14-CEMBURU?

1.1K 166 25
                                    

Terimakasih sudah mengklik part ini.

Wajib follow akunku sebelum baca.

Tandai typo ✅

________

"IYA! GUE GAPAPA!
Nikahin aja sekalian!"
~Liona Ardinastika~
________

"Liona, kamu kok nggak marahin Rivan, sih?" tanya Naya dengan nada ketus.

Liona memutar bola matanya malas. "Biarin ajalah, Nay. Bodo amat gue."

Naya menghela napas. "Kamu yang sabar ya, Na."

"Gak ada yang perlu disabarin, Naya. Kita berdua emang gak ada perasaan suka satu sama lain. Jadi terserahlah, dia mau ngapain, gak peduli gue."

Naya hanya diam, tak tau harus berkata apa lagi

"Yuk, ke kelas!" ajak Liona akhirnya dan diangguki oleh Naya.

•••🍂•••

Suasana kantin sudah penuh dan ramai seperti biasanya lima menit yang lalu. Tak ketinggalan juga dengan Liona dan Naya. Mereka hanya duduk berdua di satu meja.

Di sudut kantin, Liona sudah tau siapa yang menempati tempat itu. Rivan yang sudah duduk bersama ketiga temannya sesekali mencuri pandang ke arahnya. Namun liona berusaha mengabaikannya.

Tak lama kemudian, Liona melihat Herin datang dan berjalan menuju tempat Rivan dan ketiganya duduk.

"Njir, Mak Lampir kesini, woy!" bisik Arlan malas. Ketiganya langsung melihat ke arah Herin.

"Eneg gue liatnya. Sok cantik nggak sih, Yon?" sahut Nando.

"Emang. Van, lo sebenernya punya magnet apaan sih, sampai tuh cewek segitunya pengen lengket sama lo?" bisik Zion kesal.

"Berisik lo, ah!" sahut Rivan malas.

Herin pun sampai di telat mereka. "Hai, aku boleh gabung, kan?" sapa Herin dengan senyuman lebarnya.

Tidak ada yang menyahut. Zion pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Arlan yang sibuk makan. Nando pura-pura sibuk menelepon seseorang. Sementara Rivan hanya menatap datar Herin. Menyadari hal itu, Herin jadi sedikit malu sendiri dan salah tingkah dihadapan mereka.

"Van, aku boleh duduk disini?" tanya Herin lagi dengan nada yang sedikit gugup.

"Mak Lampir dilarang duduk disini. So, so sorry very much," sela Arlan sinis tanpa melihat Herin sedikit pun. Herin langsung melotot mendengarnya.

"Eh, siapa yang lo maksud Mak Lampir? Gue?" tanya Herin tidak terima, dan tanpa sadar sudah mulai menunjukkan sisi bahasanya. Kalo untuk Herin, dia sengaja pakai 'aku-kamu', namun kalo untuk orang lain, sudah kembali pada logat biasanya alias 'lo-gue'.

"Gue belum bilang lo, ya! Atau emang kesindir?" sinis Arlan.

Herin jadi geram sendiri di tempatnya. "Lo siapa, sih? Sok asik banget sama gue!"

Arlan terkekeh. "Apa? Gue sok asik? Sama lo! Haha!" Ia tertawa kecil, namun terdengar sinis. "Anjir, mustahil, Ferguso! Ogah banget gue sok asik sama cewek lon-"

RIVANDO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang