32. Hancurnya Masa Depan

325 29 18
                                    

Triana.

Pekikan kedua orangtuanya mengundang air mata kembali menuruni pipi Triana.

“Lalu ke mana dia? Apa ia mengikutimu?” Tanya Stefanus.

Triana hanya diam. Lidahnya kelu, tidak mampu mengatakan apa yang terjadi selanjutnya.

“Triana,” Catherine bangkit dari kursinya untuk pindah duduk di samping sang putri dan meraih tangan dinginnya. “Apa yang terjadi di sana, sayang? Apa yang terjadi padamu? Berhenti menangis dan bicaralah dengan tenang,”

Semakin terisak, Triana meneguk liur dan mengangkat wajahnya untuk menatap kedua orangtuanya secara bergantian. “Ibu… Ayah… aku… aku telah dikutuk bersama vampir itu. Penyihir itu… ia menipu kita. Ia mengutuk kami berdua menggunakan ramuannya. Kini darah kami terikat.”

Melepas tangan Triana, Catherine beralih memegangi keningnya dan tergulai ke belakang. “Oh Tuhan… bagaimana ini bisa terjadi?”

“Berhenti menangis dan jelaskan lebih jelas. Apa yang dimaksud dengan darah kalian terikat? Jadi maksudmu, vampir itu mengikutimu?” Tanya Stefanus.

Triana kembali mengangguk sambil terus terisak. “Aku harus meminum darah vampir itu agar tetap hidup. Nyawa kami juga terhubung. Kami akan mati jika salah satu dari kami mati.” Jelasnya sembari negusap air matanya yang kian menderas. “Aku sangat takut, Ayah. Bagaimana jika nanti Pangeran Lucius kembali namun kutukanku belum terangkat? Bagaimana jika-“

“Ia tidak akan kembali.” Potong Catherine, masih bersandar ke belakang dan terus mengurut keningnya.

“Apa?” Triana menoleh dan menatap wajah pucat ibunya.

“Pangeran Lucius baru saja kembali kemarin lusa.”

“Ia sudah kembali?” Ulang Triana, membelalakkan matanya.

“Ia kembali dalam kondisi mengenaskan. Tubuhnya penuh luka bakar parah dan ia telah kehilangan satu tangan dan satu kakinya. Perang itu dimenangkan oleh kerajaan musuh. Hanya sedikit prajurit yang kembali. Pangeran Lucius telah kehilangan harga diri dan kewarasannya. Berteriak-teriak di dalam kamar dan terus mencoba mencabut nyawanya sendiri. Kerajaannya bahkan merahasiakan kepulangannya.” Jelas Stefanus.

“Tidak…” Triana menutup mulutnya dengan kedua tangan.

“Pernikahanmu telah dibatalkan. Tidak ada lagi harapan, Triana.” Ucap Catherine lemas. “Oh Tuhan… apa kesalahan kami hingga putri kebanggaan kami mengalami nasib seburuk ini?”

“Ibu…” Triana meraih tangan dingin Catherine. “Aku sudah menemukan petunjuk untuk menghilangkan kutukan ini. Kalian hanya perlu membantuku bertemu dengan kenalan kalian yang menulis buku tentang penyihir itu. Ia juga yang menyarankanmu membawaku ke penyihir kemarin untuk mendapat kecantikan abadi, ‘kan? Aku yakin ia bisa membantu kita.”

“Itu terlalu beresiko. Meski ia sudah tua, ia mungkin menuliskan kejadian fatal yang menimpamu ini ke dalam buku-buku bodohnya.” Sahut Stefanus. Lalu ia bangkit berdiri. “Setelah ini, pengawal akan membawamu ke kasil Galev. Kita akan memancing vampir itu datang dan menangkapnya. Kau hanya membutuhkan darahnya, ‘kan? Maka ia akan menjadi sapi perah di penjara bawah tanah.”

“Tunggu, Ayah.” Triana ikut bangkit berdiri. “Kau tidak bisa melakukan itu. Aku mohon. Vampir itu sangat kuat. Kalian tidak akan bisa menangkapnya.”

“Leluhur kita menang melawan mereka. Tidak ada vampir yang lebih kuat dan lebih pintar dari manusia.” Ucap Stefanus.

“Ayah! Aku mohon. Hanya biarkan aku bertemu wanita tua itu. Aku hanya memerlukannya untuk mencari arti dari sebuah catatan penyihir. Aku hanya perlu mengetahui siapa yang bisa mengangkat kutukan ini.” Triana berusaha menjelaskan secepat mungkin.

Dikutuk Bersama Tuan VampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang