Mengingat obrolan Jihan dan luna entah kenapa memberi dampak besar bagi Jihan, seakan Jihan kembali kehilangan arah tujuannya seperti pertama kali ia dan Jihan bertemu. Ya kala itu ia emang tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka dan itu mengundang rasa penasaran besar terhadap diri juna, mucikari? Madam? Apa maksud dari pembicaraan itu? Apa kekasihnya itu terlibat perdagangan manusia? Atau... Juna tidak tahu yang jelas ia menangkap bahwa kekasihnya itu tengah mengalami hal sulit.Beberapa kali juga Juna mendapati kekasihnya itu melamun, hingga tidak jarang mendapati emosi Jihan yang naik turun begitu cepat. Hampir seminggu ini Juna dapat merasakan perubahan signifikan pada tingkah laku kekasihnya, dan hal itu kerap kali menyebabkan pertengkaran diantara mereka.
Ini adalah tiga kalinya dalam seminggu, dirinya mendapati Jihan tengah menatap makanan tanpa minat, bahkan steak yang di pesan 15 menit yang lalu pun masih utuh, membuat Juna mendesah lelah, kenapa? Jihan jadi seperti ini?!
"Jihan" panggil Juna selembut mungkin.
Gadis itu mendongak menatap Juna, mendesah sesaat kemudian mengusap seluruh wajahnya "Maaf Juna, aku mengacaukan kencan kita lagi"
"Kalau gitu udahan kaya gini nya Han, kamu gabisa kaya gini terus Jihan, jujur gue cape, sebenernya apa yang terjadi sama kamu?"
Nada suara Juna begitu sinis tatapannya pun begitu tajam. Sudah cukup Juna bersabar dengan perilaku Jihan akhir-akhir ini, dia bukan pria penyabar. Ralat.
"Kok kamu ngomong nya kaya gitu sih? Kalau emang gamau ngapain ngajak gue keluar?!" Suara Jihan hampir membentak, gadis itu masih menahan intonasi nada nya, mengingat ini masih ditempat umum..
"Kamu pikir aja sendiri, ga sekali dua kali kamu cuekin aku! Kamu kalau ada masalah cerita, bukannya kita udah janji buat saling terbuka, kita pacaran ga sebulan dua bulan loh ini Jihan, biasanya juga kamu terbuka sama aku?!"
"Yaudah! Bukan berarti kamu bentak aku! kalau kamu gasuka mending kamu pergi aja lah! Lo pikir gue juga ga cape apa?! Gue juga cape Juna!!!"
Ini bukan pertama kali Jihan berbicara dengan nada tinggi seperti itu, Juna masih mencoba memaklumi dan lebih memilih untuk mengalah lagi kali ini, ia juga cukup lelah.
Juna menarik nafasnya dalam-dalam dan menggenggam tangan Jihan "Oke-oke baik, maafin aku ya sayang udah bentak kamu"
Jihan menatap Juna dalam sebelum menghembuskan nafasnya kasar "Aku juga minta maaf, kalau sifat aku kaya gini, tapi aku belum bisa cerita apa-apa sama kamu, aku minta pengertiannya dari kamu"
Juna mengangguk mengerti dia akan menekan egonya lagi, dalam hatinya ia sama sekali tidak berniat memarahi atau membentak Jihan, semua sikap tegas Juna itu bersumber cintanya pada Jihan begitu besar, dan Jihan harus paham bahwa Juna sangat mencintainya.
Dan semua itu disaksikan oleh Rachel dan Lisa yang kebetulan mereka akan malam disana, namun melihat Jihan sedang saling genggam dengan pria asing, membuat kedua gadis itu urung mendekat terlebih Rachel yang terlihat menatap dingin kedua orang tersebut, tanpa mengatakan apapun Rachel berbalik badan pergi dari sana.