Terimakasih sudah mengklik part ini.
Wajib follow akunku sebelum baca.
Tandai typo ✅
________
"Apa lo sanggup, hidup bersama gue setelah ini dan selamanya?"
________
Dua keluarga tengah asyik menikmati makan malam mereka bersama. Semua asyik bercengkerama satu sama lain, kecuali dua sejoli yang hanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Rivan dan Liona hanya bisa menikmati makanan mereka tanpa selera. Keduanya tengah berlabuh dengan isi pikiran yang terus menghantui mereka sejak tadi.
Sungguh, ini merupakan kejadian yang benar-benar tidak terduga. Bagaimana mungkin, mereka baru beberapa hari yang lalu bertemu, namun mereka sudah dinikahkan saja? Mereka pun tidak menyangka bahwa pasangan yang dijodohkan dengan mereka adalah orang yang sudah saling memberikan kesan buruk satu sama lain. Namun apa hendak dikata, semua ini sudah menjadi keputusan kedua orangtua mereka. Jadi tidak ada alasan lagi untuk menolak.
"Bagaimana dengan waktu pernikahan mereka? Kapan kita akan melaksanakannya?" tanya Yoga setelah meredakan tawanya karna sejak tadi ia asyik bercerita kepada semuanya. Tatapan Rivan dan Liona sedikit tertegun mendengar itu.
"Hm, sepertinya untuk satu Minggu ke depan, pekerjaanku tidak begitu padat. Karna dengan waktu yang lebih cepat akan lebih baik. Lagipula kita tidak perlu mengundang orang yang begitu banyak. Cukup keluarga besar kita dan teman-teman terdekat mereka berdua. Kau punya waktu di hari apa?" tanya Hera.
"Aku selalu punya waktu untuk satu Minggu depan ini. Hm, Rivan, Liona, sepertinya kalianlah yang bisa menentukan kapan waktu pernikahannya. Bagaimana Rivan?" tanya Yoga.
Rivan menatap Yoga kikuk. "Ekhm, aku ikut saja keputusan kalian, Om."
Yoga mengangguk-angguk sambil tertawa kecil. "Aku suka sifat sepertimu. Liona, apa ada yang ingin kamu katakan? Kamu punya rencana untuk waktu hari H-nya?"
Liona terdiam sejenak. "Hm, terserah kalian saja, Pa. Aku juga akan ikut keputusan kalian."
"Hm, baiklah kalau begitu. Elena, kau punya usul?" tanya Hera pada Elena, istrinya.
"Kalian saja yang putuskan, Pa."
"Kau Mira?" tanya Yoga.
"Aku juga sama dengan Elena."
"Yasudah, aku punya usul disini. Bagaimana kalau hari Kamis saja? Untuk tiga hari ke depan kita pergunakan untuk mempersiapkan segala yang diperlukan. Kalian setuju?" kata Yoga.
"Hm, baik. Aku setuju denganmu. Untuk segala biayanya, jangan khawatir. Aku bisa menyediakan semuanya," ujar Hera.
"Haha, jangan begitu. Kita harus bekerja sama untuk menyediakan keperluannya. Untuk kalian berdua, kalian bisa mengundang teman dekat kalian untuk hadir di acaranya."
Liona dan Rivan hanya mengangguk sambil tersenyum masam.
Seusai makan malam, mereka semua kini sedang berkumpul di ruang keluarga. Rivan tiba-tiba beranjak dari duduknya dan menarik tangan Liona yang sedang asyik bercerita dengan Bella. Liona dan semuanya tertegun melihat itu. Ia pun ditarik oleh Rivan menuju ke belakang halaman rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
RIVANDO
Fiksi Remaja"Takdir itu lucu. Dan dijodohkan sama lo itu adalah bagian dari takdir gue yang sama sekali tidak gue anggap lucu." Rivandoxa Zanendra dengan segala kenakalannya. Menjadi cowok populer membuatnya terlihat nyaris sempurna di kalangan para gadis di se...