Bunyi ketukan pintu membuat Maya tersentak, kemudian ia beranjak dari duduknya berjalan ke arah pintu dan membukanya."Jalang brengsek!" Jennie menjambak rambut Maya ke belakang dengan keras membuat gadis itu jatuh terjerembab ke belakang. "Nyusahin banget hidup Lo anjing! Apa susahnya tinggal kebawah!" Teriaknya murka.
Maya mendongkrak dengan pandangan kebencian pada Jennie. "Lo tahu? Gue selalu berdoa sama tuhan semoga Lo tidak pernah merasakan kebahagian seumur hidup!" Ucapnya dengan tatapan nyalang.
Seketika satu tamparan keras melayang ke arah wajah cantik Maya, Jennie menatap dengan pandangan murka "brengsek! Jalang sialan!"
Jennie menarik kuat lengan Maya untuk keluar dari kamar sesampainya di lantai dasar, jennie mendudukkan Maya di salah satu kursi sofa.
Maya menatap terkejut segerombolan pria tua tengah saling duduk bersilang kaki di kursi, ia yakin salah satu dari pria-pria tua Bangka ini akan memilih dirinya.
Gadis itu mengepalkan tangannya kuat dalam hati ia mengucapkan tahan mencoba menahan emosi yang menjalar di kepalanya. Ia harus sabar setidaknya untuk saat ini.
"Wah, cantik-cantik ya pegawai kamu ini madam" Puji salah satu pria tua yang berada duduk di tengah.
Jennie tersenyum manis sambil menatap ke arah orang-orang yang akan menjadi langgannya, kemudian pemilik rumah pelacur yang tengah maya tempati itu memalingkan wajahnya padanya dan berjalan ke arah Maya.
"Layani dengan baik, jangan macem-macem, awas kamu akan tahu akibatnya!" desis Jennie.
Sekuat tenaga Maya menahan diri untuk tidak berontak ia harus bertahan sebelum aksi melarikan diri.
"Bukankah ada satu lagi? Gadis berponi dan bermata bulat itu kemana Jennie?" Tanya salah satu pelanggan yang sedikit lebih muda dibanding lain.
"Mindi?" Tanya Jennie, kemudian ia memanggil salah satu anak buahnya dan menyuruh pria itu untuk menyeret Mindi kemari.
Salah satu anak buah dari pria itu menepuk tangan dua kali, tak lama sosok berbadan kekar datang menghampiri sambil membawa koper kecil "Tawaranku masih sama, jumlah uang yang kau inginkan ada didalam sini"
Jennie lantas menatap koper itu tanpa minat "Sudah aku katakan, aku tidak akan pernah menerima tawaranmu itu, apa kau tidak paham?"
Pemuda itu lantas tertawa dan menyilang kedua kaki nya angkuh "5 milyar? madam yakin tidak mau?"
Jennie membuang nafas "Dengar, aku tidak perduli seberapa banyak anda membawa uang, dan jawaban saya masih tetap sama, saya tidak akan pernah menjual anak buah saya, terimakasih dan tolong pintu keluar terbuka lebar untuk anda"
Raut wajah pria itu berubah emosi dengan pandangan nyalang pria itu hendak memberikan sebuah pukulan namun anak buah Jennie sudah lebih dulu memblokir pergerakan nya.