_
_
_
_
_Suga menghadangnya,
membuat Jimin tambah
ketakutan."ini aku, beneran aku. Suga."
"Jimina.... "Suga menangis, tak menyangka akan mendapati Jimin dengan kondisi seperti ini.
Suga memegang kedua lengan Jimin yang masih memandangnya dengan wajah bingung dan ketakutan, nafasnya memburu seperti habis berlari kencang.
Suga berurai air mata, tetap bertahan menahan tubuh Jimin yang hendak berlari menjauhinya.
Tak ada yang bisa dia katakan.
Jimin berusaha mengatur napasnya, pelan ketegangan nya berkurang.
"Lepaskan, aku perlu kerumah Jungkook, dia pasti salah memberiku obat, dia bilang aku tak akan berhalusinasi lagi jika meminum nya, tapi kenapa kamu masih saja datang."
Suga menggelengkan kepala, makin sakit mendengar apa yang dikatakan Jimin.
"Kamu tidak sedang berhalusinasi, aku benar-benar disini."
Suara Suga bergetar menahan tangis."Kenapa, kenapa kamu disini ?."
"Karna kamu butuh penjelasan langsung dariku."
Jimin menggelengkan kepala, "enggak, aku gak butuh penjelasan apapun"
"Kalau gitu aku yang perlu bicara denganmu"
"Enggak, aku gak mau"
Suga terdiam, menatap Jimin dalam, sadar telah membuat Jimin trauma.
"Hari itu aku benar - benar emosi. Aku takut terjadi apa apa pada Yoongi."
"Jangan katakan apapun, aku gak mau dengar, aku gak mau ketemu kamu".
Suga tercekat, tidak seperti dugaan nya, Jimin akan bertanya banyak hal, tapi ternyata Jimin tak ingin mengungkap kan apapun.
Suga menuntun Jimin untuk duduk di sofa, lalu mengambil botol minum dan menyodorkan nya pada Jimin.
Dan Suga duduk disamping nya.
"Apa kamu benar-benar ingin aku menghilang begitu saja dari hidup mu, tanpa penjelasan apapun."
Dijawab dengan anggukan oleh Jimin.
Suga menghela nafas dalam, dadanya terasa sesak.
Mereka diam, entah karna tak ingin berbicara atau tak ada yang dapat dikatakan.
Melihat penolakan Jimin, Suga merasa ingin pergi dan tak akan pernah menemui Jimin lagi.
Karna memang hanya itulah satu satu nya yang seharusnya terjadi antara mereka.
Tapi terlalu banyak penyesalan dalam hidup Suga, akibat dari gengsi dan ego nya.
Kali ini hati kecilnya membawa nya bertahan untuk tetap duduk disamping Jimin.
"Apa aku terlalu menyakitimu". Tanya Suga pelan dan tak berani menatap Jimin.
"Sebenarnya ekspektasiku yang menyakitiku, kamu gak salah." Jawab Jimin.
Jimin menatap mata Suga dalam dalam.
"Kamu pasti jauh lebih sakit berada didekatku selama ini."
"Haruskah aku minta maaf atas apa yang terjadi pada Yoongi ?".
Mata Jimin berkaca-kaca, lalu mengalihkan pandangan nya dari Suga.
"Aaaa, sebaiknya jangan."
" Anggablah aku sedikit pun tak peduli pada adikmu, agar kamu tetap membenciku, dan punya alasan kuat untuk tidak lagi bertemu denganku."
"Gimana kalau tidak bertemu denganmu malah membuatku lebih sakit.?"
Jimin mengunci mulutnya, dia tak ingin jatuh dalam sandiwara lanjutan Suga.
"Saat umur 16th kedua orang tua meninggal dalam kecelakaan tabrak lari, meninggal aku dan Yoongi yang baru umur 10 th.
Aku bingung dan takut, tapi aku harus tetap terlihat kuat demi Yoongi.
Semua hidupku hanya untuk adikku.Lalu bertemu Lucy, satu lagi alasan ku bertahan hidup selain Yoongi.
Lucy menghianatiku dan menikah dengan orang lain.
Kehilangan yang sudah biasa terjadi, aku mencoba mengabaikan nya.
Dan pada akhirnya aku juga kehilangan Yoongi.
Ada banyak dendam dalam hatiku, seberapa pun kerasnya aku bertahan, pada akhirnya akan tetap kehilangan.
Akan lebih baik saat melompat itu Yoongi langsung meninggal dan tanpa beban aku bisa menyusulnya.
Benar, dendam membawa ku padamu, makin sakit hati karna tau kamu juga memamfaatkan ku.
Tapi sering kali aku melihat Yoongi dalam dirimu, membuatku ingin sedikit lebih lama didekatmu.
Dan itu membuatku terjebak dalam masalah lebih besar.
Setiap mengatakan membenci mu, aku tau sebenarnya aku sedang membenci perasaan ku sendiri.
Saat aku bilang main main, aku tau hatiku sedang mempermainkan akal sehatku.
"Apa maksudnya." Tanya Jimin
Suga membalas tatapan Jimi dengan menangis, hal yang selalu dia sembunyikan dari siapapun selama ini.
"Saat aku gak bisa menemukan mu, aku khawatir akan kehilangan lagi".
Suga meraih jemari Jimin, menunduk dak meremas tangan mungil itu,
"Aku gak biasa mengungkap kan perasaan ku pada orang lain, tapi aku gak punya cara untuk menjelaskan apa yang ada dalam hatiku padamu."
Suga menangis, melampias kan dengan meremas kuat tangan Jimin.
"Aku gak mau kehilangan mu juga."
"Aku takut kehilangan mu"
"Aku lelah menyangkalnya, aku sudah mengorban kan apapun untuk Yoongi,
"Sekali ini aja, gak bisakah Yoongi mengalah pada ku."
"Sekali ini aja"..
Makin erat meremas tangan Jimin. Mereka saling bertatapan dan menangis.
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_--- to be continied ---

KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER [YOONMIN] || END
FanfictionSuga tak tau haruskah mengutuk ketololan Yoongi adiknya, ataukah Park Jimin yang tak bisa menjaga perilakunya.