Secret Admirer pt.24

543 79 11
                                    

_
_
_
_
_

Mungkin ini ide paling konyol dan memalukan yang pernah dilakukan seorang Suga, membawa sekantong obat, sebagai alasan mendatangi kamar Jimin.

Jimin melihat pintu kamar dibuka, Suga menuju tempat tidur, tempat Jimin duduk.

Jantung Jimin berdetak kencang,
"entah perasaan apa ini. Kenapa aku begini"
batin Jimin, yang berusaha terlihat tenang.

Suga menyodorkan sekantong obat,
"aku gak tau yang mana yang harus diminum". Ucapnya sambil duduk diujung kasur.

Jimin keluar dari selimutnya dan mengambil kantong obat itu, menyiapkan mana yang harus diminum Suga, lalu mengambil air minum dan menyodorkan nya pada Suga.

Suga meminum obat itu dan Jimin duduk disamping nya.

Suasanya jadi kaku antara mereka.

"Apa maksudnya itu tadi ?, apa kau sedang berlatih jadi pacar palsu ku lagi ?."

Tanya Jimin memecah suasana hening antara mereka.

'Ting,, ting,, ting,,  ting."

Perhatian mereka terfokus pada hp Jimin yang tergeletak dikasur. Notif Hp itu berbunyi lebih dari seratus kali.

Jimin hendak meraihnya.

"Aku akan menjawabnya, Jika kamu berjanji akan mengabaikan nya malam ini."

Jawaban Suga menghentikan gerak tangan Jimin yang hendak menjangkau hp.

Mereka saling tatap. Suga yakin Jimin tak akan menyetujui syarat itu.
Mereka sama sama tau itu adalah pesan dari Taehyung.

Jimin tetap menjangkau hp itu.
Suga merapatkan geraham, karna sesuai dugaan nya.

Jimin mematikan hp itu dan melempar sekenanya dikasur.

"kenapa masih berlatih jadi pacar palsu ku, aku sudah bilang ingin mengakiri perjanjian kita".
Lanjut Jimin

"Aku sedang berlatih memahami cinta mu." Jawab Suga menyela.

"Cinta seperti apa yang kamu punya, sampai mengorbankan segalanya untuk dia?."

"Aku penasaran bagaimana rasanya dicintai seperti itu."

Mereka saling tatap dan makin dalam.

Mulut Jimin kaku, tak dapat berkata kata.
Otak nya bekerja keras mencerna apa yang Suga katakan.

Beberapa saat setelah nya, Suga berdiri hendak kembali kekamarnya.

Reflek Jimin meraih tangan Suga dan menahan nya.

Suga yang sudah berdiri, tapi tak bisa berjalan karna tangannya disambar Jimin dan menahan nya.

Jimin memegang tangan kekar itu, terdiam lama, menunduk tak berani kontak mata dengan Suga.

"Disini aja, aku pengen tidur didekatmu."
Akhirnya Jimin mengatakan itu.

"Aku juga pengen"

"tapi seperti hari ini, perasaan ku gak enak seharian ketika mendengarmu menyebut nama orang lain dipagi hari, padahal sedang berada dipelukan ku."

Jimin mendongak menatap Suga, dia tak mengerti. Apakah dia menyebut nama Taehyung tadi pagi.

"Bahkan sedang tidur kamu menyebut namanya.
Aku akan tidur didekat mu, jika kamu sudah tidak menyebut namanya lagi."

Jelas Suga sambil memegang tangan Jimin pelan, melepaskan tangannya yang dipegang Jimin.

Melihat punggung Suga yang berjalan meninggalkan kamarnya.

"Perasaan seperti apa ini, rasanya kerongkongan ku gondok dan ingin menagis".
Jimin berguman, dan benar-benar menangis.

Jimin sendiri juga bingung kenapa dia menangis.

Kembali masuk kedalam selimutnya, berusaha memejam kan mata.
Tapi air mata itu menganggu, dia terus mengalir.

Matanya berputar dan tertuju pada hp yang tadi dia lempar, tapi bukan Taehyung yang ada dibenak nya saat ini.

Melainkan perasaan bersalah pada Suga, Jimin merasakan kening nya dicium lembut tadi pagi, dan itu ciuman Suga.
Tapi kenapa dia mesti menyebut nama Taehyung.

"Sebenarnya Taehyung ini mahkluk apa, kenapa dia sangat menguasai hidupku."

Monolog itu berlanjut sampai tengah malam, makin difikirkan makin menyakitkan, semua mengalir encer dalam otak Jimin,

Nerapa banyak effortnya untuk mempertahankan hubungan dengan Taehyung selama ini.

Berapa kali dia sudah memohon dan mengemis cinta Taehyung.
Memang sangat menyedihkan, dan juga melelahkan.

Sampi lupa rasanya tidur nyenyak. Padahal semalam terasa sangat nyaman berada dalam pelukan Suga,
tidur nyenyak pertama setelah entah kapan terakhir dia rasakan.

Jimin merasa hidupnya begitu menyedihkan dan tak berharga. Tak hanya cinta, dan juga keluarga, kenapa seperti tak ada yang membutuhkan nya. 

Isak tangis tak terbendung, tak ada artinya kesuksesan ini, harta dan kemewahan ini, tapi hatinya terasa kosong dan hampa.

Suara isak tangis itu seperti jarum jarum tajam menusuk hati Suga,

"Orang sejahat kamu, tak seharusnya menangis. Beri aku alasan untuk tetap membenci mu. Biarkan aku berhadapan dengan lawan yang sebanding."

.
.
.

Seseorang memeluknya dari belakang, Jimin nyaris meyakini ini adalah mimpi,
Merasakan tangan menelusup diantara leher dan pinggangnya.
Jimin berusaha menahan suara tangisnya.

Setelah bergulat dengan batinya, Suga memutuskan mendatangi kamar Jimin.

Dari semenjak tinggal dirumah itu Suga hafal, jika sudah menangis, maka Jimin tak akan berhenti sampai pagi.

Menelusupkan tangan dibawah leher Jimin, membuat posisi Jimin berbantalkan lengan nya.
Memutar tubuh mungil itu agar menghadap nya.

Kamar itu gelap, Suga meraba wajah Jimin, menyeka air matanya.

Jimin langsung memeluk erat Suga.

Sentuhan demi sentuhan yang dibuat Suga menenangkan perasaan Jimin.

"Aku akan menyebut nama mu suatu saat." Bisik Jimin.

"Kamu bahkan belum pernah memanggil namaku" jawab Suga.

Jimin mengunci mulutnya, dia menjawab Suga dalam hatinya.
Dan fokus pada tangan Suga yang konstan membelai surai rambutnya, dimana tangan yang lain mengelus lembut punggungnya.

Suasananya mulai tenang Jimin mulai berpindah kealam mimpi.

"Aku menyebut namamu dalam hatiku berulang kali, tiap hari, sejak pertama kita bertemu." Jimin berbicara dari alam bawah sadarnya.

_
_
_
_
_
_
_
_
_
_

--- to be continued ---

SECRET ADMIRER [YOONMIN] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang