Lanjutan flashback di chapter 20. Biar terasa menyentuh hati kalian, part ini aku khususkan untuk bagian POV Rachel dengan bahasa baku.
••
Rachel menangis merintih, ia tidak percaya bahwa ia dan ibunya baru saja mengalami kecelakaan, sampai akhirnya matanya benar-benar tertutup hingga tak sadarkan diri seutuhnya.
"Rachel"
Fanny membuka matanya perlahan, wanita berusia umur 41 tahun itu memperhatikan Rachel yang sudah tidak lagi sadarkan diri. Fanny dengan kepalanya mendengung kepala pening dan dada sesak ia mencoba mengeluarkan badannya dari sisi kanan dengan tangan yang terjepit Entah itu kekuatan kasih sayang atau dari mana hingga Fanny sanggup menarik Rachel keluar dari mobil ringsek dengan kaca depan paling hancur.
Tentu saja tidak mudah, dengan posisinya saat ini yang setengah sadar Fanny berusaha sekuat tenaga membopong tubuh anaknya berjalan menjauh sampe lima meter dari mobil.
Bruk!
Fanny sudah tidak kuat lagi, kepalanya benar-benar sangat berputar, Rachel pun jatuh dalam dekapannya dengan membentur keras aspal barusan namun Rachel tidak bergeming sama sekali, anak gadisnya itu sudah full tidak sadarkan diri.
Fanny pun sudah tidak bisa menahan rasa pening nya lagi, ia merasakan darah segar terus merembes dari perutnya dengan tangan bergetar hebat karena shock Fanny mencoba membuka baju nya ia melihat sebuah besi kecil yang entah dari mana kini tertancap ditubuhnya , ia bahkan bisa melihat besi tersebut sekitar 25/m, itu cukup panjang untuk menembus perutnya.
Cess!
Fanny melirik ke arah mobilnya sesaat ekor matanya melihat sesuatu yang membesar, benar saja api di mobilnya sudah membesar, bisa dipastikan sebentar lagi mobil itu akan meledak namun fanny benar-benar sudah kehilangan tenaga, ia tidak bisa untuk melangkah sejengkal lebih jauh lagi ia sudah tidak sanggup .
Jadi dia berangsur melindungi tubuh Rachel yang terkapar di aspal, ia mendekap bahu anaknya menutupi tubuh anaknya itu dengan tubuhnya, jika memang mobil itu meledak nanti biar tubuhnya saja yang hancur.
Rachel nya jangan
Fanny menangis merintih, ia menyelipkan anak rambut Rachel yang lepek seraya mencium kening rachel yang berlumuran darah dan mendekapnya erat. Menenggelamkan kepalanya di bahu Rachel menghirup aroma mawar yang membuatnya begitu menenangkan.
'Maafkan mommy cela, seharusnya kita tidak pergi'
'Hiduplah dengan baik'
Suasana malam itu begitu sunyi hanya ada dirinya dan sang anak dengan luka parah yang mengalir darah segar.
"Mom!"
DUAR!!
KRAK!