_
_
_
_
_"Kamu turun dulu, booking seluruh restonya agar gak ada orang lain masuk, aku gak mau digangu saat makan." uga kembali berguman, "sisombong ini benar-benar menguji kesabaranku".
Mau tak mau Suga harus tetap mengikutinya.
Menemui manager resto untuk meminta nya menutup sementara selagi Jimin makan disana.Hanya mereka berdua yang dilayani di dalam resto itu.
Jimin memesan sangat banyak makanan, sedangkan Suga hanya terpaku melihatnya.
Suga berfikir masuk akal juga kenapa dia seperti kalap memesan makanan, mungkin ini kesempatan yang langka buatnya bisa makan sepuasnya tanpa diatur.
Jimin makan dengan lahap seperti orang yang kesetanan, tidak mungkin ada orang yang selapar itu.
Lagi-lagi menarik perhatian Suga, Jimin yang diam aja tidak ada ekspresi senang atau ekspresi lapar, tapi dia makan, ketika serius menunduk makan, tiba-tiba Suga melihat Jimin sedang menghapus air matanya.
Entah apa yang membuat dia sedih.
Untuk keberapa kalinya Suga melihat Jimin menangis.Sampai akhirnya Suga menyadari, cara makan Jimin bukanlah cara makan orang yang sedang lapar.
Dia makan lagi dan lagi, semua isi meja berpindah keperutnya, wajah nya tidak menunjukkan apa yang dia makan itu enak atau tidak tapi dia tetap mengunyah dengan cepat dan terburu-buru.
Suga menghentikan makan nya dan hanya menghabiskan waktu meneliti Jimin dengan keheranan,
Jimin bahkan tak sadar kalau kedua mata Suga mengawasinya, dia seperti tidak peduli.
Jimin tersedak, dia memukul mukul dadanya yang seperti sesak, lalu dia berlari ke toilet.
Suga mengikutinya, mendapati Jimin sedang memuntahkan kembali isi perutnya yang terlalu penuh.
Jimin membungkuk di washtafel berusaha memuntahkan makanan dimulutnya,
Suga bersidekap dibelakangnya mengawasi.
Lama-lama Suga tak tahan melihat pemandangan itu, Jimin yang terus berusaha mengikuti ransangan dari dalam perutnya yang kepenuhan.
Suga memukul mukul punggung Jimin untuk membantunya memuntahkan isi perutnya itu.
Sampai akhirnya ransangan untuk muntahnya reda, Jimin kumur-kumur dan Suga juga menghentikan gerakan tangannya dipunggung Jimin.
Mereka kembali kemeja makan, Jimin duduk dan seperti memulai untuk makan lagi.
Suga langsung menahan tangan nya, mencengkran dengan erat.
"Udah. Ayo pulang". Tegas Suga
"Aku masih lapar." Jawab Jimin dingin.
Suga menarik tangan Jimin dengan keras.
"Pulang !!!". Suara Suga seperti perintah.
"Aku yang atur,. Kamu jangan lancang". Wajah sinis dan angkuh tergambar diwajah Jimin.
Suga tidak pedulikan apa yang diucapkan Jimin dan tetap menyeretnya untuk membawanya pulang.
Suga mengabaikan umpatan Jimin selama diperjalanan, sampai akhirnya mereka tiba dirumah Jimin.
.
.
.Setelah mandi dan beristirahat sejenak, Suga keluar hendak mengunjugi Yoongi dirumah sakit.
Karna melihat pintu kamar Jimin tertutup, jadi Suga pergi saja tanpa memberi tahu Jimin.
Mengelap tubuh Yoongi yang masih terbaring, tak ada perkembangan walaupun sudah sebulan dia dirawat.
"Yoongia, apa kau tak rindu oppa?. Bagunlah, oppa sangat merindukan suara tawamu".
Suga tertunduk, setetes air mata yang berusaha ditahan nya tetap jatuh.
Suga sengaja berlama-lama, setelah malam baru dia kembali kerumah Jimin. Tempat yang tak pernah dia inginkan, setelah melihat kondisi Yoongi, perasaan kesal pada Jimin kembali menguasai benaknya.
Suga menaiki tangga menuju kamarnya, melihat pintu kamar Jimin terbuka.
Ada benerapa maid didalamnya, ada dokter juga sedang memeriksa Jimin, dan ada Taehyung yang sedang berpangku tangan dengan wajah khawatir.Melihat situasinya serius Suga memasuki kamar itu.
Semua mata tertuju pada nya,
Wajah Jimin yang seperti menahan sakit, merengek manja padanya, "kamu kemana aja ?" Tanya Jimin menahan sakit memegani perutnya."Kenapa ?" Tanya Suga yang bingung, karna tadi meninggalkan Jimin dalam keadaan baik-baik aja.
Setelah mendengar penjelasan dokter
Suga langsung faham situasinya, wajar saja Jimin sakit perut karna makan terlalu banyak tadi.Dokter memberi obat lalu berpamitan.
Jimin meraih tangan Suga dan bertumpu menahan sakit pada lengan Suga.
Taehyung yang langsung berlari kerumah Jimin mendengar suara Jimin menahan sakit ketia dia telpon,
Tapi kekhawatiran Taehyung dibalas dengan pemandangan Jimin yang bergelayut manja pada Suga.
"Kamu membawanya tinggal dirumah? " tanya Taehyung emosi.
"Dia memang tinggal disini" jawab Jimin yang masih meringis menahan sakit dibagian perutnya.
"Jiminaaa.." suara Taehyung berat dan merapatkan gerahamnya.
Suga benar-benar tak faham dengan apa yang terjadi dengan kedua orang itu.
Jimin yang tidak berenti memukulnya sambil mengumpat dimobil tadi karna dipaksa pulang, sekarang tiba-tiba bergelayut manja padanya.
Suga sudah tidak kaget lagi dengan sikap Jimin yang berubah-rubah, tapi caranya yang merengek manja sekarang terlihat seperti tidak normal.
Dan Taehyung yang sangat emosi,
ada apa?, bukan kah mereka sahabat yang membuat sedunia iri dengan keakraban mereka.Suga yang biasa tak pernah ingin terlibat dengan masalah orang lain, tapi semenjak bertemu Jimin, otaknya terus berfikir keras tentang Jimin, yang jelas-jelas adalah orang lain dalam hidupnya.
"Bisa tinggalkan kami berdua sebentar" minta Taehyung pada Suga.
"Apapun yang ingin kamu bicarakan, ngomong aja, biarin Suga disini." Cegah Jimin
Taehyung makin tersulut emosi. Jimin terus memprovokasinya.
"Aku hanya ingin bicara denganmu". Tegasnya.
_
_
_
_
_
_
_
_
_--- to be continued ---
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER [YOONMIN] || END
FanfictionSuga tak tau haruskah mengutuk ketololan Yoongi adiknya, ataukah Park Jimin yang tak bisa menjaga perilakunya.