32-PEMBUNUH?

608 89 70
                                    

TERIMAKASIH TELAH MENGKLIK PART INI.

JANGAN LUPA TABURI BINTANG (⭐)

DIHARAPKAN AGAR FOLLOW AKUNKU SEBELUM BACA!

TANDAI TYPO

•HAPPY READING•
_________

"Disaat ada sebuah jiwa yang hampir terpuruk, maka disitulah dibutuhnya raga dari seseorang yang disayangi sebagai penghibur yang sejati."
__________

Rivan memasuki gerbang sekolah dengan situasi yang masih sama, mendapat perhatian dari siswa yang ada disitu. Seperti biasa, ia mengabaikannya. Setelah memarkir motornya, ia pun berjalan menuju ruang kelasnya berada.

Saat menaiki tangga, ia berpapasan dengan Herin. Herin menatapnya dengan senyuman yang terukir di bibirnya. Rivan dengan terpaksa membalas senyuman.

"Kamu bawa motor?" tanya Herin.

"Iya."

"Um, nanti pulang sekolah, kamu boleh nggak temani aku belanja ke mall bentar? Soalnya aku gak ada teman," pinta Herin.

Rivan terdiam sebentar, lalu setelah berpikir beberapa detik, ia mengangguk.

Herin spontan mengembangkan senyumnya senang. "Makasih, Rivan. Kalo gitu nanti aku tunggu kamu diparkir, ya."

Rivan hanya mengangguk lalu melangkah melewati Herin tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi.

Herin hanya tersenyum tipis, lalu melanjutkan langkahnya. Lain halnya dengan Rivan yang dengan langkah santai memasuki kelasnya dan tentu saja disambut oleh ketiga curutnya.

"Wanjay, kenapa tuh muka Pak Zanendra? Belum kena setrika kayaknya," ledek Arlan. Rivan mengabaikan dan memilih duduk setelah meletakkan tasnya.

"Alah, kayak lo gak tau aja si Rivan, udah dari rahim tuh muka sebelas dua belas sama tembok datar," sahut Nando.

"Lo kenapa, Van? Belum di kasih jatah lo?" tanya Arlan.

"Bangsat lo!" maki Rivan.

"Awduhhh, sakit hati dedek, bwang," ucap Arlan dramatis sambil memegang dadanya.

Zion dan Nando berdecih jijik. "Gitu doang, sakit. Apa kabar sama cewek yang lo permainin di luar sana? Lo pikir gak sakit juga?" sindir Zion.

"Wah, udah tobat gue, bung. Udah gue putusin semua. Lagian tuh pacar-pacar gue gak sebanyak gudang yang lo-lo kira," balas Arlan, lalu menghitung-hitung sesuatu dijarinya. "Kayaknya kali bukan tujuh, delapan deh."

Nando lantas menoyor kepala Arlan. "Sialan lo, udah sebanyak itu cukup buat nambah-nambah dosa lo, karna habis buat mereka semua sakit hati, goblok. Kena azab, mampus lo!"

"Anda Tuhan?" cibir Arlan.

"Bukan, tapi titisannya."

"Anjir lu!"

"Bisa diem?"

Ucapan datar yang dikeluarkan Rivan membuat mereka berdua berhenti, kecuali Zion yang hanya bisa terkekeh.

RIVANDO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang