26. Adalah Vampir

358 24 12
                                    

Triana.

Langit mulai mendapatkan sinarnya. Triana terbangun mendengar suara ketukan pintu. Butuh dua detik baginya untuk mengingat bahwa ia sedang berada di dalam kamar sebuah penginapan dan kenyataan bahwa semalam ia tidur dengan seorang vampir pria di sampingnya.

Namun Triana menyadari dirinya berada di tengah-tengah ranjang, dengan selimut nyaman berbau apek membungkus tubuhnya. Menatap seluruh kamar sempit itu, Triana mendapati dirinya hanya seorang diri.

Di mana Vlador?

Suara ketukan pintu kembali terdengar, kini dengan kekuatan dan jumlah yang menunjukkan ketidak sabaran pengetuknya.

“Ya,” Seru Triana seraya turun dari ranjang dan berlari kecil menuju pintu.

Membuka pintu tersebut, ia disapa oleh dua orang pelayan wanita yang membawa baskom mandi dan sebuah gaun biru tua.

“Selamat pagi, Nona. Kami datang untuk membantumu membersihkan diri dan berpakaian. Tuan Vlad yang mengirim kami ke sini.” Jelas salah satu pelayan itu.

“Oh, baiklah,” Triana bergeser untuk membiarkan kedua pelayan itu masuk.

“Apa kalian tahu di mana Tuan Vlad?” Tanya Triana sembari merentangkan kedua tangannya ke atas.

“Tuan Vlad sedang mengurus kereta kuda, Nona. Kami akan mengantar sarapanmu setelah ini.” Jawab pelayan itu sembari melepaskan gaun tidur dari tubuh Triana.

Mengangguk kecil, Triana terhanyut dalam pikirannya. Ia tidak menyangka Vlador akan mengirimkan pelayan untuk membantunya berpakaian dan menyiapkan sarapan. Kejadian semalam membuatnya merinding namun di sisi lain memberikan rasa hangat tidak biasa di pipinya.

Pria itu sungguh aneh. Triana tidak mengerti karakternya yang terkadang sangat jahat dan dingin, namun di lain waktu penuh perhatian dan hangat.

Sebenarnya apakah Vlador sungguh menganggap Triana hanya sebagai makanan? Bahkan jika pria itu menjaga kesehatan Triana dan memastikan ia tidak kelaparan karena nyawa mereka terhubung, itu agak aneh jika ia juga memperhatikan pakaian dan kenyamanannya.

Namun bukankah para peternak juga memperhatikan kenyamanan dan kebahagiaan sapi-sapi mereka agar dagingnya lebih berkualitas saat disembelih nanti? Apakah Vlador berpikir seperti itu terhadap Triana? Jika kutukan mereka telah terangkat, apakah vampir itu akan berusaha menyantapnya seperti pertemuan pertama mereka?

“Kau sudah selesai, Nona,”

Tersadar dari lamunannya, Triana mengembalikan pandangannya ke depan, pada cermin ramping yang menempel di samping perapian. Ia tersenyum dan mengangguk kecil.

‘Ini tidak buruk.’

Gaun biru yang mempertegas warna matanya memang tidak seindah gaun yang biasa ia kenakan. Itu terlihat cukup sederhana dengan sedikit bordiran ringan di bagian badan depannya. Triana tidak menyangka bahwa tubuhnya tetap terlihat bagus meski ia tidak mengenakan korset yang kabarnya telah dibuang oleh Vlador.

Setelah mengganti pakaian dan berias, Triana menyantap sarapan sederhananya yang terasa seperti sarapan termewah yang pernah giginya kunyah.

Padahal, itu hanyalah roti, potongan keju, dan sup kaldu sayur. Namun porsinya cukup besar dan dimasak dengan baik hingga masih terasa hangat di tenggorokannya. Kelaparan selama dua hari dan hanya menyantap daging kelinci bakar tak berbumbu sebagai makanan terakhirnya membuat makanan kali ini terasa luar biasa bagi Triana.

Sebelumnya, pelayan menyampaikan pesan Vlador pada Triana agar ia menghabiskan semua sarapannya, atau setidaknya memenuhi perutnya hingga ia tidak dapat menelan makanan lagi. Kelihatannya pria itu sungguh merasa terbebani atas lemahnya tubuh Triana hingga berpikir bahwa makan banyak akan membuat tubuhnya lebih kuat - yang mungkin saja benar.

Dikutuk Bersama Tuan VampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang