Setelah mengantar Eva, Arga mampir ke pemakaman Ayahnya.Namun sebelum sampai ke tujuan tiba-tiba ada sekelompok orang yang menghadangnya,mereka bertopeng.
"Woy !berhenti Lo!" salah satu orang mencoba menghentikan laju Arga."Dasar sialan! Berhenti kau!" Seseorang berteriak lagi namun Arga tak menghiraukan. Arga menanggapinya dengan santai, sembari memacu motornya dengan kecepatan penuh. Layaknya pembalap Arga melajukan motornya itu dengan penuh semangat, namun dalam hatinya ngeri juga jika Dia sampai tertangkap oleh mereka.
Setelah kejar-kejaran akhirnya Arga memutuskan untuk berhenti, di salah satu jalan tidak jauh dari Rumahnya.
"Ada apa?"Arga bertanya,namun mereka langsung menyerang Arga. Satu per satu maju menyerang Arga,namun dapat di atasi oleh Arga hingga sa'at dia mau menyerang balik salah satu dari kawanan bertopeng itu menyergap dari belakang hingga Arga tak bisa apa-apa dan mereka langsung memukuli Arga hingga babak belur. Namun tiba-tiba ada seseorang yang datang, Arga sedikit menghela nafas dengan tenaga yang masih tersisa.Siapa kah dia?Seseorang yang tampak jauh dewasa dengan dirinya, dengan sedikit berewok pada wajahnya dan tinggi nya hampir setara dengan Arga namun otot nya lebih kekar. "Heh!kalo berantem jangan kaya mau demo dong!" terlihat seorang laki-laki turun dari motor nya. "Gak usah ikut campur Lo!"teriak salah satu dari kawanan bertopeng. Disa'at mereka lengah, Arga melepaskan diri dari kawanan itu. "Banyak bacot Lu. Sialan!"Kawanan pun menyerang pemuda berjaket kulit itu, Arga membantunya.Mereka berdua melawan kawanan bertopeng itu bersama, dengan cepat mereka berdua mengalahkan kawanan bertopeng yang berjumlah 6 orang itu.
"Banci Lo semua!"teriak pemuda itu, sembari mendekati Arga yang sudah seperti mau kehabisan nafasnya. "Makasih Bang, udah nolongin Gue" ucap Arga semabari terengah. "Sama-sama.Gue Gilang" sambil menyodorkan tangannya. "Arga." Sambil menjabat tangan Gilang. Arga sungguh tidak mengenalnya, tapi siapapun Dia Arga berhutang nyawa padanya. "Bisa pulang sendiri kan?" tanya pemuda itu sambil memakai helm nya, dan bergegas menuju motornya seperti sedang buru-buru. "Iya, sekali lagi makasih yah?" ucap Arga sambil memegang bagian perutnya."Ya udah, gue pergi dulu ye." Sambi menyalakan motornya, lalu pergi. Setelah pemuda itu pergi Arga melanjutkan perjalanannya menuju makam ayahnya. Di sepanjang jalan Arga masih bertanya-tanya pada dirinya sendiri, siapa pemuda itu?tapi wajah nya seperti mengingatkan pada seseorang.
"Pah, kenapa Papah ninggalin Arga?" Arga berbicara pada batu nisan yang ada dihadapannya. "Maaf Pah, Arga baru kesini." Terdengar suara isak tangis yang berasal dari mata Arga yang perlahan turun membasahi makan Ayah nya itu.
"Jika Mamah tidak cerita semua nya ke Arga, mungkin Arga tidak akan tahu semua kebenaran ini." Mata Arga memicing, dan tangan nya mengepal dengan penuh amarah.Arga mengetahui kebenaran setelah mendengar percakapan Antar Jodi dan Farida di malam sebelumnya.
"Arga, Papah sedang bicara sama kamu!" Jodi menahan emosi dan Farida menenangkannya."Tenang Pah, duduk dulu" bujuk Farida sambil memberi segelas teh hangat."Anak itu, sungguh membuat saya emosi, Anak gak tau di untung!" Arga mengintip dari kamar."Harusnya dulu biarkan saja dia bersama keluarga Ayahnya , jangan kamu bawa Farida."Jangan keras-keras Pah nanti Arga denger." bujuk Farida. Arga mendengar semuanya, Sejak sa'at itu Arga semakin menjadi anak yang pembangkang seperti sekarang.
Dia terbangun dari lamunannya dan beranjak pergi meninggalkan makan ayah nya itu."Pah, Arga pergi dulu ya. Arga janji bakal sering kesini." Lalu Arga memacu motornya dengan cepat, dia berniat untuk tidak pulang malam ini dan pergi ke tempat temanya yang bersekolah di tempat lain.Abeng namaya, disana ia menghabiskan malam dengan nongkrong bersama anak-anak lainya.
Paginya ketika ia sampai disekolah, Boby,coky dan Desta kaget dengan penampakan Arga. "Apa? Lo di keroyok?kenapa lo gak bilang kita Ga?"teriak Boby sembari mengisap sebatang rokoknya.
"Iya, gue gak tau siapa.Mereka semua pake topeng" jawab Arga semabari meletakan jaket nya di salah satu bangku. "Kayanya mereka bocah-boca dari SMA yang kita serang dulu, inget Ga?"Choky menebak. "Mungkin juga tuh, wah ini gak bisa di biarin Ga!kita harus balas!" Tambah Desta sambil mematikan rokok nya ke pembuangan kuntung rokok yang tidak jauh dari tempat nya.
Arga terdiam sejenak. "Untungnya ada yang nolongin Gue." Arga membuka percakapan kembali, setelah terdiam sejenak. "Siapa?"tanya Boby penasaran, sambil meneguk es jeruk yang tinggal setengah gelas lagi. "Gak, tau." jawab arga singkat, sambil memegangi wajahnya yang memar. Mereka berkumpul di salah satu warung dekat sekolah nya, seperti warung kopi didepan nya ada halaman sedikit untuk tempat parkir. "Ouh, iya.Sebaiknya Lo jangan terlalu dekat dengan Eva Ga, bahaya bisa jadi ancaman buat Lo nanti"celetuk Boby sembari meminum segelas kopi yang sedari tadi didiamkannya karena meminum es dulu.
"Tenang ajah, Gue cuma gak tega karena ini permohonan Nyokap gue Bob." Jawab Arga sembari menghisap rokok nya yang ke dua.
"Iya, Gue saranin Lo jauhin dia" tambah Choky, sambil melihat jam yang ada ditangannya. "Sudah-sudah Lo semua jangan pada mojokin orang yang sedang jatuh cinta." Desta tertawa. "Apa'an sih Lo Des! So tau!"Arga terbangun dan mendekat ke Desta. "Wih sabar-sabar gak perlu emosi Ga, kita tau kok."ledek Boby. " Eh bentar lagi masuk nih, yu cabut ke kelas." Ajak Choky, dan merek pun bersiap-siap dan membayar ke tukang warungnya.
Tetap saja yang ada di kepala Arga itu Eva, entah bagaimana namun itu lah yang terjadi namun rasa gengsi pun besar sehingga tak mudah baginya untuk mengakui perasa'annya yang semakin lama menggelora dan tetap menyimpannya dalam hati.Benar saja kata pepatah mengatakan, kalau cinta datang bukan atas kemauan mereka namun karena keadaan yang mendukung dan memihak pada nya.Di tengah badannya yang sakit Arga sedikit memikirkan tentang pemuda yang kemarin membantunya, semakin penasaran Arga pun merencanakan untuk mencari tahu siapa pemuda yang bernama Gilang itu, karena kemampuan bela dirinya cukup bagus. Arga berfikir pasti Gilang itu bukan berasal dari daerahnya, pasti Dia itu orang luar daerahnya karena Arga belom pernah sama sekali melihatnya.Arga pun berniat menyuruh kawanannya yang lain untuk mencari tahu termasuk Boby,Choky dan Desta pun turut ambil.
Hari itu seperti biasa sepulang sekolah Arga dan Eva belajar bersama di ikuti geng Cowok dan Geng Cewek.
"Kalian?" Arga terperanga. "Ko kaget, biasa aje bro haha.," Boby ngejawab. "Iya kita juga kan, pengen pinter juga." Tambah Coky dan Desta. Dan akhirnya mereka belajar bersama, setelah selesai kemudian mereka pulang.
![](https://img.wattpad.com/cover/360538706-288-k226854.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jakarta Sad Story Series "Dear Mantan"
Teen FictionBerawal dari Eva siswi pintar yang disuruh gurunya mengajari Arga seorang siswa brandalan karena akan mendekati ujian mengantarkan mereka ke dalam kisah yang rumit.