29. Bertemu Orangtua

331 32 16
                                    

Vlador.

“Mungkin saat ini orangtuaku diam-diam sedang mengirim pasukan untuk mencariku, sedangkan mereka tetap diam di kastil karena kakakku akan segera menikah. Aku dapat memahami mengapa mereka melakukan itu. Yang menikah dengan kakakku adalah putra mahkota Kerajaan Galvadea. Mereka pasti tidak ingin mengacaukan keadaan.” Ucap Triana.

Tertawa kecil, Vlador menatap Triana dengan mata membesar. “Kau benar-benar sebodoh itu, huh? Namun menjadi bodohlah seorang diri! Jangan menyusahkanku dengan kebodohanmu itu!”

“Tuan Vlador… aku mohon…” Air mata mengalir menuruni pipi Triana.

“Tidak. Menangislah hingga tubuhmu kering. Itu tidak akan membuatku membiarkanmu pulang.” Ucap Vlador tegas, lalu menajamkan tatapannya dan melanjutkan, “Tidakkah kau ingat bahwa nyawa kita saling terhubung? Membiarkanmu pulang terlalu beresiko untukku. Mereka akan mengurungku selamanya seperti binatang agar kau tetap hidup dan bisa menikah dengan pangeran sialanmu itu.”

“Tidak, Tuan Vlador.” Triana menggeleng cepat. “Aku berjanji itu tidak akan terjadi. Kita akan tetap mencari cara untuk menghapus kutukan ini bersama dan aku akan meminta agar orangtuaku tidak menyakitimu. Aku bahkan akan meminta orangtuaku mencari seseorang yang bisa mengartikan isi catatan penyihir itu.”

“Aku sudah tahu apa arti dari catatan itu.” Sahut Vlador.

“Ka-kau tahu?” Kedua alis Triana terangkat tinggi.

Vlador menyandarkan punggungnya ke belakang dan melipat lengan di depan dada. “Aku hanya perlu mencari tahu siapa yang dimaksud dengan Si darah biru berambut putih. Aku yakin itu adalah penyihir es, namun aku tidak tahu siapa tepatnya dan di mana sarangnya.” Lalu ia kembali menajamkan tatapannya pada Triana. “Karena itu, bantuan orangtuamu tidak diperlukan. Kau tidak akan menemui mereka.”

“Aku hanya ingin bertemu mereka satu kali sebelum pergi menghapus kutukan ini. Perjalanannya mungkin akan agak lama. Aku tidak ingin membuat mereka khawatir,” Ucap Triana cepat.

“Tuan Vlador, aku mohon padamu. Tolong mengertilah. Aku sangat menyayangi keluargaku. Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku baik-baik saja dan mengucapkan selamat tinggal. Aku mohon padamu.”

Valdor bergeming, tidak tersentuh sama sekali dengan air mata yang bercucuran menuruni pipi Triana. Ia adalah pangeran vampir yang dikenal bengis, bahkan di antara para vampir. Mana mungkin ia bersedia membahayakan dirinya sendiri demi gadis manusia yang menangis seperti kucing di hadapannya.

“Aku akan melakukan apa pun yang kau minta,”

“Hm?” Vlador mengangkat satu alisnya.

Triana mengangguk cepat. “Aku berjanji. Aku akan melakukan apa pun asalkan kau membiarkanku pulang sebentar.”

Kekehan kecil lepas dari bibir Vlador yang tetap tertutup. Lalu ia bertanya, “Kau yakin? Apa kau sadar dengan siapa kau berbicara?”

“Aku benar-benar harus bertemu orangtuaku. Jika bukan dengan cara ini, bagaimana caraku bisa membuatmu membiarkanku?”

“Hm… di samping kebodohanmu, kegigihanmu cukup menyentuh.” Vlador terkekeh, lalu menyondongkan tubuhnya ke depan mendekati Triana. “Aku ingin meminum darahmu, dan kau harus menahannya hingga napas terakhirmu.”

Kening Triana mengkerut. “Menahan hingga napas terakhirku?”

“Aku ingin meminum darahmu sebanyak mungkin tanpa membuatmu mati. Jadi, kau harus menahan rasa sakitnya dan baru boleh bersuara jika jantungmu hampir berhenti karena kehabisan darah.”

Meneguk liurnya, Triana terdiam selama beberapa detik. Sementara itu, Vlador hanya menatap gadis tersebut dengan senyum tipis.

‘Aku ingin melihat apakah cintamu pada keluargamu sebesar itu hingga kau bersedia-‘

Dikutuk Bersama Tuan VampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang