Jimin mencegat tangan Suga, ekspresinya langsung berubah sendu,
"bantu aku ..."
"sekali ini aja.."
"aku mohon..."
"begitu cepat dia mengubah-ubah ekspresi wajah. acting memohon
yang sempurna. "
batin Suga, yang langsung membuka
pintu dan meninggalkan Jimin......
Suga langsung menuju ruangan Namjoon.
Si boss club sudah menunggu kedatangan sahabatnya itu.
"Maafkan aku, aku sudah melakukan segala cara bernegosiasi dengan mereka, hanya ini kesepakatan terbaik yang bisa dicapai."
Suga menunduk frustasi dan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
.
.
.Suga mendatangi Yoongi yang sudah 3 hari tidak dia temui.
Dengan telaten dia mengusap bagian tubuh Yoongi yang bisa dia sentuh dengan handuk basah.
Mulutnya terkunci, tapi hatinya berisik dengan banyak kata yang ingin terucap.
"Yoongia, akan lebih baik kamu hanya minta oppa menganti gaya rambut seperti si bresngsek itu, dari pada harus terus berada didekat orang yang sudah mengambilmu dari ku."
Air matanya tertahan.
Suga pulang dengan langkah sempoyongan, entah berapa banyak alkohol yang dia teguk, sebanyak apapun tetap tak dapat membuatnya mabuk dan melupakan semua yang terjadi.
Kembali memasuki kamar Yoongi. Suga mencabut kabel laptop itu agar mati selamanya dan tak bisa melihat tingkah palsu dan memuak kan Park Jimin didalamnya.
Dalam mabuknya dia mengambil spidol di meja belajar Yoongi, dan mencoret-coret poster wajah Jimin di dinding kamar.
Sementara sang idol Park Jimin sedang menghabiskan malam di club bersama teman-teman nya.
Teman-teman palsu yang akan selalu datang setiap Jimin memintanya.
Malam ini Jimin hanya ingin bersenang-senang, mabuk sampai tak ingat apapun, karna fikiran gundah yang selalu mengganggunya.
Satu lagi keputusan gak penting dan bertele-tele yang dia ambil, meskipun dia tak yakin akan ada gunanya,
Ya keputusan menjadikan Suga sebagai umpan untuk memancing Taehyung.
Dia melakukannya, meskipun dia tau itu hanyalah usaha sia- sia yang hanya akan menyakitinya lagi dan lagi.Karna apapun itu, Jimin sudah tau hati Taehyung yang sebenarnya sudah terbagi. Andaikan kembalipun, semua sudah tak ada artinya lagi.
Ditinggalkan keluarga, ditinggalkan teman, dan ditinggalkan cinta, kenyataan yang tak ingin Jimin terima tapi tetap dia temui. Tidak ada yang benar-benar tulus seperti yang dia harapkan.
Kepopuleran dan kesuksesan yang dia raih, tak cukup mampu untuk membuat Jiwanya tenang.
.....
Suga mengemasi beberapa bajunya, mau tak mau dia harus menjalani hukuman yang aneh itu, tak ada pilihan lain karna Suga tak ingin hidupnya diusik - usik wartawan, dan juga demi tetap bisa menjaga Yoongi.
Sore itu Jin diutus menjempun Suga di club,
"setidaknya bukan Jimin yang datang". Batin Suga
Jimin menonton tayangan liputan indahnya kisah cinta Taehyung dan Jenny.
Dadanya bergerak cepat, tak dapat dikontrolnya, tubuhnya bergetar melihat Tae yang terlihat bahagia menggenggam tangan orang lain.
Jin membawa Suga memasuki rumah megah itu, langkahnya terhenti karna mendengar suara seperti ada sesuatu yang dibanting dan pecah.
Keduanya menoleh kearah ruangan luas yang hanya ada Jimin didalamnya.
Jimin melempar remot ke arah TV besar yang terpajang diruangan itu. Entah yang keberapa kalinya dia menghancurkan TV dirumahnya,
Pemandangan yang biasa bagi Jin dan semua maid dirumah itu.
Kecuali Suga yang terpaku dan tercengang melihat itu.
Jin yang langsung tau situasinya, dia berjalan menghampiri Jimin yang berdiri terengah-engah mengatur nafasnya.
Jin langsung memeluk Jimin, lalu Jimin menumpahkan tangisnya dalam pelukan Jin, kakak sepupunya yang paling mengerti keadaan Jimin.
Tangisan tertahan, terisak lalu berubah jadi tangisan kencang dan terdengar memilukan.
Suga seperti baru masuk kedunia lain, pemandangan yang sangat jauh dari prediksinya.
Park Jimin yang sombong dan angkuh, sekarang terlihat sangat rapuh, entah ada masalah apa. Yoongi pun tak ingin mengetahuinya, tapi situasi aneh ini tetap membuat hatinya bertanya-tanya.
Beberapa saat, sampai suara tangis Jimin berhenti, baru Jin melepaskan pelukannya.
Mengelap air mata diwajah Jimin, dan merapikan rambutnya.
"Aku membawa Suga kesini."
Ucap JinJimin melihat Suga yang mematung diujung ruangan itu.
Jimin sebenarnya tak begitu ingat akan pelatih yang dia Minta untuk datang kerumahnya itu.Jimin memasang wajah datar dan sinis, dia seperti tak peduli.
"Suga ku antar ke kamar mana ? Tanya Jin
Jimin berfikir sejenak.
"Dikamar atas aja, agar lebih dekat dengan ku, jadi jika sewaktu-waktu kamu kefikiran ingin memukul atau membunuhku bisa lebih gampang."
Jawab sinis Jimin sambil mendelik sekilas pada Suga dan berlalu menaiki tangga menuju kamarnya.
Suga menghembuskan nafas dalam-dalam.
Kebingungan selanjutnya.
"Sibrengsek ini menyuruhku kesini, tapi sampai disini dia seperti tidak membutuhkanku, dan membuatku terlihat tak berharga seolah seorang yang hanya sedang menumpang dirumahnya." Batin Suga.Jin mendekati Suga.
"Jangan kamu ambil hati apapun yang dia ucapkan, dia sedang tidak stabil. Besok juga dia pasti lupa apa yang udah dia ucapkan atau lakukan saat ini." Jelas JinJin membawa Suga ke kamar yang akan ditempatinya, kamar dilantai atas bersebelahan dengan kamar Jimin dan hanya mereka berdua di lantai itu.
Jin menjelaskan secara ringkas apa saja job desk Suga. Intinya Suga hanya harus mengawasi Jimin, memastikan dia mengikuti semua jadwal tepat waktu dan menahannya ketika ingin keluar rumah saat mabuk atau melakukan hal-hal konyol lainnya yang mungkin saja akan membahayakan dirinya.
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_--- to be continued ---
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER [YOONMIN] || END
FanficSuga tak tau haruskah mengutuk ketololan Yoongi adiknya, ataukah Park Jimin yang tak bisa menjaga perilakunya.