Malam ini seperti biasa maya selalu mendengar sebuah erangan dan jeritan, gadis itu menutup telinganya namun suara itu masih terdengar dengan jelas, suara tangisan di samping kamar.
Tanpa sadar air mata indah miliknya sudah jatuh dan mengenai bantal ber'aroma parfum tersebut, ia menangis dalam diam, hatinya benar-benar sakit setiap mendengarkan jeritan mindi disebrang sana, dalam hati kecil ia ingin sekali berlari dan menolong mindi, namun apa yang bisa ia lakukan jika kondisinya pun tak jauh berbeda dengan mindi, tubuhnya terasa sakit dan linu, wajah ayu miliknya terasa sangat putus asa dan lelah, bibirnya terkaput rapat seolah ada lem yang menempel disana, hingga akhirnya sebuah seorang pria ber'umuran empat puluh tahunan yang tengah memakai pakaiannya berbicara.
"Ah, kamu memang benar-benar nikmat sayang, apalagi kamu masih SMA membuatku semakin bersemangat untuk menyewa kamu setiap malam, bener kata madam Jennie, ga sia-sia aku bayar mahal"
Maya tidak menjawab ia tetap bungkam membiarkan pria itu mencium seluruh tubuh telanjangnya, Maya malah bersikap layaknya seorang patung.
"Tapi lain kali jangan nolak ya, aku gamau ada penolakan" Ucapnya dan mencium bibir Maya.
"Sampai ketemu lagi, aku akan menyewa mu kembali" lanjut pria itu, ia berjalan ke arah pintu keluar.
Pada akhirnya satu tetes air mata keluar dengan deras menuruni pipi gadis yang kini sudah berstatus wanita, wanita pelacur lebih tepatnya, demi tuhan maya sangat mengutuk kehidupannya sekarang.
Kesuciannya telah di renggut oleh pria tak dikenal yang malah lebih pantas menjadi ayahnya, hatinya menangis mengetahui fakta jika dirinya bukanlah gadis baik-baik lagi, kini ia sudah menjadi pelacur madam Jennie, tepat dimana dirinya diculik kembali ketika baru tiba di bandung dua hari yang lalu oleh orang yang sama dua tahun yang lalu, bedanya kini ia dan hanya Mindi saja yang berhasil di culik.
Maya memiringkan badannya dan menutup wajahnya dengan bantal menangis deras, seketika bayangan Rachel melintas di pikirannya, jika rachel ada disini, ia yakin gadis baik itu akan berdiri paling depan untuk membelanya, namun dimanakah Rachel sekarang? Apa Rachel akan menolongnya kembali?
[]
BRUK!
Lisa lagi-lagi melempar Loren sembarangan dan punggung pria itu berbenturan dengan tempat sampah yang besar, sedangkan rachel masih terengah-engah dibelakang karena harus berlarian dari kejaran sambil membawa orang. Saat ini mereka bertiga berada di gang sempit yang gelap dan lembab, Rachel dan Lisa sengaja membawanya ketempat sepi agar tidak ada yang mengganggu interogasi mereka untuk menanyakan pelaku sebenarnya.
Lisa menatap nyalang wajah pria yang sudah babak belur itu, lengan gadis itu menarik kerah kemejanya kembali
"Gue ulang pertanyaan yang tadi, apa Lo suruhan sonia?!" Tanya Lisa.