_
_
_
_
_"Apa kamu mabuk ?" Tanya Jimin
"Apa pedulimu?". Jawab Suga dengan intonasi khas orang mabuk.
Seketika air mata Jimin mengalir, air mata yang tertahan dari tadi.
"Kamu dimana ?"
"Aku akan pergi kemanapun, kalau perlu sejauh mungkin ketempat dimana tidak akan pernah bertemu dengan mu".
Jawab SugaJimin terdiam, kata kata Suga lebih tajam dari apapun menusuk hatinya.
Diseberang telpon masih mendengar suara Suga mengerang, Jimin tau dia sedang mabuk berat.
Entah Suga sedang memegang hp nya atau tidak saat ini, tapi Jimin dapat mendengar dengan Jelas suaranya mengerang, kadang seperti menangis dan berteriak dan suara suara seperti sedang membanting barang-barang.
Jimin hanya bisa menangis, dia tau Suga sedang tidak baik baik saja, tapi tak ada yang dapat dia lakukan, bahkan gak tau Suga sedang ada dimana.
Jelas terdengar suara Suga menangis,
"Dia menjauh saat menangis, sedangkan aku mencarinya dan butuh didekatnya saat menangis."
Jimin menyadari ternyata seasing itu dia dengan Suga, orang yang begitu cepat dia jatuh hati dan percaya.
Suga kembali menjatuhkan kan tubuhnya di sofa setelah melampiaskan semua gundah nya dengan menangis, teriak dan membanting apa saja yang dapat dijangkau nya.
Dadanya terasa sesak, suasana seperti ini yang selalu ingin dihindari Suga. Serangan rasa panik, kesedihan yang dalam dan kesepian, yang selalu dia alami semenjak kedua orang tuanya meninggalkan nya dan Yoongi.
Efek alkohol tak cukup mampu membuatnya melupakan bahkan sebagian dari apa yang berkecamuk dibenak nya.
Rasanya sepi, sangat sepi, sesaat terlintas dibenaknya tangan mungil Jimin mengusap pipinya dengan lembut, pelukan Jimin yang menenangkan.
Matanya tertuju pada hp yang tadi dia lempar di sofa,.
Mengangkat hp yang ternyata masih menyala itu.Di seberang terdengar suara desisan Jimin yang sudah pasti sedang menangis.
Di telinga Jimin, suara engahan nafas Suga juga terasa lebih dekat. Jimin menyadari Suga memegang hp nya sekarang.
Ada apa ?,kenapa banyak minum,". Pertanyaan Jimin selanjutnya sambil menangis
Suga memejamkan mata, seolah menikmati suara renyah dan lembut itu.
Seperti air dingin yang menyirami hatinya yang panas.
Suga terdiam cukup lama.
"Bagaimana aku membenci dia,sedangkan hati ku sangat ingin berada didekatnya sekarang". Batin Sugamembuatnya makin larut salam kesedihan.
"Kamu dimana ?"
"Aku ingin didekatmu disaat kamu seperti ini."
"Kenapa tidak membagi kesedihan mu, seperti kamu berbagi kehangatan dengan ku."
Suga menahan suara tangisnya. Mendengar suara Jimin meredakan gejolak didadanya.
"Suga..."
Jimin menyebut namanya pada akhirnya, untuk pertama kalinya.
"Suga, apa kamu mendengarku ?."
Terdengar lembut sekali. Suga menutup rapat mulutnya dengan tangannya, agar tak bersuara.
"Mmmm"...
Jimin mendengar jawaban dari seberang .
Air mata Jimin makin deras. Akirnya ada jawaban.
"Apa kamu sangat membenci ku ?".
"Iya" jawab Suga
Jimin menekan dada nya. Sakit sekali mendengar jawaban Suga. Tapi setidaknya dia mendengar suara berat itu.
"Apa aku boleh tau alasan nya ?"
"Aku benci semuanya, benci melihat mu tersenyum, benci melihat mu menangis, aku benci semua tentangmu., mengingatmu membuatku makin benci."
Kata-kata menyakitkan disampaikan dengan sangat lembut dan bahkan diucapkan Suga sambil menangis.
Jimin tercekat, kata itu diucapkan oleh satu-satunya orang yang dia percaya akhir akhir ini, orang yang selalu dia fikirkan. Dan andalkan.
Jimin terdiam, walaupun seribu kata ada dibenaknya.
Terdengar isak tangis Jimin, suara tangisan itu melemparkan Suga ke dalam jurang kesedihan yang paling dalam.
"Suga.."
Mulut Suga terkunci
"Aku juga benci mendengarmu memanggil namaku". Batin Suga"Apa aku boleh mencintai mu?".
Pertanyaan Jimin menusuk jantung Suga.
"Jangan pernah pernah menyerahkan hatimu pada ku, ada pisau tajam dalam diriku yang pasti akan melukai mu." Bisik batin Suga
"Kamu orang pertama yang memeluk ku saat menangis. Kamu orang yang selalu datang dalam imajinasi ku bahkan semenjak aku kecil."
"Dalam hayalanku orang itu selalu datang memelukku, mengusap air mataku, mengusap punggung ku, mengelus rambutku hingga tertidur."
"Pelukan itu bukan seperti pelukan papaku, mama ku ataupun Taehyung."
"Tapi saat kamu mendatangi ku malam itu, aku berhenti berimajinsi dan memanggil sosok itu, kamu datang, kamu nyata, bahkan bisa ku sentuh."
Suara Jimin berdesis dan menangis.
"Kamu boleh membenciku bahkan membunuh ku sekalipun. Tapi biarkan aku mencintaimu".
Lanjut Jimin."Kalau kamu tetap se naif ini, maka selamanya kamu pasti akan tetap tersakiti." Jawab Suga tegas.
"Aku tau kamu orang yang sulit ditebak, aku tau akan sebanyak apa kesalafahaman yang mungkin terjadi antara kita. Tapi aku ingin kamu tau, aku percaya padamu. Karna aku mencintaimu."
Suara tangis Suga tak tertahan, dia mematikan tlp agar tak didengar Jimin.
"Segampang itu dia disakiti, segampang itu dia menyerahkan diri. Dia bodoh, dia bodoh sekali."
Suga tak dapat menahan suara tangis nya, bahkan kedua tangannya sedang menekan menutup mulutnya sediri.
Apakah rencana Suga ingin menyakiti Jimin? , tapi kenapa saat ini dia terlihat jauh lebih sakit...
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_--- to be continued ---
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER [YOONMIN] || END
Fiksi PenggemarSuga tak tau haruskah mengutuk ketololan Yoongi adiknya, ataukah Park Jimin yang tak bisa menjaga perilakunya.