aku tidak bicara bersamamu.."

Tidak ada tanggapan. Yasmine lanjut melangkah pergi dari hadapan. Membuat Andrew yang sempat tertegun, akhirnya berusaha berlari meski enggan.
Ketika mendapati Yasmine justru menghampiri Ratna, emosi Andrew semakin tersulut. Dia masih dendam pada gadis itu. Kakinya pun melangkah cepat, lalu meraih pergelangan tangan Yasmine. Hingga Yasmine sempat memekik kaget dan cukup kesakitan oleh cengkeraman keras nya.

"Lepas!" pinta Yasmine lantang.
Menyebabkan Ratna terkejut dan menghampiri nya.

Namun Andrew menolak. "Tidak! Sebelum kamu mau berbicara dengan ku!"

Sungguh, Yasmine takut dengan raut wajah pemuda itu yang bagi nya tampak bengis.

"Lepaskan!" ujar Ratna menghadang Andrew.

"Jangan ikut campur!"
Cengkeraman nya semakin kencang.

Melihat Yasmine meringis, tanpa segan Ratna hempaskan tangan Andrew dari kekasih nya.
"Jika anda terus mengganggu non Yasmine, saya akan segera melapor pada tuan Lissone tentang kejadian ini!" tutur nya kemudian yang membuat Andrew muak namun juga tidak tau harus berbuat apa. Selain terpaksa harus pergi.

Langsung peluk pinggang Ratna. Dan dapat Ratna lihat ketakutan tersirat di wajah si kekasih. Dia elus pergelangan tangan kanan Yasmine yang terlihat memerah. Jejak cengkeraman Andrew. Hati Ratna panas.

"Dia mengerikan!" lirih Yasmine. Lagi-lagi dia tidak menyangka hal itu pada seorang Andrew.

Melihat wajah sendu Yasmine, hati Ratna seolah luluh kembali. Dia kecup pergelangan tangan Yasmine.
"Tangan kekasih saya tidak boleh terluka." ucapnya kemudian, yang menyebabkan hati Yasmine berbunga-bunga.

Cahaya terang lampu menerangi ruang keluarga menjadi tampak begitu hangat. Terlihat tuan Lissone sedang membaca buku sendirian di sana. Karena sang istri sedang bersama mertua nya.
Melihat kemunculan Andrew, tuan Lissone menyapa, "Andrew, ada apa?"
Pasalnya, dia menemukan raut wajah pemuda itu sedang tidak bersahabat.

Menampilkan senyuman tenang, adalah jalan terbaik. Pikir Andrew, yang berpikir tidak mungkin jika dia harus menceritakan kekesalannya pada Yasmine, tentunya juga Ratna. Citra nya sebagai pemuda yang dewasa, baik, tidak boleh rusak begitu saja. Apalagi dia teringat percakapan Yasmine dan orangtua nya tadi di meja makan saat makan malam bersama.

"Daddy, bagaimana jika manusia dengan sengaja membunuh hewan? Seperti kucing?" tanya Yasmine di tengah kegiatan makan. Sontak Andrew tercekat kaget.

Tuan Lissone menjawab, "Siapapun terserah jika tidak menyukai hewan. Tapi, jika sampai begitu tega membunuh hewan, bagi daddy itu tidak seharusnya dilakukan."

"Iya.." timpal nona Zhao.
"Kita harus menghargai nyawa hewan. Tidak boleh jahat."

Menohok sekali bagi Andrew yang mendengarkannya. Diam-diam menjadi tegang. Berharap Yasmine tidak sampai menceritakan si kucing abu yang telah mati dia racuni.
Sementara itu, Yasmine merasakan puas dalam hati.

Pikir Andrew, tuan Lissone pasti akan menggali masalahnya dengan Yasmine, jika dia memberitahu bahwa seharian ini dia diabaikan oleh anaknya.
Oh, tidak.. jangan sampai keluarga nyonya Fen tau dia telah menghilangkan nyawa abu.

Something [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang