Chapter 31 | Rencana 1

473 41 10
                                    

Kelima pemuda itu menyelusuri semua luka yang ada di badan gadis asing ini, terdapat beberapa luka yang terlihat masih baru, mungkin gadis itu tidak sempat mengobati atau tidak di obati sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kelima pemuda itu menyelusuri semua luka yang ada di badan gadis asing ini, terdapat beberapa luka yang terlihat masih baru, mungkin gadis itu tidak sempat mengobati atau tidak di obati sama sekali. Semua terlihat sangat jelas, karena mereka pun paham dengan luka-luka seperti ini.

Di tubuh gadis itu juga terdapat ruam merah keunguan sepertinya gadis ini mengalami pelecahan atau pencabulan sekaligus juga penyiksaan.

Bambam mendesis otak nya benar-benar mendidih, pemuda itu lebih memilih beranjak menjauhi gadis tersebut. "Anjing lah, gue gabisa nahan emosi" Katanya.

Deka menempelkan punggung nya sambil menerawang ke arah langit-langit ruangan.

"Gue ga nyangka bakalan Nemu orang-orang kaya gini, mimpi apa gue semalem anjir"

Juna,bara dan Yogi hanya menatap gadis itu dalam diam, Yogi berinsiatif membuka jaket nya dan menutup seluruh tubuh gadis itu, karena bukan bohong gaun itu terlihat sangat seksi.

Sedangkan Yogi ini pria normal, ia tidak tahan melihat tubuh wanita yang hampir seluruh badan nya terekspos..

Di sisi lain Juna justru terlihat khawatir, otak nya berkecamuk banyak pikiran buruk, jika ia bisa menemukan perempuan ini disini, berarti kekasihnya pun akan bernasib sama disana? 

Dan sial ia tidak tahu dimana Jihan sekarang, setelah dua jam dia dan keempat temannya mencoba mencari celah untuk kabur.

Tapi rasanya percuma gudang kosong ini terlihat sangat ketat. Mustahil jika mereka bisa kabur—  ditambah jendela di sana saja berukuran sangat kecil dan seperti nya hanya bisa di lewati oleh kucing, seluruhnya bangunan ini hanya di kelilingi oleh tembok beton yang menjulang ke atas.

Bambam sendiri terlihat mondar-mandir di depan pintu,sesekali ia mengintip di sela-sela pintu untuk melihat keadaan sekitar, namun bambam hanya bisa melihat kegelapan saja disana.

Pemuda itu berjalan menghampiri Juna yang tengah duduk terdiam "Gue gatau harus gimana, gue haus"

"Gue lapar masa—belum makan siang tadi" Jawab Yogi sambil mengelus perutnya yang terus keroncongan minta diisi.

Bara dan Juna hanya bisa terdiam mendengar keluhan-keluhan sahabat-sahabat nya. Jika boleh dikata mereka berdua pun sama, namun lebih ke haus di banding lapar.

Saking sibuk dengan dunia masing-masing sampai tak menyadari Mindi sudah ikut mendudukkan diri di samping bara. Gadis itu sudah terbangun dengan suasana hampa yang menyulitkan dadanya, dia kira dia sudah mati, tapi ternyata badannya saja yang mati rasa, karena terlalu lama merasakan sakit. Sehingga Mindi sudah merasa kebal.

Bara yang sadar ada pergerakan di samping kirinya berteriak tak tertahan, pemuda itu sudah menjauhi Mindi disusul dengan Yogi yang ikut terkejut.

Sungguh, siapa yang tidak terkejut Mindi duduk bersandar dengan wajah yang masih di penuhi darah yang sudah mengering. Itu terlihat menakutkan sekali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(✓) ʙᴀᴅ ɢɪʀʟꜱ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang