3-DIHUKUM

1.2K 259 132
                                    

Terimakasih sudah mengklik part ini.

Wajib follow akunku sebelum baca.

Tandai typo ✅

________

"Yang tinggi itu harga diri.
Yang rendah itu hati.
Jangan dibalik."

________

Jleb!

Seisi kantin tercengang menatap mereka berdua. Liona melotot tak percaya menatap wajah Rivan yang lumayan dekat.

Namun kemudian, Rivan tersadar dan perlahan memudarkan senyumnya, berakhir dengan tatapan datar dan mata yang disipitkan ke arah Liona. Rivan menurunkan tangannya kembali agak kasar membuat kepala Liona refleks miring sedikit.

"Jelek!" ketus Rivan datar lalu kembali pada posisi duduknya yang normal.

Liona mengerjapkan matanya geram, lalu cepat-cepat mengunyah dan menelan makanannya yang tertunda.

Tukk!

Liona menjitak kepala Rivan agak kuat. Semua langsung tertegun.

"Aww, ss-sialan!" umpat Rivan sambil memegang kepalanya. Ia pun menatap tajam Liona.

"Lo ngeselin banget sih, anjing!" umpat Liona, lalu berjalan pergi dari situ. Ia sungguh kesal sekarang. Ia merasa seperti bahan mainan oleh Rivan. Rivan memandang kepergian Liona dengan tatapan geram dan malas. "Sial! Shh.." ringisnya. Ia pun melirik kedua temannya yang masih menatap aneh ke arahnya.

"Ngapain lo natap-natap gue?"

Zion mendengus tak percaya, "Lo gak nyadar, lo abis sentuh-sentuh dia, bego!"

"Ya terus?"

"Lo ada apaan sih, sama Liona?"

"Kepo lo, ah!" jawab Rivan malas.

"Van, ntar kalo Liona kenapa-napa, kamu yang pertama aku marahin!" ucap Naya datar membuat Rivan tersentak, lalu melirik kedua temannya dengan tatapan bulat terkejut.

Seorang Naya yang mereka yakini sebagai murid pendiam dan hina di sekolah ini, berani mengancam seorang Rivandoxa Zanendra.

"Lo, lo tadi bilang apa?" tanya Rivan mencoba memastikan kalau-kalau telinganya terpeleset salah dengar.

"Kamu yang pertama aku marahin kalo Liona kenapa-napa," ucap Naya sambil beranjak dari kursinya.

Ternyata benar. Naya yang mengatakannya.

"Lo ancam gue?"

"Pikir aja sendiri!" ketus Naya acuh, lalu berjalan keluar dari kantin. Rivan dan kedua temannya mengerjapkan mata menyaksikan tingkah dan ucapan Naya yang cukup berani. Apa cewek itu mulai berubah?

"Yon, tadi beneren itu Naya ngomong gitu?" tanya Arlan pada Zion.

"Iya, Lan. Gue gak budek."

"Wah, kalau kayak gini bagus! Dulu gue berharap juga Naya itu bakal berubah. Masa gak capek dibully sama geng Karina terus?"

"Ya capeklah, Lan! Sebenernya gue kasian tuh, sama Naya. Cuman ya, gue malas ladenin sikap Karina yang menyebalkan gitu. Apalagi ngomongnya! Kalo masalah debat itu cewek pasti menang itu mah! Ya, nggak?"

RIVANDO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang