_
_
_
_
_Taehyung berpindah menghadapi Suga, dia dikuasai amarah. Mencengkram kerah baju Suga yang sedang bersidekap memperhatikan mereka dari tadi.
"Jangan memancingku untuk pakai cara kekerasan."
Bergetar Suara Taehyung mengancam.Suga stay cool, bahkan tetap bersidekap, seakan cengkraman tangan Taehyung dilehernya bukan apa apa.
Sedikit smirk,
"kekerasan ?. Bahkan cengkraman tanganmu sekarang ini aja kurang keras "
Jawab Suga santai."Mungkin kamu ahli dibidang mempermain kan perasaan, tapi kalau untuk adu fisik, seperti nya kamu perlu berlatih dulu untuk menghadapi ku".
Seringai Suga membuat Taehyung makin naik darah.
Suga mencengram tangan yang menekan lehernya itu. mereka adu kekuatan, terlihat dari otot tangan keduanya yang mengeras.
Tentu saja tenaga Taehyung sepele untuk level seorang pelatih tarung seperti Suga.
Dengan gampang Suga menepis tangan Taehyung.
"Aku hanya meminjam mainanmu, selama kamu sibuk dengan mainan lain, harusnya reaksimu tak perlu berlebihan begini."
Ucap Suga sebelum Taehyung meninggalkan pintu ruangan itu.Taehyung yang sudah memegang gagang pintu hendak keluar dari situ, membalikkan badan mendengar pernyataan Suga.
"Jimin bukan mainan ku. Kamu benar-benar akan berurusan dengan ku jika melewati batasmu." Geram Taehyung.
Suga kembali menyeringai jahat.
"Hmmm, tapi aku sedang menikmati bermain main dengan nya."Taehyung akhirnya menyadari, bahwa Suga ternyata bukan lawan yang mudah.
.
.
.Hari itu proses shooting selesai lebih cepat.
Karna team produksi dan artis mengadakan meeting, membicarakan rating program mereka yang terus menurun, semenjak berita Jimin mabuk dan ribut di club.Semua menyalahkan Jimin.
Jimin hanya bisa menunduk dan diam.Begitupun Taehyung seperti masih enggan mengungkapkan keterlibatan nya.
Diam nya mereka berdua memicu emosi Suga yang hanya duduk dibagian paling belakang sebagai pendengar dan penonton di kumpulan itu.
Di mata Suga, diam nya Taehyung itu menjijik kan, dia menginginkan Jimin seluruh nya, tapi membiarkan Jimin menanggung sendirian, padahal jelas jelas itu kesalahan dia.
Dan diam nya Jimin menyakitkan untuk Suga, sebegitu besar cintanya, sehingga mengcover apapun yang akan menjatuhkan Taehyung.
Tapi disisi lain, diam nya Jimin adalah tidak peduli dengan pembahasan diruangan itu.
Yang ada di benaknya hanya kekecewaan terhadap Suga yang dirasa mempermainkan perasaan nya.
Ya begitulah Jimin, satu satunya yang dia butuhkan didunia ini hanyalah cinta, perhatian dan kasih sayang yang tulus dari seseorang.
Hal yang hilang dari hidupnya semenjak hubungan mama dan papanya berantakan.
Sampai dirumah sore itu, semua masih sama. Wajah dan perilaku Jimin masih seperti anak gadis yang sedang PMS.
Dia masuk kamar tanpa menoleh apalagi bicara pada Suga.
Setiap mencuri curi pandang saat Suga tak menyadarinya, selalu membuat Jimin ingin menangis.
Dan Suga juga masih terjebak pada kesimpulan bahwa Jimin seperti itu disebabkan Taehyung yang marah karna melihat mereka semalam.
Suga melampiaskan emosinya pada samsak yang tergantung di ruang latihan.
Kekesalan akan banyak hal, tapi yang paling membuat kesal adalah hatinya yang merasa tersakiti.
Dia sadar mulai masuk dalam masalah besar kali ini, tidak seharusnya dia terlibat dalam perasaan yang seperti ini.
Sore itu untuk, mengalihkan uring-uringan yang menyiksa dikamarnya, Jimin memutuskan mendatangi rumah sakit menemui papanya.
Sesuatu yang mungkin lebih menyakitkan lagi, tapi entah kenapa disaat seperti ini dia sangat merindukan papanya.
Satu satunya orang yang Jimin anggab keluarga.
Orang yang setidaknya dulu sangat menyayangi Jimin sampai Jimin berumur 9th.Papanya langsung mengusirnya, karna rumah sakit adalah tempat kerja.
Kalau mau berkunjung kenapa tidak kerumah.Tapi rumah itu adalah tempat yang diharamkan Jimin untuk didatangi, karna disitu ada istri papanya yang sangat dibenci Jimin.
Sudah menduga akan langsung diusir, tapi setidaknya dia sudah melihat wajah papanya.
"Harusnya tidak menangis lagi, karna ini kan sudah biasa".
Jimin bergumam begitu, tapi air matanya tetap keluar.
Mengemudikan mobilnya memutari kota, tak tentu arah.
Karna tidak ada satupun tempat yang bisa didatangi Jimin. Taman kota, mall atau kemanapun adalah tempat yang tidak aman untuk idol se terkenal Park Jimin.
Entah yang keberapa kalinya Suga bolak balik kedepan pintu kamar Jimin, kamar itu tak ada suara, bahkan pintunya tak pernah terbuka.
Melupakan semua ego, akhirnya Suga memasuki kamar Jimin.
Diluar dugaan ternyata Jimin tak dikamar, padahal sudah larut malam.Kata pertama yang langsung muncul dibenak Suga adalah dia pergi menyelesaikan masalah dengan Taehyung.
Cukup lama Suga duduk diujung kasur Jimin.
Dia membuat keputusan dalam emosi.
Ketika bertemu Jimin nanti yang akan dia katankan adalah, menyetujui mengakiri perjanjian itu, mengemasi barang dan meninggalkan rumah Jimin.Akan lebih baik begitu, karna kalau tetap didekat Jimin, dendam yang menggumpal didalam hari Suga bagaikan pisau yang terasah tajam. Yang kapanpun dapat melukai Jimin dan bahkan melukai Suga sendiri.
Terlalu dalam Suga masuk dalam lamunan, sampai tak menyadari Jimin sudah berdiri didepan nya.
Sesaat mereka bertatapan. Jimin bertanya kenapa Suga berada dikamarnya.
"Aku sudah mengemasi barangku, benar katamu sebaiknya kita mengakiri perjanjian itu."
Benar saja, Suga langsung mengutarakan apa yang tadi sudah dia susun dibenak nya.
Jimin terpaku, mematung, ingin menangis, tapi marah. Serangan tiba-tiba Suga membuatnya tak dapat berkata-kata.
Karna melihat Jimin diam aja, Suga berdiri dan berjalan meninggalkan kamar itu.
"Kamu ingin pergi apa karna merasa sudah berhasil mempermainkan ku?".
Niatnya marah, tapi Jimin malah mengucapkan nya sambil menangis.
Langkah Suga terhenti mendengar itu.
"Rasanya lebih baik kamu menciumku dengan alasan berlatih jadi pacar palsu ku, dibanding bermain main dengan hatiku hanya untuk memanasi orang lain".
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_--- to be continued ---
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER [YOONMIN] || END
Fiksi PenggemarSuga tak tau haruskah mengutuk ketololan Yoongi adiknya, ataukah Park Jimin yang tak bisa menjaga perilakunya.