Malam ini jovan sedang menikmati waktu bersantainya, setumpuk PR sudah ia kerjakan dua puluh menit yang lalu menyisakan penat yang sebelumnya membebani pikiran jovan. Meskipun ia di kenal dengan seorang anak jalanan yang bebas pergaulan namun ia selalu berusaha menyisihkan waktu nya untuk belajar agar bisa meraih cita-citanya menjadi seorang arsitek.
Pria itu memupus hampir seluruh waktunya berbaring di atas kasur dengan mengscrol seluruh sosial medianya, tidak ada yang aneh sebenernya, ia hanya merasa sedang malas untuk sekedar nongkrong dengan anak-anak serigala, entahlah tubuhnya yang selalu merasa lelah memilih untuk berdiam diri dirumah seharian.
Bahkan puluhan notifikasi ia abaikan maupun itu dari anak-anak serigala atau gadis-gadis tidak jelas yang mengirim DM padanya..
Ah! Benar juga mengingat tentang gadis, jovan jadi teringat Rachel. Entah sejak kapan pikirannya begitu candu terhadap Rachel, bahkan di waktu setenang ini Rachel muncul di pikiran jovan, otak cerdasnya bahkan tidak bisa mengenyahkan wajah cantik gadis itu.
Karena ia menilai hal lain. Rachel memang seperti perempuan pada umumnya tapi gadis itu berhasil menarik perhatiannya, gadis itu terasa berbeda tidak pernah ragu untuk meninju orang, entah karena dasar apa yang jelas ia juga begitu merasa berambisi untuk memperhatikan Rachel, wajah gadis itu selalu datar dan dingin, alih-alih merasa risih jovan justru merasa ingin menarik gadis itu kembali pada wujud aslinya dahulu.
Menurutnya wajah dingin dan datar Rachel itu hanyalah sebuah kedok, ia merasa bahwa sifat Rachel tidaklah sedingin itu, wajah gadis itu terkadang terlihat ramah dan perduli.
Entah karena terlalu memikirkan Rachel atau memang pria itu hendak mengambil sesuatu di dapur. Yang jelas jovan sudah berdiri di depan meja makan tanpa melakukan apapun dan tidak sedikit pun dari otaknya memutuskan akses pikirannya terhadap Rachel.
Jovan bahkan mengingat-ingat beberapa moment yang menjeratnya untuk terikat hubungan dengan Rachel, walaupun tidak terlalu banyak moment mereka dan bahkan bisa dihitung oleh jari tapi itu semua seolah-olah mereka sudah bertemu beberapa kali padahal itu hanya bayangannya saja atau.. ia terlalu merindukan gadis itu, sampai-sampai membuat statement sendiri bahwa ia merasa dekat dengan Rachel.
Jovan menghela nafas berat, sosok Rachel benar-benar telah mencuri setiap waktunya, dan ini tidak bisa dibiarkan, ia harus menemui Rachel saat ini juga.
"Gue harus cari Rachel" tanpa sadar Johan menyerukan isi kepalanya.
"Rachel? Siapa tuh?"
Jovan memejamkan kelopak matanya, jovan nyaris melupakan satu hal, apartemen mahalnya tidak ia huni sendirian ada seseorang yang jovan ajak untuk tinggal bersama yang kemudian ia menyesali keputusannya tersebut.
"Hello! Are you okay friend? lo udah kaya orang dongo sepuluh menit berdiri disitu tanpa gerak sedikitpun"
Dia seorang pria tampan dengan rambut cepaknya, senada dengan penampilannya, memiliki tubuh yang tinggi dan nyaris mengalahkan jovan.