SEBELUM BACA, BISA BANTU VOTE DAN KOMEN DULU GUYS🥰
BOLEH MINTA BANTUANNYA JUGA KALO ADA YANG TYPO UNTUK DI TANDAI, TERIMAKASIH.
HAPPY READING💗
••••
Acara semalam membuat Arka telat bangun hingga terlambat pergi ke sekolah. Ini sudah biasa, duduk sebentar di ranjangnya lalu mulai melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk mandi.
kurang dari tiga puluh menit, cowok itu sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia berjalan santai menuruni tangga dengan tas yang menggantung di satu bahunya.
Saat sampi di ujung pintu, langkahnya terhenti. Suara pecahan di belakangnya membuatnya langsung menoleh.
Arka menghampiri benda jatuh tersebut. Bingkai foto Megan yang ternyata jatuh dari dinding. Arka memungut foto Megan setelah menyingkirkan beberapa pecahan kaca. Ia lalu menaruhnya di nakas terdekatnya.
Dadanya bergemuruh, ingatan tentang bagaimana dulu Megan sangat menantikan traktiran liburan bersamanya saat ia selalu memang lomba membuatnya kembali tersulut api dendam.
Karena terlalu terlena dengan kesenangannya, ia jadi menunda balas dendamnya. Setengah bukti sudah di tangannya, malam nanti ia akan kembali mengorek pelakunya sampai dapat.
Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 Arka bergegas keluar dari rumahnya dengan motornya menuju sekolah.
Tak sampai 20 menit, Arka telah sampai di belakang sekolah. Ia sedang malas berbasa-basi dengan satpam di depan dan juga cek cok dengan guru jika lewat depan.
Arka membawa motornya di kedai yang sering menjadi tongkrongan mereka saat bolos. Ia kemudian berjalan ke arah pagar yang cukup tinggi. Berbekal keahliannya dalam memanjat, dengan sekali ancang-ancang ia sudah bisa meraih pagar paling atas.
Arka melempar tasnya ke bawah, ia kemudian langsung melompat ke bawah dengan sempurna karena tumpuan kaki yang kuat.
Mengambil tas yang ia lempar tadi kemudian berjalan santai tanpa rasa takut sama sekali melewati kelas-kelas yang di dalamnya terdapat guru yang sedang mengajar.
Arka sampai di kelasnya. Rupanya kelasnya kosong, tidak ada guru yang mengajar, pantas saja banyak yang nongkrong di depan kelasnya.
Tidak dengan lima temannya, mereka duduk bersila di pojok belakang dengan ponsel miring di tangan masing-masing. Apalagi kalau bukan mabar ML.
Mereka belum menyadari kehadiran Arka. Barulah ketika Arka menarik kursi untuk duduk, Roja tersadar akan kehadirannya.
"Woi Bos!Gua kira lo ga berangkat"
Mereka berempat seketika menoleh pada Arka. Wajah Arka terlihat sangat datar. Kelimanya langsung mengantongi ponselnya dan duduk melingkar di dekat Arka.
"Semalem kemana lo? Kok ga ikut kita?" Tanya Fahmi mengawali.
Tak ada sahutan dari Arka membuat mereka saling tatap. "Lo ada masalah apa Ka? Coba cerita" Vian berkata sembari merangkul bahu Arka yang langsung ditepis oleh cowok itu.
"Gak mungkin bangkrut kan bokap lo?" sambung Fahmi.
"Wah bahaya sih kalo iya, gue ga lagi temenan sama lo" seketika semua menatap Odit yang berbicara.
Odit mengangkat jarinya membentuk huruf 'v'. "Bercanda bro, selow."
Mereka kembali menatap Arka yang masih terdiam. "Gue cuma kepikiran Megan."
Raut kelima orang itu seketika ikut murung, mereka tahu betul bagaimana Arka sangat menyayangi adiknya itu.
"Tentang orang yang udah buat Megan koma itu, lo udah tau orangnya?" Gatra kini buka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPLE A
Teen Fiction[BERESIKO MEMBUAT JANTUNG LEMAH. JANGAN BACA KALO TAKUT MATI MUDA] ••• "Mau taruhan?" "Enggak Kak, maaf" "Jadi pacar gue kalo lo kalah dari gue." "Aku nggak mau Kak," "Pilihannya cuma 'Iya'. Jadi pacar plus pindah ke sekolah gue kalo lo kalah." Pern...