17. Ruangan Tersembunyi

317 27 7
                                    

Vlador.

Kening Triana mengkerut, lalu ia menjawab ucapan Vlador, “Orangtuaku sangat menyayangi anak-anak mereka. Mereka selalu mengusahakan yang terbaik untuk kami. Ya, mereka memang tidak sempurna karena mereka juga manusia, namun mereka adalah orangtua terbaik bagiku.”

Tawa kecil lolos dari bibir Vlador. “Mereka sangat baik hingga membiarkanmu meminta penyihir membuat kecantikanmu abadi.”

“Tuan Vlador, tolong jangan menilai orangtuaku bahkan ketika kau tidak mengenal mereka. Sebagai seorang anak, tentu kita dapat merasakan sendiri cinta orangtua kepada kita, benar?”

Kalimat Triana membuat Vlador terdiam. Rahangnya mengeras dan ia mengembalikan padangannya ke depan. Kelihatannya gadis itu memiliki hidup yang sangat menyenangkan dan orangtuanya memperlakukannya begitu manis sehingga ia membela mereka dengan seluruh harga dirinya.

Gadis itu berbicara seakan semua anak tumbuh dengan kehangatan dan kebahagiaan yang sama sepertinya. Sungguh memuakkan.

“A-aku minta maaf jika aku berbicara sembarangan. Aku tidak bermaksud mengingatkanmu pada mendiang keluargamu. Keluargamu dibantai dan kau dikurung sendirian selama seratus tahun. Itu pasti sangat berat dan menyakitkan. Maafkan kalimat tidak berperasaanku.” Ucap Triana pelan.

Valador menoleh pada Triana lagi dan mendapatinya tengah menggantungkan kepala. Ia salah paham. Ya, tentu saja ia akan berpikir begitu karena ia tidak mengetahui masa lalu Vlador. Namun setidaknya, di samping mulutnya yang asal bicara, Triana cepat menyadari kesalahannya dan memiliki simpati untuk orang lain.

“Kenapa kau menganggap masa depanmu bergantung pada kecantikanmu?” Tanya Vlador, menyingkirkan keluarga dari perbincangan mereka.

Triana mengangkat wajahnya dan menatap Vlador. Kemudian ia menarik napas panjang dan tersenyum tipis. “Karena aku akan menikah.”

Kening Vlador mengkerut. Ia menatap gadis itu dengan tanya.

Triana kekeh kecil dan mengangguk. “Aku memiliki seorang pangeran. Sejak kecil, kami telah dijodohkan. Ia adalah pangeran tampan dan sangat baik pada semua orang. Seharusnya aku menikah di usiaku yang ke sembilan belas tahun. Namun calon suamiku belum kunjung kembali dari perang Nardehon dan tidak ada kabar pasti kapan ia akan kembali. Sedangkan, saat ini, usiaku sudah lewat dari dua puluh satu tahun. Aku takut di saat ia kembali, aku sudah terlalu tua dan penampilanku telah menurun.”

“Itu adalah alasan yang tidak masuk akal. Jika ia sebaik yang kau katakan, sedikit keriput pada wajahmu tidak akan membuatnya meninggalkanmu.” Sahut Vlador.

“Um… kami hanya tidak tahu bagaimana reaksinya nanti. Namun sangat banyak gadis bangsawan cantik yang ingin menggantikan posisiku; kami tahu itu. Karenanya, kami tidak boleh lengah. Kami telah menunggu pangeran itu selama ini. Jika ia membatalkan pernikahan, aku akan berakhir kesulitan menikah dengan pria bangsawan lain karena usiaku sudah terlalu tua.”

“Penjelasanmu membuatku akan muntah. Itu adalah pemikiran yang menyedihkan.” Ucap Vlador, terkekeh sinis.

“Mungkin menurutmu seperti itu, Tuan Vlador, namun ayahku berkata bahwa itu adalah pemikiran logis. Sebagai ayah, ia menginginkan yang terbaik untuk putrinya, yaitu tidak hidup dalam kesulitan. Tentu saja ia ingin aku menikah dengan pria berkualitas.” Triana mengangkat dagunya.

“Tidakkah kau sadar bahwa sejak tadi kau terus menyebutkan dirimu sebagai Kami? Kelihatannya tanpa kau sadari, orangtuamu telah memanfaatkanmu. Bukan hanya menginginkan kau bahagia, tapi mereka juga menginginkan kebahagiaan darimu.”

“Itu tidak benar.” Bantah Triana tegas. Kemudian ia mengembalikan wajahnya ke depan dengan pandangan merendah. “Mereka sungguh menyayangiku. Mereka ingin aku terus bahagia seperti sekarang dan aku dapat merasakannya.”

Dikutuk Bersama Tuan VampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang