Rachel mengepalkan tangannya kuat-kuat bahkan kuku-kuku cantik itu terlihat pucat menusuk telapak yang memerah menahan amarah, ia baru saja ingin menghirup udara bebas namun sepertinya tuhan memang tidak mengijinkan itu,
Oang-orang brengsek suruhan jennie malah semakin gencar menargetkan nya dan selalu berhasil membuat dirinya semakin terpuruk dengan berdalih bahwa apa yang mereka lakukan pada teman-temannya itu terjadi karena dirinya.
Bukankah sudah kalian lihat? Jennifer adalah wanita sialan yang manipulatif,Kejam dan jahat! Kaka tirinya itu sungguh tidak memiliki hati.
Ia sampai bertanya-tanya apa yang membuat Jennie begitu membenci dirinya? Apa karena ibunya? Kalau memang iya, Lalu haruskah ia yang menanggung semua beban masa lalu ibunya? Ini merasa tidak adil. Ia tidak pernah melakukan kesalahan apapun bahkan pada Kaka tirinya sekalipun.
Ya Rachel akui, hubungan kedua orang tua Jennie hancur karena kehadiran ibunya, tapi apakah itu semua murni kesalahan ibunya? Ibu nya saja tidak tahu bahwa pria sialan itu telah memiliki istri, ibunya juga adalah korban disini.
Namun Jennie seakan belum puas dengan semua itu, dia mulai membalaskan dendam fanny melalui dirinya, setelah ibunya meninggal dalam satu bulan ia dan teman-teman mulai diincar dan berakhir dengan memutar balikan fakta. Bahwa semua perbuatan kriminal nya terjadi atas kesalahan Rachel.
Sungguh lucu bukan?
Apakah Jennie tidak tahu? Bahwa ia juga menderita disini? Di tinggal orang yang paling ia sayang adalah sebuah penderitaan terbesar bagi Rachel, apakah itu tidak cukup bagi Jennie? Kakak tirinya itu bak seorang iblis yang berwujud manusia.
Baiklah. Jika memang Jennie ingin bermain dengannya maka Rachel tak punya pilihan lain, selain ikut bermain.
Disaat tengah berperang dalam batin nya, ia merasakan sebuah getaran ponsel di saku celananya. Tak butuh waktu lama Rachel segera mengangkat panggilan itu.
"Cela? Lo udah balik? Gue lembur lagi, gpp kan pulang sendiri? Kalau ada apa-apa hubungin gue ya"
Rachel mengambil nafas sebelum menjawab, gadis itu mencoba menormalkan suaranya agar tidak terdengar seperti menahan amarah. "Oke, gue balik sekarang"