Rachel Gabriel Elizabeth, wanita cantik berwatak dingin dengan Ekspresi wajah yang selalu tampak datar itu menatap seluruh siswi dan siswa yang berkerumun di depan gerbang.
Tetapi bukan itu yang sebenarnya menarik perhatian Rachel, melainkan di dalam kerumunan ia melihat sosok dua siswi cantik yang terlihat sangat tegang kedua gadis itu tampak membeku akan kehadirannya.
Luna dan Yunita
Wah rasanya menyenangkan sekali, ternyata para pengkhinat ini berkumpul dalam satu sekolah belum lagi di tambah preman kampung yang tengah menatapnya dengan tatapan mata yang melebar sempurna.
Jadi? Bagaimana? Sepertinya akan seru.
"Sepertinya emang udah jalan hidup gue, di kelilingi manusia-manusia sampah"
Suara berat penuh kebencian Lisa terdengar bertepatan saat Jihan dan cacha memasuki gerbang. Jihan membeku tanpa sadar kedua matanya melebar begitu melihat sosok Rachel dan delisa berdiri tak jauh darinya.
Rachel menoleh hingga matanya bertatapan langsung dengan chacha dengan mata Rachel yang sedang memandangnya datar.
"Hai lama tidak bertemu, kawan" sapanya.
Dengan otak yang masih mencoba untuk memproses kejadian tersebut, jihan hanya bisa berkedip polos sembari berteriak dalam hati. Rachel?
Lisa mendesis sinis mendengar sapaan Rachel pada Jihan gadis itu langsung menarik Rachel masuk, namun baru saja beberapa meter dari jarak yang ditempuh oleh kedua kaki panjangnya. Kini ia menghentikan langkahnya. Bukan tanpa sebab, melainkan karena seorang pemuda lain yang berdiri didepan sana, tatapan orang tersebut terlihat begitu...
Menjengkelkan.
"Wah, gue ga nyangka siswi dari lestari bisa masuk kesini? Nyogok ya?"
Lisa menatap dingin Haris tatapan nya begitu tajam membuat Haris seketika merasa jika atmosfer koridor berubah jadi kelam. Pemuda itu berangsur mundur dan lebih memilih berdiri di belakang Jeremy.
"Hai Rachel, How are you, long time no see" Para siswi begitu merinding suara intonasi rendah milik Jeffrey mengudara serta tubuh pemuda itu menghadang jalan Rachel dan delisa.
Rachel menarik lisa ke belakang dan kini ia menghadap berani pada Jeffrey kemudian senyuman manis terbit dari bibir tipis Rachel. "Hai sampah jalanan"
Para siswi terkejut begitu mendengar balasan Rachel yang penuh kenajisan itu meluncur begitu santai dari bibirnya ranumnya.
Apa-apaan?
Jeffrey terdiam tatapan matanya menggelap, ia merasa marah tapi tidak tahu pada siapa, bukan! Bukan karena ucapan Rachel melainkan selama ini ia berasumsi dari sudut pandangnya sendiri dan mengambil kesimpulan bahwa gadis ini menghindarinya, namun secara tiba-tiba gadis itu satu sekolah dengannya tanpa pemberitahuan apapun.