33-MANIS TAPI SEDIKIT PAHIT

564 93 95
                                    

TERIMAKASIH SUDAH MENGKLIK PART INI.

WAJIB FOLLOW AKUNKU SEBELUM BACA!

TABURI BINTANG SEBANYAK-BANYAKNYA ⭐

Happy Reading, sayang🍒

________

"Jangan terlambat menyadari kesalahan. Karna yang kita miliki sekarang ini, bisa saja lepas suatu hari nanti."
___________

Kejadian semalam membuat banyak lebam timbul di tangan Rivan. Ya, dia memang meninju samsak tanpa menggunakan sarung tangan tinju. Dan bukannya merasa kesakitan, ia justru merasa puas telah melampiaskan kemarahannya di sana.

Semalam Rivan pulang setelah berkali-kali dibujuk oleh ketiga sahabatnya. Sampai di apartemen, Liona ternyata sudah tidur.

Flashback on

Rivan melangkahkan kakinya pelan memasuki kamar agar tidak membangunkan Liona yang sedang tertidur. Rivan tersenyum menatap itu dan mendekatinya perlahan.

Ia meletakkan tangannya di kepala Liona dan mengelusnya pelan. Namun diluar dugaan ternyata Liona mampu terbangun hanya karena sentuhan itu. Rivan mengerjapkan matanya.

Saat akan menyingkirkan tangannya kembali, Liona menahannya membuat Rivan kaget. Liona pun perlahan membuka matanya.

"Kamu udah pulang?"

Rivan hanya mengangguk saja sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Liona. Ia bukannya tidak suka tangannya digenggam Liona seperti itu, tetapi sekarang keadaan tangannya sudah sangat buruk. Rivan sedikit cemas bila Liona sampai tahu.

"Darimana aja? Aku takut loh, sendirian terus," ucap Liona.

Rivan tersenyum, lalu meletakkan tangannya yang satu di kepala Liona. "Gak ke mana-mana sayang, tadi aku cuman ke rumahnya Arlan sebentar," jawabnya berbohong.

"Sebentar kamu bilang, ini udah jam dua belas, Van. Eh!" Liona sontak membulatkan matanya ketika merasakan sesuatu gundukan-gundukan keras di tangan Rivan. Ia langsung saja terduduk di atas kasur. Rivan menghela napas tidak bisa berbuat apa-apa lagi, kebohongannya terbongkar sudah.

Liona menatap terkejut tangan Rivan. "Ini kenapa?!"

Rivan tersenyum tipis. "Gak parah Yang, tadi gak sengaja kebentur di meja." Rivan masih berusaha untuk mengelak. Kebentur di meja? Oh, ayolah, itu bukan alasan yang tepat, Rivan. Rivan merutuki kebodohannya sendiri.

"Kebentur meja masa sampai lebam-lebam kayak gini? Kamu mau tangan buntung, apa?"

Rivan hanya terdiam tidak mampu membalas lagi. Ia pasrah Liona akan bertindak apa selanjutnya.

"Duduk disini, aku ambil obat dulu!" perintah Liona. Rivan menurut saja, dan mendudukkan pantatnya di pinggir kasur.

Liona kembali dengan kotak P3K di tangannya, lalu ikut duduk d samping Rivan. Liona membasahi kapas dengan alkohol lalu mengarahkannya pada tangan Rivan.

"Kenapa bisa sampai gini? Cerita," titah Liona sambil melakukan pekerjaannya.

Rivan memalingkan wajahnya ke arah lain lalu menghela napas. "Tadi aku cuman olahraga, Yang. Tinju samsak."

RIVANDO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang