Chapter 7

410 36 25
                                    

"Apa yang mengganggu pikiranmu, Naruto-kun"

Suara lirih Hinata membuat Naruto mengerjap pelan. Ia mengurut batang hidungnya. Berharap rasa pening yang melanda segera hilang.

"Para petinggi mempertanyakan otoritasku sebagai pemimpin" Naruto mengeratkan pelukannya pada Hinata di pembaringan gadis itu.

Ia bisa merasakan sentuhan hangat di pipinya. Jemari Hinata mengelus pipinya, menyandarkan wajah cantik itu di dada bidangnya yang telanjang.

Naruto mengecup puncak kepala bersurai gelap itu. Menyalurkan kehangatan di malam yang terasa dingin.

"Sebenarnya aku tidak menyukai pilihan ini" aku Hinata dengan jujur. Ia menatap dalam netra shappire blue itu. "Tidak ada wanita yang sanggup berbagi suami" tandas Hinata suram.

Naruto mengangkat dagu wanita yang ia cintai itu.

"Apa keputusanku pun terasa salah dimatamu, Hime" tanya Naruto gelisah. Hinata bisa melihat jelas kegelisahan lelaki itu. Ia menggeleng.

"Naruto-kun adalah raja, pemimpin kerajaan ini. Jika kita bisa melakukan hubungan diplomatik dengan kerajaan tetangga, perang tidak perlu terjadi dan rakyat tidak akan ada yang kehilangan nyawa"

Hinata menghela nafas, ia mengalihkan pandangannya keluar jendela. Dimana bulan bersembunyi di balik awan gelap.

"Katakan padaku, apa kau menyesal menjadi milikku"

Naruto menatap mata amethyst yang berembun itu, ada sesuatu tak kasat mata yang meremas ulu hatinya. Ia mulai merasa gamang.

"Aku mencintaimu Yang Mulia" lirih Hinata, namun terdengar jelas di telinga Naruto. Campuran bahagia dan juga kegetiran.

"Hime..."

"Aku mencintai Naruto Namikaze, aku menginginkanmu" jujur Hinata yang meraih jemari besar Naruto, mengecupnya berkali-kali.

"Aku menyakiti perasaanmu, bukan" ujar Naruto tanpa membela diri. Seolah ada kerikil besar yang bercokol di tenggorokannya.

Ia menutup matanya menggunakan lengan kanan yang menganggur. Sementara lengan kiri menjadi bantalan bagi Hinata.

Ia merasakan pergerakan di ranjang, sebuah tangan lembut mengamit lengannya. Memperlihatkan wajah cantik keturunan Hyuuga yang mata itu sedikit memerah.

Ah, ia menyakiti gadis itu lagi.

"Saat aku jatuh cinta pada Yang Mulia, aku sudah siap merasakan pahit dan manisnya hubungan kita" ucap Hinata halus sekali.

Naruto selalu menyukai sifat Hinata yang selalu lemah lembut.

"Suatu saat membayangkan bahwa Yang Mulia memiliki istri selain diriku, aku sudah siap"

Wajah cantik itu menangis. Naruto bangkit dan merengkuh Hinata yang terisak kecil dalam pelukannya.

"Yang Mulia hanya ingin perdamaian, aku akan menjadi ratumu untuk mendukungmu Yang Mulia" ucap Hinata tersenyum manis, meski ada airmata yang mengaliri pipi.

Naruto mengecup kening lalu beralih ke kedua mata kekasihnya.
"Ya, jadilah ratuku, Hinata Hyuuga" bisik Naruto di telinga Hinata, memberi kecupan singkat yang membawa rona merah disana.

***

Sasuke Uchiha memasuki balai pengobatan, gedung itu nampak lenggang. Ia memasuki ruangan khusus ketua penyembuh.

Karin Uzumaki.

Wanita itu mengenakan kimono merah dengan rompi putih panjang, menandakan identitas sebagai pasukan penyembuh kerajaan.
Rambut merah darahnya diikat, kacamata yang menjadi alat bantu penglihatan wanita itu bertenger di hidungnya.

Hear MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang