_
_
_
_
_Sesampai dirumah mereka masuk ke kamar masing-masing.
Tak lama Jimin mendengar pintu kamar Suga dibuka, Jimin keluar untuk melihatnya,
Ketika sampai didepan pintu kamar, Jimin melihat Suga yang dengan pakaian lebih rapi sedang berlari menuruni tangga hendak pergi.
"Datang dan pergi semaunya, marah dan memukul ku se enaknya, bahkan menciumku pun sesuai inginnya saja, sebenarnya dia sedang menjalani hukuman atau dia sedang menghukum ku ini namanya ?".
Jimin mengoceh kesal melihat Suga yang hendak keluar rumah.Kembali kekamar dan merebahkan tubuhnya dikasur, tubuh yang penuh dengan lebam, hampir seharian Jimin menerima pukulan di seluruh bagian badan nya.
Semakin kuat dia mengayunkan tangan atau kaki nya pada Suga semakin sakit juga bagian tubuhnya yang mengenai Suga.
Suga tak hanya menangkis serangan Jimin, tapi dia bertahan dengan mengeraskan semua ototnya.
Dengan kata lain Suga memukulnya hanya saja dengan cara yang tak terlihat
Jimin menahan diri untuk tidak lagi mencoba menghubungi Taehyung, dia tau dirinya terlihat terlalu menyedihkan jika terus mengemis cinta Taehyung.
Rasanya malam ini Jimin ingin menghabiskan waktu di club malam bersama teman-teman nya, mabuk sampai tak mengingat apa apa, agar bisa mengalihkan keinginan untuk berusaha mengubungi Taehyung.
Tapi Jimin terlalu lelah untuk keluar, dari kemarin kurang tidur ditambah tubuhnya yang terasa sakit di banyak bagian.
Hp bergetar, notif pesan dari Taehyung, hanya dengan melihat notif itu aja bisa membuat jantung Jimin berdebar, entah penyakit seperti ini ada obatnya atau tidak. Siapapun tolong selamatkan Jimin.
"Aku tak menyangka hubungan kita berakhir seperti ini. Ingat perjuangan panjang kita untuk bersama, hati ku hancur karna kamu jauh berubah sekarang"
Blaa blaa blaa...
Jimin tak menyadari bahwa itu adalah bahasa buaya yang sedang palying victim. Seolah-olah sedang tersakiti dan seolah-olah Jimin yang salah.
Hati jimin bergetar membaca itu, gombalan yang tidak pernah gagal meluluhkan hati nya.
Jimin menangis. Mengetik ini dan itu di hp nya, tapi menghapus lagi sebelum mengirim kan pesan itu.
Mengetik lagi dan menghapus lagi. Semua kata-kata yang ingin diucapkan sudah dia ketik tapi tak ada satupun yang dikirim kan.Karna sebenarnya Jimin tidak sepenuhnya sebodoh itu, dia tau semua trik Tae untuk menarik ulur dan mempermainkan hatinya, tapi rasa cinta membuat Jimin terlihat bodoh, mengalah lagi dan lagi.
Jimin yang selalu sendirian dan kesepian, pernah menemukan orang yang menerimanya apa adanya dan menyayanginya, kenangan tentang Taehyung yang itu terus melekat dihatinya.
Tapi Taehyung yang sekarang adalah orang yang berbeda, dia selalu mempermainkan Jimin dan semau nya.
Mungkin dia memang menyayangi Jimin, tapi dia jauh lebih menyayangi dirinya sendiri.
Apapun yang akan memberikan keuntungan untuk dia, akan dia lakukan walaupun harus mengorbankan apapun, termasuk hati dan perasaan nya sendiri.
Karna terlalu capek dan lelah menangis, akhirnya Jimin tertidur.
.
.
.Suga menemui Yoongi, rutinitas mengelap Yoongi agar selalu terlihat bersih dan cantik, dan juga rasa rindu akan tawa manja adiknya membuat Suga tak pernah lelah merawat Yoongi.
"Bibirnya terkunci, tapi hatinya telalu berisik, mengelus lembut tangan Yoongi, tak terasa air matanya pun jatuh.
"Yoongia, oppa minta maaf"
Entah mintak maaf untuk apa, hanya Suga yang tau persis apa yang ada dihati dan fikirannya.
"Dia jelas-jelas menyakiti kita, bukan kah wajar jika dia harus merasakan hal yang sama !!". Lanjut Suga
.
.
.Menghabiskan waktu menenggak alkohol diwarung tenda sebelum pulang, seperti biasa Suga menunda-nunda waktu untuk kembali kerumah Jimin.
Menaiki tangga menuju kamarnya, langkahnya terhenti didepan kamar Jimin yang pintunya terbuka, melihat Jimin meringkuk tidur dikasurnya.
Suga menghampiri, berdiri disisi tempat tidur, memindai seluruh tubuh Jimin, ditangan, lengan, kaki, dan menyibak baju tidur Jimin pelan bahkan dirusuk dan punggungnya pun banyak bekas biru lebam.
Suga duduk dipinggir kasur, mengeluarkan salep yang memang sudah dia siapkan dikantongnya, dia membelinya diperjalanan pulang tadi.
Setelah melewati beberapa apotik, setelah monolog dan perdebatan panjang dengan hatinya, pada akhirnya Suga tetap membeli obat itu.Mengolesi satu persatu lebam di tubuh Jimin, gerakan Suga terhenti saat melihat pipi Jimin masih basah sisa air mata.
Suga menyeringai, "bagaimana orang yang sehari-hari berhadapan dengan drama dan kepura-puraan seperti dia, bisa percaya bahwa cinta sejati itu ada."
"Harusnya dia tau bahwa cinta itu hanyalah omong kosong yang digadang gadang oleh para pujangga yang lemah hatinya.
Cinta itu hanyalah bualan yang tak seharusnya dipercaya." Batin SugaJimin membuka mata, wajahnya meringis kesakitan, karna semua yang disentuh Suga terasa nyeri.
Stak terpaku melihat Suga yang sedang mengobatinya.
Suga yang kembali berubah dari yang tadi sore terlihat garang di tempat latihan, lalu terlihat cuek saat perjalanan pulang. Dan malam ini berubah lagi seperti seorang yang sangat lembut dan perhatian.
Tak ada kata-kata yang terucap diantara mereka, kedua nya sama-sama menunggu siapa yang akan bersuara duluan.
Mulut Jimin terkunci, terjebak salam kebingungan sikap Suga yang sulit di perdiksi.
"siapa kamu sebenarnya"
bisik Jimin.Suga merapat kan bibirnya, tak ingin
menjawab pertanyaan itu."harusnya aku bukan siapa-siapa, jika saja kau tak menyeretku kedalam dunia mu ".
bisik hati Suga._
_
_
_
_
_
_
_
_--- to be continued ---
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER [YOONMIN] || END
FanfictionSuga tak tau haruskah mengutuk ketololan Yoongi adiknya, ataukah Park Jimin yang tak bisa menjaga perilakunya.