"CUKUP RACHEL!" Teriak Adam.
Namun Rachel semakin menekan kuat cekikannya dengan tawa mengerikan disana.
Rachel sudah gila.
"Lo pikir gimana rasanya di pukuli kaya gini hah?! Selama dua tahun gue terus di kejar-kejar tanpa tahu kesalahan gue apa! Mending Lo semua enyah! Mati anjing!!!!!!!"
Rachel semakin mengeratkan cekikannya di leher Rio gadis itu sudah kehilangan kendali sepenuh nya ia akan membunuh Rio sekarang juga. Ia lebih ikhlas membusuk dipenjara di bandingkan harus menanggung beban hidup orang-orang di sekitarnya.
Disisi lain adam bertindak cepat pemuda itu merogoh saku jasnya mengambil sebuah pistol kecil dengan posisi siap menembak ke arah Rachel.
Sebelum sempat Adam menarik pelatuk itu untung jisya menyadari pergerakannya dan langsung menahan sekuat tenaga agar timah panas itu tidak mengenai Rachel.
Hingga!
DOR
DOR!
DOR!
Pistol yang di pegang Adam juga jisya menebak tak tentu arah, seluruh orang yang hadir reflek berjongkok menunduk dua tembakan melesat dan satu lagi berhasil melukai lengan jisya yang ia gunakan untuk mencoba melindungi Rachel ketika Adam melepaskan tembakan ketiga.
Gadis itu ambruk seketika dengan jeritan yang tak tertahan, timah panas itu bersarang di lengan kanannya dan berhasil membuat Rachel Delisa tertegun, gadis itu pun tanpa sadar sudah melepaskan cekikan dari rio dengan Rio yang sudah tergeletak lemas di bawahnya.
"JISYA!"
Sedangkan Wildan tengah menginjak lengan Adam sehingga pistol itu terjatuh dan langsung di pungut Leo.
Brian mendekat dan langsung berjongkok pria itu menyobek kaosnya dan melilitkan kainnya ditangan jisya yang terluka kemudian membawa gadis itu keluar dari ruangan dengan diikuti beberapa temanya disana.
BRUK!
Mereka kembali di buat terkejut dengan sesuatu yang menghantam lantai cukup keras, disana Rachel tergeletak dengan darah yang mengalir di kepalanya.
[]
Rachel membuka matanya perlahan dan mengerjapkan menyesuaikan cahaya, ia melihat sekeliling tempatnya berada sekarang ruangan serba putih dan aroma khas rumah sakit tercium.
Jadi ia pingsan?
Rachel menunduk, ia baru sadar bahwa ia mengenakan baju pasien serta kepala yang terbalut perban putih juga selang infus yang terpasang di lengan putihnya, perlahan ia bangkit dan mendudukkan diri atas ranjang pasien itu namun perlahan-lahan ia merasakan nyeri hebat dibagian kepala kirinya hingga merambat keseluruhan tubuhnya. Sakit... Sangat sakit.