_
_
_
_
_Suga mengangkat panggilan itu. Dia terdiam setelah menutup telpon.
Dan terpaku, wajahnya tegang bercampur emosi.
Dan seperti sedang berfikir berat.Perdebatan otak dan hati nya yang tak dapat dihentikan.
Suara panik Jimin dalam telpon.
Taehyung terlibat perkelahian di club, karna dia mabuk dan mengganggu orang disekitarnya.Jimin kewalahan membawanya keluar dari situ, dan dengan cepat kekacauan jadi lebih ramai.
Mereka terjebak dalam situasi yang sulit, jadi lebih rumit karna mereka adalah artis terkenal yang terlibat disitu, memicu kerumunan dan wartawan yang segera berdatangan.
Suga menekan lidah pada gigi bawahnya, sehingga membuat gerakan bibir yang seperti menahan emosi.
Dan memang dia emosi, karna dia sudah mencegah Jimin untuk pergi tadi.
"Itu pilihanmu" jawab Suga dan mematikan telpon ditangan nya.
Dibawah remang nya lampu diskotik, kerusuhan berlangsung, situasinya berubah jadi kacau, Jimin kewalahan mengendalikan Taehyung yang setengah sadar, sempoyongan.
Tingkah Taehyung seperti mengajak duel semua orang, seolah lupa bahwa mata kamera akan selalu mengawasi gerak geriknya dan Jimin, sasaran empuk berita.
Dan sekarang untuk berlari keluar juga sudah susah bagi mereka, karna didepan clup sudah banyak wartawan dan penggemar yang entah info dari mana bisa dengan cepat seramai itu.
Sedangkan didalam, orang-orang yang dikuasai alkohol sedang beraksi,
Taehyung yang selalu didampingi Jimin berada pada posisi terpojok.Suga datang menghalangi tangan-tangan yang berusaha memukul mereka, dibawah lampu remang remang itu, sulit membedakan mana kawan mana lawan.
Jimin mendengar suara Suga yang memasang badang didepan nya, melawan orang-orang yang dari tadi mendesak mereka.
"Kalian keluar, mobil ku parkir didepan pintu masuk".
Perintah Suga sambil menghalagi pukulan musuh.Taehyung menarik tangan Jimin untuk berlari keluar.
Sebelum mencapai pintu depan, Jimin melepaskan tangan nya yang diseret Taehyung, dia ingat Suga yang masih terjebak didalam.
Taehyung kaget karna Jimin berhenti, sesaat mereka bertatapan, Taehyung tak mengerti apa tujuan Jimin, tapi difikiran nya dia harus segera pargi dari situasi itu.
Jimin kembali berlari kedalam, melihat Suga yang masih kewalahan baku pukul dengan sekomplotan orang.
Mata Suga menangkap sosok Jimin yang berlari kearahnya. Suga terpaku sejenak, kesal karna melihat Jimin kembali kedalam.
Fokus Suga yang teralihkan memberi kesempatan lawan,
sebuah botol mendarat dan pecah di sudut atas keningnya.
Kejadian didepan mata Jimin, Dia langsung menjerit melihat Suga yang sedikit membungkuk memegangi kepalanya,
Jimin berlari memegangi Suga, dengan cepat Suga berdiri dan menarik tangan Jimin agar berdiri dibelakangnya, karna Jika Suga telat beberapa detik aja, botol berikutnya pasti juga mendarat dikepala Jimin.
Suga yang penuh amarah menendang dan menghajar orang itu sejadi jadinya, sebelum lalu menarik tangan Jimin dan lari keluar menuju mobil yang sudah dia siapkan didepan pintu masuk,
Merangkul dan menutup kepala Jimin agar tak terekam bidikan kamera wartawan.
Suga membawa mobil melaju kencang,
Jimin melihat wajah Suga yang masih meringis menahan sakit, kedua tangan nya gemetaran.
Tiba-tiba kepanikan dalam mobik itu jadi bertambah karna darah menetes dari kening Suga.
Jimin memaksanya menghentikan mobil, agar menukar posisinya menyetir mobil.
Jimin duduk dikursi kemudi, satu tangannya tak lepas dari bahu Suga yang menunduk menahan sakit sambil menutup luka dikeningnya dengan tisu.
"Kerumah aja, wartawan akan mengikutimu jika kerumah sakit."
Minta SugaJimin tak dapat menyembunyikan kepanikannya.
Dia menelpon seseorang, menjelaskan situasinya pada orang yang dia telpon.
Lalu mengarahkan mobil menuju rumah orang yang ditelpon Jimin itu.
Suga tak lagi mampu mempedulikan Jimin, karna mungkin darah yang sudah banyak keluar menyebabkan kepalanya pusing.
Jimin membawa Suga kerumah dokter Joen, dokter muda yang adalah anak dari seorang dokter senior pemilik rumah sakit besar dikota itu .
"Kau membuat kekacauan apalagi kali ini."
Ucapnya sinis."Ada alasan kenapa papa membencimu"
lanjutnya."Aku tidak akan meminta bantuan mu jika tak terpaksa" jawab Jimin emosi.
"Aku tau hyeong pasti hanya akan mencariku ketika ada butuhnya saja." Jawab Dr Joen
Jimin menahan diri untuk tidak melanjutkan perdebadan dengan dokter yang adalah adiknya itu, satu bapak dan dari ibu yang berbeda.
"Suga ssi," sapa dokter Joen yang ternyata mengenal Suga, karna dokter Joen adalah dokter yang merawat Yoongi.
Dr Jeon mengobati Suga, dilakukan prosedur Hecting,
Setelah selesai, Sang dokter pamit meninggalkan mereka dikamar tamu rumah dokter itu.
Sesaat matanya dan mata Jimin beradu, suasana canggung karna sebagai saudara memang mereka tak pernah akur.
"Makasih, mmmm. Kamu terlihat keren dengan pakaian dokter" ucap Jimin
"Sudah 2 tahun aku mengenakan seragam dokter, aku berharap hyeong adalah orang pertama yang melihatnya, teryata perlu waktu 2 th baru hyeong melihatku."
Ucap Jeon dengan mata sedikit berkaca-kaca, lalu pergi meminggalkan ruangan itu.Jimin yang masih panik dengan semua yang baru terjadi.
Melihat Suga yang sudah bersiap turun dari tempat tidur
Jimin mendekati Suga, ketakutan bahkan tangan nya masih saja tremor
"Aku sudah melarangmu kesana". Ucap Suga
Jimin menempelkan keningnya didada Suga. Lalu menangis sejadi-jadinya.
Kepanikan dan ketakutan yang tertahan dari tadi...
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_--- to be continued ---
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER [YOONMIN] || END
FanfictionSuga tak tau haruskah mengutuk ketololan Yoongi adiknya, ataukah Park Jimin yang tak bisa menjaga perilakunya.