_
_
_
_
_Suga melihat Tahyung dibawah hendak menaiki tangga, dan untung saja Jimin membelakangi tangga.
Suga memamfaatkan kesempatan itu, memiringkan wajah, sedikit membungkuk dan melumat bibir Jimin. Mata Suga dan mata Taehyung beradu.
Langkah Taehyung terhenti. Seketika predikat pria tertampan didunia nya seolah tak berharga didepan seorang pelatih Min Suga.
Alih alih larut dalam keheranan atau berontak, Nyatanya Jimin malah menikmatinya,
Belum habis Deg deg kan seharian ini, dan berlanjut dengan ciuman Suga saat itu.Rasa yang sulit dijelaskan, hangat dan indah, sejak lama Jimin belum pernah lagi merasakan yang seperti ini. Bahkan ketika bercumbu dengan Taehyung sekalipun.
Dua bibir ranum itu terus bergumul seperti ada magnet dan sulit dilepaskan.
Suga benar-benar menghayati peran, satu tangannya melingkari pinggang Jimin menyangga tubuh nya yang sedikit berjinjit mengimbangi tinggi badan Suga.
Sedangkan tangan lainnya bermain-main diantara tengkuk dan rambut Jimin.Mata Suga tetap tertuju tajam pada Taehyung si empunya Jimin yang berdiri terpaku di bawah tangga.
Jantungnya seperti akan meledak, karna untuk Taehyung, Jimin adalah miliknya seorang dan selamanya akan begitu.
Tapi nyalinya tak cukup kuat untuk menghadapi Suga secara fisik, apalagi Jimin yang sudah berhari-hari mengabaikan nya. Akan mati gaya jika nanti dia malah lebih memilih Suga.
Keputusan terakhir yang harus diambil Taehyung saat ini hanyalah pergi dari situ. Pergi membawa setumpuk gundah dan sakit hati.
Tae tidak menyangka akan berakhir seperti ini, menjadi pasangan Jenny dengan segudang privilege ternyata harus dia tukar dengan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya, yaitu Jimin dan cintanya yang indah, yang tak pernah bahkan tak mungkin dia temukan pada orang lain.
Suga menyadari Taehyung sudah pergi, tapi dia seperti masih enggan melepaskan bibir Jimin dan larut dalam perasaan yang jauh lebih nikmat dan indah dari yang dapat dia bayangkan.
"Ini tak murni hanya untuk memprovokasi Taehyung, ini tidak boleh terjadi. Ini tidak seharusnya seperti ini, dan ini,,,dan ini,,,".
Batin Suga sedang tidak baik baik saja.Suga melepaskan ciuman itu, mengusap lembut bibir Jimin yang masih basah,
Mata Jimin tak lepas dari Suga. Seribu pertanyaan, tak tau mana duluan yang harus ditanyakan. Tapi mulutnya terkunci, entah situasi apa ini, "apakah dia sedang berlatih untuk jadi pacar palsu ku lagi kali ini? ". Batin Jimin.
"Aku hanya pergi melihat adikku dirumah sakit."
"Dan juga aku gak selemah itu, sampai perlu kamu khawatirkan berlebihan".
Jimin terpaku dan makin membeku,
"sejak kapan suara dia jadi selembut itu. Kenapa selama ini aku gak menyadari kalau matanya seindah itu".Suga berusaha mengabaikan kebingungan si raut wajah Jimin.
Mengelus pipi mulus itu dengan lembut."Tidur. Kamu pasti sangat lelah hari ini."
Setelah mengatakan itu, Suga berlalu meninggalkan Jimin menuju kamarnya.
Yang tak dilihat Jimin adalah, ketika Suga memutar badan dan membelakanginya, setetes air mata yang dari tadi tertahan jatuh dipipi Suga.
Hanya Suga yang tau apa yang bergejolak didada dan kepalanya saat ini.
Adik Jimin memperingatkannya siang tadi, berkata seolah kakak nya sangat berharga, dan menutup mata betapa berharganya Yoongi untuk Suga.
"Kalian semua membuat ku muak, kalian semua yang membuatku begini."
Gumam Suga.Jimin bersandar pada headboard, terlihat tenang tapi hatinya uring uringan, ingin sekali kekamar sebelah, membahas kejadian tadi, menanyakan alasan Suga melakukan itu.
Tapi Jimin khawatir, semua pasti tak akan sama seperti dugaan nya, Suga akan berubah sebaliknya dalam waktu sesaat.
Sebentar sebentar Suga menoleh ke arah pintu, berharap Jimin akan datang, walaupun sebagian sisi dalam hatinya tak mengiginkan itu.
Mungkin ini ide paling konyol dan memalukan yang pernah dilakukan seorang Suga, membawa sekantong obat, sebagai alasan mendatangi kamar Jimin.
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_--- to be continued ---
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER [YOONMIN] || END
FanficSuga tak tau haruskah mengutuk ketololan Yoongi adiknya, ataukah Park Jimin yang tak bisa menjaga perilakunya.