Bab-2

3.1K 148 8
                                    

Taehyung menatap konyol dirinya di depan cermin. Tidak ada yang salah dengan paras dan perawakannya. Menjadi anak yang patuh dan baik, apakah itu salah? Apa kerennya menjadi anak yang nakal dan suka buat onar. Taehyung hanya tidak mau membuat Ayah dan Ibunya merasa sedih. Setidaknya jika dirinya tidak terlahir jenius seperti kakaknya, maka minimal jadilah anak yang manis.

Kacamata dengan bingkai warna hitam Taehyung letakkan di atas meja nakas. Itu hanyalah kacamata aksesoris. Taehyung tidak memiliki masalah mata minus, plus, rabun ataupun silinder. Masalah Taehyung pada matanya hanyalah satu, terlalu indah. Dan Taehyung merasa agak tidak nyaman dengan keindahan yang ia miliki.

Usai bertengkar dengan Jimin, Taehyung pun memutuskan untuk pergi tidur saja. Mungkin otak dan tubuhnya akan sedikit rileks ketika bangun tidur siang nanti. Tapi ternyata Taehyung salah. Otaknya semakin ruwet dengan pikirannya yang makin semerawut.

"Apa aku tidak normal?"

Iya... sebenarnya Taehyung memang sudah tahu kalau dirinya tidak normal. Dia adalah seorang gay. Masalahnya bukan itu maksut dari ketidaknormalan yang sedang Taehyung pikirkan.

Akhirnya mood untuk tidur siang pun hilang sudah dan berakhir dengan Taehyung yang membuka salah satu situs di internet. Di mana di sana ada salah satu layanan umum yang menyediakan jasa pemuas napsu.

Mata Taehyung membola seiring dengan mulutnya yang melongo. Berbagai macam ukuran penis terpampang di gambar iklan. Semua ukuran tersedia, dari yang panjang, besar, atau yang besar dan panjang.

Dan membayangkan penis yang besar dan panjang itu mengoyak-ngoyak lubang analnya, tanpa sadar Taehyung sudah meneteskan air liurnya.

"Sepertinya aku harus mencobanya." Itu katanya, sebelum Taehyung melihat berapa harga yang tertera untuk dapat merasakan penis itu selama satu jam saja.

What the fuck!

Harganya setara dengan uang saku Taehyung selama 3 bulan saja, dan itupun hanya untuk satu jam saja.

"Orang gila mana yang akan membayar harga semahal itu hanya untuk bermain satu jam saja!"

.
.

Dan orang gila yang mau membayar dengan harga tinggi untuk mendapatkan kepuasan tertinggi juga adalah perempuan bernama Irene.

Irene datang langsung ke kantor tempat di mana para pekerja seks itu diperkerjakan. Irene ingin melihat orangnya terlebih dahulu secara langsung sebelum nanti ia pergunakan.

Ada lebih dari 10 orang yang sudah siap mendapatkan penilaian dari Irene, dan tak sampai 10 menit terlewat, Irene pun sudah memutuskan siapa orang yang akan ia sewa selama 3 jam ke depan nanti. Tapi tidak untuk malam ini.

"Kenapa tidak malam ini saja kamu memperkerjakannya. Kebetulan malam ini dia senggang." Kata Seokjin sebagai pemilik dari perusahaan penyewa jasa pemuas napsu.

Irene yang duduk tepat di hadapan seseorang yang sudah ia pilih itupun mengulas senyum sembari mengelus pipi orang yang nantinya akan melayaninya itu.

"Minggu-minggu ini aku sibuk. Ada banyak proyek yang sedang aku kerjakan. Oleh sebab itu aku butuh hiburan setelah semua proyekku itu selesai." Irene menyunggingkan senyumannya seraya berdiri dan berjalan menuju seorang pria yang tampak masih duduk tenang di kursinya.

Tangan Irene terulur menuju gundukan yang Irene yakini belum mengalami ereksi. Tapi sudah terlihat jelas besar dan panjang.

"Kau tidak berhak menyentuhnya sekarang." Irene sedikit berjengit ketika tangannya tiba-tiba disentak.

"Baiklah... aku akan menyelesaikan transaksinya sekarang juga. Tapi biarkan aku mencicipi bibirmu yang tampak seksi dan menggoda dengan adanya percing itu." Dan sekali lagi Irene dibuat tercengang oleh kelakuan orang di hadapannya kini.

"Bahkan jika kau membayarku 10 x lipat, kau tetap tidak akan pernah mendapatkan perlakuan khusus itu dariku." Terlihat jelas ekpresi wajah marah dari Irene. Tapi ucapan selanjutnya yang terlontar dari perkerja seks yang angkuh itu, justru membuat Irene semakin tertantang.

"Kau bisa membatalkannya jika merasa keberatan."

Irene tampak membuang nafasnya dan membuka dua kancing kemejanya. Memamerkan lekukkan pada dua tonjolan di dadanya. Entah kenapa ruangan menjadi semakin panas dan membuat Irene semakin gerah.

"Aku tidak akan membatalkannya. Dan untuk tarif 10 x lipat yang kamu katakan tadi, aku akan membayarmu dengan nominal itu, tapi dengan satu sarat. Kau harus melayaniku di rumahku." Irene benar-benar merasa tertantang dan juga penasaran. Sehebat  apa permainan orang yang masih memasang wajah datar di hadapannya kini.

Dan katakan Irene sedang gila. Bahkan jika proyeknya berhasil dan lolos uji, bagian yang ia dapatkan saja tidak ada separuhnya dari bayaran yang akan ia berikan pada pekerja pemuas napsunya itu nanti.

Namun berhubung gairah sudah disulut, makan seluruh uang tabungan ludes pun Irene sudah tidak perduli lagi.

Tidak ada adu argument lagi setelah itu yang berarti semuanya sudah sepakat. Dan berhubung pekerjaan kotor dengan upah fantastis itu tidak dilakukan sekarang. Maka saatnya Jungkook untuk menjemput pundi-pundi wonnya di bar tempat ia biasa mangkal di bawah asuhan Bogum.

Bogum dulu juga adalah pemain seperti Jungkook, tapi sekarang ia telah beralih profesi menjadi pengelola tempat di mana para pekerja kotor itu bebas memasarkan segala keahliannya untuk memuaskan para pelanggan.

Jungkook tidak bisa hanya berdiam pada satu tempat saja. Uang yang harus ia hasilkan setiap bulannya tidaklah sedikit. Oleh karena itu selain ikut bekerja di tempat Bogum, Jungkook juga ikut bekerja di tempat Seokjin.

Biasanya jika ia mendapatkan pelanggan dari tempatnya Seokjin, rata-rata orang yang menyewa jasanya adalah orang dari kelas menengah ke atas. Dan dibawa pulang untuk diperkerjakan di rumah, tentu bukanlah hal yang baru.

Jungkook pergi meninggalkan kantor Seokjin setelah mendapatkan separuh dari upah yang dijanjikan 10 x lipat dari pelanggan barunya itu. Dan separuhnya lagi akan Jungkook dapatkan jika pekerjaannya sudah selesai.

Namun meski begitu bukan berarti Jungkook bisa berleha-leha dan tidak pergi bekerja pada malam hari ini.

Ada biaya rumah sakit neneknya yang harus Jungkook bayar dengan harga yang tidak sedikit setiap bulannya. Dan ada tabungan yang harus Jungkook isi setiap harinya untuk menunjang pernikannya bersama dengan kekasihnya.

Meski Jungkook sadar jika itu tak mungkin tereleasisasi dalam waktu dekat ini.

Jungkook juga manusia biasa yang punya rasa dan punya hati. Ia juga sama dengan yang lainnya yang memimpikan keluarga yang bahagia bersama dengan pasangan hidupnya kelak. Dan oleh sebab itulah sampai sekarang satu yang masih Jungkook jaga dari dirinya. Yaitu ciuman.

Jungkook tidak pernah mau memberikan service ciuman. Berapapun ia dibayar Jungkook tidak akan pernah menerimanya. Semua itu semata-mata hanya demi janji Jungkook pada kekasihnya. Jika memang benar, mungkin spermanya akan membanjiri tiap lubang gatal milik pria maupun wanita yang haus sentuhan birahi. Tapi tidak untuk ciuman.

Bercinta tanpa rasa mungkin Jungkook bisa melakukannya. Ia hanya perlu membeli obat ereksi dan lalu penisnya akan berdiri tegak tanpa perlu mendapatkan rangsangan. Tapi jika harus melakukan ciuman, Jungkook hanya mau melakukannya dengan orang yang se hati dengannya.

Tapi sepertinya apa yang telah
dijaga selama ini oleh Jungkook hancur berkeping-keping seiring dengan hatinya yang terasa remuk redam.

Tapi sepertinya apa yang telah dijaga selama ini oleh Jungkook hancur berkeping-keping seiring dengan hatinya yang terasa remuk redam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


DIRTY JOB [ KOOKV VERSION ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang