37. Penghiburan

247 27 8
                                    

Triana.

“Bagaimana menurutmu?” Tanya Vlador, masih dengan ekspresi dingin yang sama.

Triana mengerjap, lalu memasukkan potongan daging alot ke dalam mulutnya. “Aku… tidak tahu.”

“Begitu pula denganku.” Sambung Vlador. “Perjalanan kita masih panjang; Tidak perlu memikirkan hal tidak penting seperti itu.”

“Bagiku itu penting.” Sahut Triana, setengah bergumam. “Sejujurnya hal ini terus menggangguku. Aku sangat takut, namun aku tidak tahu jelas apa yang aku takutkan. Ini bukan hanya tentang nyawaku. Selama ini, aku hidup dengan harapan. Aku hidup nyaman dan mengetahui bahwa kenyamanan itu akan berlangsung selamanya karena aku akan menikah dengan pangeran dari kerajaan makmur. Namun sekarang semuanya sudah lenyap. Bahkan aku telah kehilangan rumah untuk pulang.”

“Kalau begitu, mati adalah jalan terbaik untukmu.”

“A-apa?” Triana membelalakkan matanya.

Vlador mengangguk sekali seraya menatap Triana dengan kepala sedikit miring. “Jika kau seputus asa itu, aku akan membantumu mengakhiri semuanya dengan memakanmu hidup-hidup setelah kutukannya terangkat.”

Menelan daging keringnya setengah mati, Triana menggeleng. “Maaf, tapi aku rasa itu bukan ide yang bagus.”

Menghela panjang, Vlador mendongakkan wajahnya untuk menatap langit. “Sungguh itik yang mengesalkan.”

Kembali mengatupkan bibirnya keras, Triana menatap Vlador diam-diam seraya memotek daging keringnya lagi. Ia berdehem, dan melanjutkan, “Bagaimanapun, aku sangat menghargai kebaikanmu karena telah merawatku.”

“Tidak semua orang yang memperlakukanmu dengan benar memiliki niat baik padamu.” Ucap Vlador.

“Aku tahu,” Sahut Triana, menjatuhkan pandangannya ke pangkuan. “Sama seperti orangtuaku, mungkin. Namun tetap saja, aku ingin berterima kasih padamu, apapun niatmu.”

“Perjalanan ke Kota Harbour memakan waktu sekitar dua hari dengan kereta kuda. Kita juga harus mengejar kapal. Karena itu kau tidak boleh sakit. Makanlah yang banyak dan kurangi bicara.”

“Aku akan makan banyak dan menjadi kuat.” Ucap Triana sambil mengunyah dan menyambar roti. “Aku tahu tubuhku lemah karena aku terbiasa dimanjakan sehingga perjalanan kasar sedikit saja sudah membuatku sakit.”

“Kau sakit karena kau berpikir bahwa dirimu lemah. Semuanya ada di dalam kepalamu.” Desis Vlador.

Menggigit rotinya, Triana tertawa kecil. “Mungkin kau ada benarnya. Sejak kecil, aku tidak diperbolehkan berkuda terlalu sering. Aku bahkan tidak diperbolehkan berenang meski aku sangat ingin. Semua itu membuatku menjadi pengecut dan tubuhku melemah.”

“Kau tidak bisa berenang,” Vlador mengulang, lalu tersenyum tipis dan melanjutkan, “Kita akan menyebrangi laut, kau ingat?”

Triana menelan makanannya susah payah, dan mengangguk. “Sejujurnya, itu adalah hal yang aku khawatirkan sejak tahu bahwa kita akan menaiki kapal. Pamanku meninggal karena kapalnya karam, padahal ia bisa berenang.”

“Kau akan mati tidak sampai semenit setelah salah satu bagian kapal bocor.” Ucap Vlador seraya menghela panjang. “Ketidakmampuanmu akan membahayakanku.”

“Maaf tentang itu.” Ucap Triana, setengah mendesis.

“Aku rasa kau sudah cukup makan.” Vlador bangkit dari duduknya. Lalu ia menoleh pada Triana. “Kita akan pergi ke suatu tempat.”

Mengerutkan keningnya, Triana memasukkan bungkus makanannya ke dalam kotak bekal. “Aku pikir kita baru akan melanjutkan perjalanan ini saat pagi datang.”

Dikutuk Bersama Tuan VampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang