20. Gadis Menyedihkan

328 24 4
                                    

Vlador.

“Baik," Triana mempercepat langkahnya.

Mengerutkan kening, Vlador kembali melirik gadis itu, hanya untuk membuat dirinya sendiri meneguk liur dan mengeratkan rahang karena ingatan atas rasa manis darah Triana muncul di lidahnya.

Namun tiba-tiba Triana tersandung sesuatu hingga tubuhnya terpental ke depan, membuat Vlador melesatkan tangan untuk menangkapnya di perut.

PRANG!

Lentera yang Triana pegang terjatuh ke lantai batu dan pecah. Satu-satunya cahaya di lorong itu seketika padam, mengijinkan kegelapan menyelimuti mereka.

Memegang tangan Vlador yang tengah menahan seluruh bobot tubuh kurusnya, Triana berusaha kembali menapak pada kedua kakinya. “Maaf, sepertinya aku tersandung batu. Di sini gelap sekali.”

“Aku sudah berkata padamu untuk berhati-hati melangkah.” Ucap Vlador seraya membantu Triana kembali berdiri dengan benar.

Kemudian matanya bergulir pada kedua tangan kecil Triana yang masih menggenggam lengan tuniknya. Gadis itu menoleh ke kanan dan kiri dengan kedua pupil melebar.

“Kau menyuruhku untuk berjalan lebih cepat di lantai rusak seperti ini dan sekarang kau memarahiku karena aku tesandung.” Balas Triana.

“Aku tidak memarahimu. Aku hanya mengingatkanmu untuk berhati-hati melangkah.” Jawab Vlador lelah sebelum mendecak dan menarik tangan Triana.

“Hua!” Triana memekik.

“Sebaiknya tidak ada protes lagi darimu.” Ucap Vlador sebelum melanjutkan langkahnya.

“Ke-kenapa kau menggendongku?”

Melirikkan matanya pada gadis yang tengah duduk di atas kedua lengannya, Vlador menjawab, “Aku berani bertaruh kau akan terjatuh lagi dalam lima langkahmu yang selanjutnya. Apakah aku sebodoh itu untuk membiarkanmu berjalan dalam keadaan buta?”

Triana terdiam, menurunkan wajahnya. Kedua matanya mengerjap beberapa kali, seakan ia berusaha mencoba melihat dalam kondisi gelap total. Vlador dapat merasakan ketegangan pada tubuh gadis itu dan melihat satu tangannya mencubit sebagian kecil tuniknya.

“Aku tidak akan menjatuhkanmu meski kau merasa begitu. Salah satu tanganku memegang dua kantung koin sehingga kau mungkin merasa gendonganku seakan agak longgar.” Ucap Vlador.

“Tuan Vlador, aku minta maaf jika aku terus merepotkanmu.” Ucap Triana tiba-tiba.

Vlador mengkerutkan kening. Lalu ia menyusulnya dengan kekehan kecil. “Apakah tidak terlalu lama hingga kau benar-benar meminta maaf?”

Vlador harus menahan senyumnya saat Triana memanyunkan bibir. “Setidaknya aku menyadarinya dan meminta maaf dengan tulus. Aku harap kau menghargai itu. Jika boleh bercerita sedikit, sejujurnya aku merasa bahwa aku mungkin sering membebani orang-orang. Namun orang-orang itu telah dibayar oleh ayahku sehingga ia berkata aku tidak perlu merasa sungkan.”

“Tapi kelihatannya, kebiasaan itu membuatku tanpa sadar mudah merepotkan orang-orang yang tidak seharusnya aku repotkan.” Lanjutnya pelan.

“Kalau begitu sebaiknya kau belajar untuk menjadi mandiri sehingga tidak perlu merepotkan orang lain dan merasa menyesal pada akhirnya.” Sahut Vlador.

Triana menaikkan pandangannya pada Vlador meski matanya salah mengarah. “Apakah menurutmu aku benar-benar merepotkan hingga mungkin… membuatmu kesal padaku?”

“Hm…” Vlador berpikir sejenak. “Aku tidak tahu apa lagi yang harus aku rasakan terhadapmu. Sejak awal kau muncul di hadapanku, aku tidak pernah menyukaimu, jadi itu sama saja ketika kau terus merepotkanku.”

Dikutuk Bersama Tuan VampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang