Terimakasih sudah mengklik part ini.
Wajib follow akunku sebelum baca.
Tandai typo ✅
________
"Apa susahnya sih, Na?"
________"Kita ngapain?" tanya Liona ketika Liam membawanya di depan sebuah toilet perempuan.
"Ya, lo bersih-bersih dulu lah, Na. Gimana, sih?" ujar Liam. Liona hanya ber'oh' ria. Kedua matanya masih terlihat sembab karena menangis tadi.
"Lo masuk dulu, bersihin rambut lo. Masalah seragam lo ada sama gue. Gue ada dua seragam. Sana, gih!" titah Liam.
Liona mengangguk. Ia pun segera masuk ke dalam toilet. Sementara Liam menelepon temannya untuk membawa seragam yang ia maksud.
Selang beberapa menit kemudian, temannya itu datang membawa seragam di depan tangannya.
"Thanks," ucap Liam.
"Yoi," jawab temannya itu, lalu kembali pergi.
Tepat saat itu, Rivan datang dengan sebuah paper bag kecil ditangannya. Tak ketinggalan dengan wajah datarnya saat menatap Liam.
"Mana Liona?" tanya Rivan.
Liam berdecih,"kenapa? Lupa kalo punya istri?" sindirnya.
Rivan menggeram dalam hatinya. Ia berusaha untuk tidak terpancing, karna keadaan Liona lah yang terpenting sekarang. Jika ia meladeni cowok di depannya ini, maka akan memperpanjang masalah.
"Lo tinggal jawab pertanyaan gue apa susahnya, hm?" ucap Rivan sambil menatapnya tajam.
Liam menyeringai, lalu melipat kedua tangan di depan dada."Udahlah Van, kenapa sih harus Liona yang jadi istri lo? Gue akui, masih banyak cewek diluar sana yang mau sama lo. Kalo lo gak suka sama dia, kasih dia buat gue. Kapan–"
"Bangsat!" Rivan akhirnya terpancing juga. Ia merasa geram dengan kalimat yang Liam ucapkan. Saat ia hendak melayangkan pukulan di wajah Liam, pintu toilet tiba-tiba terbuka. Liona keluar dari dalam toilet.
Liona terpaku di samping pintu toilet kala melihat Rivan. Ditambah ekspresi Rivan yang terlihat ... marah?
Liam langsung menghampiri Liona."ini Na, seragam lo. Dipake," ucapnya sambil menyodorkan seragam itu.
Liona tak langsung menerimanya. Ia beralih menatap Rivan yang juga sedang menatapnya dengan pandangan tidak suka.
"Pake yang ini." Rivan langsung mendekati mereka dan langsung menyodorkan paper bag yang dipegangnya di depan Liona.
Dengan sengaja ia sedikit menyenggol seragam yang masih dipegang Liam.Liam langsung menatap Rivan geram. Sementara Liona jadi bingung sendiri.
"Gue yang bawa dia kesini, jadi dia harus pake seragam yang gue bawa," kukuh Liam.
"Gue suaminya, mau apa lo?" Rivan menaikkan alisnya. Liam jadi terdiam. Ia tak bisa membalas dengan kalimat apa. Karna yang Rivan ucapkan memang benar. Shit, ia semakin emosi.
"Pake ini, atau gue paksa buat pakein?" kata Rivan sembari mengancam kepada Liona.
Liona sedikit gelagapan. Ia pun menerima paper bag yang diberikan Rivan. Ia pun tersenyum salah tingkah ke arah Liam.
"Maaf ya, Liam. Gue pake punya Rivan aja," ucap Liona tidak enak.
Liam pun terpaksa menarik kembali seragam yang sempat disodorkannya. Ia tersenyum. "Gapapa. Ya udah, lo ganti sekarang, ya. Kasihan ntar tubuh lo kedinginan."
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVANDO
Teen Fiction"Takdir itu lucu. Dan dijodohkan sama lo itu adalah bagian dari takdir gue yang sama sekali tidak gue anggap lucu." Rivandoxa Zanendra dengan segala kenakalannya. Menjadi cowok populer membuatnya terlihat nyaris sempurna di kalangan para gadis di se...