27. Arti Catatan Penyihir

302 25 11
                                    

Triana

Ketika matahari sudah meninggi, kereta kuda mereka sampai pada jalan yang namanya telah Triana catat pada secarik kertas sebelumnya. Setelah menyusuri jalan tersebut dengan lambat, mereka berhenti di depan sebuah pekarangan rumah dua lantai yang cukup besar.

“Ini benar adalah kediaman Tuan Winston. Aku masih mengingat bentuk rumahnya; tidak berubah sama sekali.” Ucap Triana, tersenyum hangat seraya memandangi halaman rumah yang tetap indah bahkan di musim gugur.

“Kalau begitu kita harus bertemu dengannya sekarang. Aku harap isi catatan penyihir itu sesuai dengan yang aku harapkan.” Ucap Vlador sebelum melangkah lebar menuju rumah itu.

Tiba di depan pintu rumah tersebut, Triana mengetuknya dan tidak lama disambut oleh seorang pria berambut putih dengan kacamata bulat bertengger di batang hidungnya. Ia membawa mereka ke dalam ruang tamunya.

“Ini sudah cukup lama, Triana.”

“Kau benar, Tuan Winston. Namun bentuk rumah ini sama sekali tidak berubah; masih sangat indah, terutama halamannya.” Jawab Triana setelah menyesap secangkir tehnya.

“Itulah yang istriku sukai. Tangannya memang terampil!” Pria itu tertawa kecil. Lalu ia membenahi dudukan kacamatanya. “Jadi, apa yang membawamu ke sini? Aku percaya kau bukan hanya sekedar ingin mengunjungi mantan gurumu, benar?”

Triana tersenyum tipis dan mengangguk. “Aku ingin meminta sedikit bantuan, Tuan Winston. Namun bisakah kau menjadikan ini sebuah rahasia?”

Kening mengkerut, Winston memiringkan kepalanya sedikit. “Aku tidak mengira permintaanmu akan seserius itu hingga kita harus merahasiakannya,”

Menyondongkan tubuhnya sedikit ke depan, Triana menjawab dengan suara pelan dan tangan bertengger di samping mulutnya. “Karena ini adalah masalah yang sangat sensitif.”

“Hm… jika kau berkata begitu, maka aku akan berjanji tidak akan mengatakannya pada siapa pun. Namun aku harap membantumu tidak akan membawaku ke dalam masalah.”

Triana tertawa kecil seraya mengibas tangannya di depan hidung. “Tentu saja tidak. Aku tidak mungkin datang ke sini untuk membawa masalah padamu,”

“Jadi, apa yang bisa aku bantu, Triana?” Tanya pria itu.

Melirik Vlador yang duduk diam di sampingnya, Triana berdehem dan mulai bicara, “Temanku ini… ia telah dikutuk oleh penyihir,”

Kedua alis Winston terangkat. “Benarkah itu, Tuan Vlad?” ia melirik pria bermata coklat terang yang tadi Triana perkenalkan sebagai temannya yang bernama Dortan Vlad.

“Itu benar.” Vlador mengangguk. “Leluhurku adalah pemburu penyihir. Salah satu keturunan penyihir yang masih tersisa ternyata menyimpan dendam pada keluargaku dan menyerangku ketika aku sedang lengah.”

“Pemburu penyihir, yah? Sudah sangat lama sejak terakhir aku mendengar tentang mereka. Namun kau terlalu rapih untuk terlihat sebagai salah satunya, kau tahu?” Tanya Winston sembari mengusap dagu.

“Pekerjaan itu sudah terputus sejak kelahiran ayahku. Aku bukan pemburu penyihir.” Jawab Vlador. Lalu ia mengeluarkan sepotong kain dari dalam sakunya dan menyerahkannya pada pria itu. “Aku menemukan penyihir yang mengutukku telah mati di sarangnya, dan aku juga menemukan benda ini di sana.”

Membuka kain itu, Winston mengerutkan dahi saat mempelajari isinya.

“Kami datang ke sini karena hanya kau satu-satunya orang yang aku kenal dapat membaca tulisan penyihir. Kau yang dahulu mengajarkanku bahasa penyihir.” Ucap Triana.

“Permisi, Lady Triana. Aku tidak merasa pernah mengajarimu bahasa penyihir. Yang aku ingat, kau diam-diam membaca buku-buku catatanku, apakah aku salah?” Winston tersenyum dengan mata menyipit.

Dikutuk Bersama Tuan VampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang