Chapter 7 : target

973 118 8
                                    

Jam tiga dini hari lisa baru sampai di kontrakan, gadis itu seketika menghentikan langkahnya melihat pintu kontrakan sedikit terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam tiga dini hari lisa baru sampai di kontrakan, gadis itu seketika menghentikan langkahnya melihat pintu kontrakan sedikit terbuka.

Apa Rachel tidak tidur?

Dengan perlahan Lisa memasuki rumah namun baru saja satu langkah didepan pintu, terdengar suara asing didalam Lisa langsung mengurungkan niatnya, gadis itu segera keluar mengikuti instingnya bersembunyi disebuah tong sampah besar dipinggir kontrakan.

"Cewe itu gaada, kayanya dia sudah feeling kalau kita bakalan kesini"

"Kita nginep aja disini, gue yakin Lisa bakalan balik"

Samar-samar Lisa mendengar percakapan mereka dengan pelan Lisa merogoh ponselnya, menekan tombol silent, setelah itu ia mencari kontak Rachel mencoba menghubunginya namun sayang, nomor Rachel tidak aktif.

Apa Rachel ketangkap?

Lisa mendesis dalam hati, ia kembali mengintip dibalik tong sampah. Para bedebah itu masih berjaga santai disana lalu bagaimana caranya dia kabur? Haruskah Lisa melawan? Apa itu baik untuknya? Bagaimana jika dia tertangkap? Dan berakhir menjadi beban lagi untuk rachel? Demi tuhan Lisa lebih baik mati dan hidup susah bersama rachel daripada harus menjadi budak wanita sialan itu.

Lisa kembali mencoba menghubungi Rachel, namun ponsel Lisa terlebih dahulu berdering, dengan secepat kilat Lisa mengangkat teleponnya ternyata itu dari Rachel..

"Halo?"

"Delisa! Lo dirumah? Lisa kabur dari sana!"

"Cel-"

"Jangan banyak nanya! Cek wa!"

"Tungg-"

TUT!

Kesal, Delisa sangat kesal Rachel menutup panggilannya secara sepihak, dengan cepat ia membuka isi WhatsApp nya.

Kita ketemuan di Babakan Sari 2 kebaktian Kiaracondong,.

[]

Rachel membaringkan tubuhnya kembali, ini sudah sepuluh menit saat dia sadar, namun sampai saat ini ia masih belum menemukan siapapun disana, rumah ruangan ini terasa sangat asing namun juga terlihat sangat rapih.

Rachel mendesis kesakitan saat mencoba berbaring ke arah kanan, tubuhnya terasa sangat kaku serta sakit dan akhirnya lebih memilih untuk berbaring ke arah kiri memejamkan matanya sesaat merasakan pusing yang tiba-tiba menyerang kepalanya, matanya terbuka kembali saat sadar bahwa di tangannya terdapat selang infus.

Gadis itu menerka-nerka siapa gerangan yang menolongnya? Apakah para gangster yang terakhir bertemu dengan mereka? Tapi itu tidaklah mungkin, apalagi kesan pertama kali ia bertemu dengan mereka tidaklah baik.

Rachel tidak ingin berharap lebih, tapi ia akan sangat berterima kasih nanti setidaknya ini bukan tempat madam, jadi ia merasa sedikit tenang, walaupun hati kecilnya masih saja merasa was-was karena Rachel yakin jika rumah ini, rumah pria, itu terlihat jelas dari dekorasi dan aroma maskulin yang menguar dikamar ini.

(✓) ʙᴀᴅ ɢɪʀʟꜱ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang