27-PINGSAN

889 113 66
                                    

Terimakasih sudah mengklik part ini.

Wajib follow akunku sebelum baca.

Tandai typo ✅

_______

"Jodoh memang nggak bakal kemana-mana. Tetapi saingannya ada di mana-mana."
________

Liona terbangun ketika mendengar mendengar bunyi alarm di ponselnya. Ia mengerjapkan matanya pelan. Matanya tidak menangkap sosok Rivan di sebelahnya. Kemana suaminya itu pergi?

Ia memilih untuk mengabaikan itu sejenak dan meraih ikat rambutnya, lalu menyepolnya asal ke atas. Ia segera mandi dan bersiap untuk ke sekolah.

Setelah selesai, ia segera turun ke dapur untuk mempersiapkan sarapan pagi. Langkahnya berhenti kala melihat Rivan berdiri di depan kompor memasak sesuatu. Liona mengerling dan mendekati Rivan.

Rivan belum menyadari keberadaan Liona di belakangnya. Liona terbelalak kala melihat meja dapur yang berantakan. Sayuran seperti daun seledri dan daun sup berserakan. Kulit bawang juga ikut tersebar di atas meja. Liona kemudian mengintip apa yang dimasak Rivan. Ia tertegun, Rivan sedang membuat nasi goreng. Namun, sedetik kemudian matanya kembali terbelalak.

"Astaga, ini kenapa nggak di masak dulu bumbunya!" seru Liona membuat Rivan kaget. Liona dengan cepat mematikan kompor.

Pasalnya, Rivan lebih dulu memasukkan nasi ke dalam wajan tanpa menggoreng bumbu terlebih dahulu sebagai campuran. Dan hasilnya, nasi itu sekarang seperti nasi gosong. Dan Rivan juga tadinya memasak itu sambil memainkan ponsel, mungkin mencari tutorial di youtube.

Liona segera menuangkan nasi itu ke dalam sebuah mangkuk. Rivan hanya membiarkannya sambil menatapnya datar.

Rivan pun berjalan meninggalkan Liona begitu saja. Liona memilih untuk segera mempersiapkan bumbu yang akan digoreng, dan beberapa sayuran lainnya. Setelah selesai, ia pun mencampurkan nasi dan bumbu itu sambil mengaduk-ngaduknya serta memberi beberapa bahan lainnya.

Setelah masak, ia pun memindahkan nasi goreng yang sudah jadi ke dalam mangkuk. Ia membawanya ke meja makan. Liona mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Rivan. Namun ia tidak menemukannya.

"Apa dia udah berangkat?"

•••🍂•••

Liona mempercepat langkahnya menuju halte bus. Hari ini hari senin, dan ia berpikir tidak ada salahnya untuk menaiki bus sebagai transportasinya ke sekolah di hari senin yang seperti biasa akan ada upacara. Tidak buruk sekali, bukan?

Intinya tidak boleh telat. Telat satu menit saja bakalan diberikan hukuman. Liona dengan cemas menatap ujung jalan, bermaksud melihat apakan ada bus yang akan lewat. Disitu, bukan hanya dia yang menunggu, tetapi ada juga sebagian orang lain dan beberapa diantaranya adalah anak sekolah.

Liona menghela napasnya cemas, mengingat jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 07.15. Ada waktu sekitar 15 menit lagi untuk ia bisa sampai ke sekolah.

Dan akhirnya, sebuah bus kemudian datang. Liona dengan segera menaikinya dan mendapati tempat duduk di bagian belakang. Semoga saja ia tidak terlambat.

Selang beberapa menit kemudian, bus kemudian berhenti di sebuah halte. Liona segera turun setelah membayar ongkosnya. Butuh beberapa meter lagi untuk ia berjalan kaki agar bisa sampai di sekolah.

RIVANDO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang