15-ZONA BAPER

1.1K 181 93
                                    

Terimakasih sudah mengklik part ini.

Absen kamu baca part ini jam berapa?

Btw, kalian asal kotanya dari mana aja?

Wajib follow akunku sebelum baca.

Tandai typo ✅

_________

"Lo milik gue, jadi gue bebas mau ngapain lo!"
~Rivandoxa Zanendra~
_________

Suara rintik-rintik hujan mulai terdengar dari luar. Malam ini terasa begitu dingin. Di dalam kamar, Liona sedang duduk di depan layar laptop yang menyala. Ia terlihat fokus untuk mengerjakan PR sekolahnya yang akan dikumpulkan besok pagi. Sesekali ia menguap karna mulai mengantuk mengingat jam yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas.

Sementara Rivan, sudah bergelut di balik selimutnya satu jam yang lalu. Tadinya ia sudah menyuruh Liona untuk tidur. PR itu biar dikerjakan besok pagi saja seperti hal yang biasa ia lakukan ketika ada PR. Namun Liona menolak. Ia harus menyelesaikan tugas ini malam ini juga. Jadilah sekarang, ia mengerjakannya.

"Selesai," ucap Liona lega setelah menyimpan file berisi tugasnya.

PYARRR!

Bersamaan dengan itu, suara petir menggelegar dengan sangat keras. Liona sampai terlonjak kaget mendengarnya sambil memegang dadanya.

"Huh!" dengusnya.

Hujan akhirnya turun dengan sangat deras. Liona menaiki kasur, mematikan lampu kamar dan mengatur posisi tidurnya. Ia menatap Rivan sebentar yang telah mendengkur halus disampingnya.

Ia terpaku disitu memandangi wajah Rivan. Tidak heran lagi. Suaminya ini benar-benar tampan. Pahatan wajahnya begitu sempurna. Oh, apakah Liona perlu mensyukuri anugerah Tuhan yang satu ini? Rasanya ia tidak rela jika suaminya ini menjadi milik orang lain. Ups! Mengapa sampai begitu? Oke Liona, mungkin alasannya karna kesempurnaan fisiknya saja, tidak ada alasan lain yang lebih dari itu.

Rivan tiba-tiba menunjukkan pergerakannya membuat Liona tergelak. Hal selanjutnya, Rivan langsung meletakkan lengannya di tubuh Liona dan merangkulnya erat. Sangat dekat. Liona membelalakkan kedua matanya terkejut karna terpaksa masuk dalam pelukan Rivan. Ia mencoba melepaskan diri, namun tangan Rivan yang begitu kuat tak bisa ia hindari.

Liona mengepalkan kedua tangannya di depan dada karna kaku. Ia sampai memejamkan kedua matanya karna deru napas Rivan menerpa halus di permukaan wajahnya. Demi bumi yang bentuknya bulat, ia ingin terbang ke planet Mars sekarang. Oke, anggap saja pelukan ini sebagai pengganti selimut mengingat ia masih belum memakai selimutnya. Jauh lebih hangat.

•••🍂•••

Cahaya fajar mulai menembus tirai kamar kedua insan yang masih tertidur lelap. Rivan perlahan membuka kedua matanya. Hal pertama yang menjadi objek tatapannya adalah wajah Liona yang masih memejamkan kedua matanya. Rivan tiba-tiba melototkan kedua matanya karna menyadari sendiri yang memeluk Liona erat.

"Anjing!" umpatnya yang langsung dengan cepat menarik tangannya dari tubuh Liona. Hal itu membuat Liona terbangun dan perlahan membuka matanya. Ia langsung tergelak melihat wajah Rivan yang terlihat kaget.

"Kenapa lo?" tanya Liona sedikit cuek.

Rivan menatapnya sebentar. "Semalam, gue meluk lo?"

RIVANDO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang