22 : RENCANA ARKA

447 14 0
                                    

| HAPPY READING |

🌪️

Arka menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Ia menatap Hadi dengan motor kesayangannya yang tengah dikendarainya.

Hadi melepas helmnya dan berjalan menghampiri Arka. Ia tahu apa yang dipikirkan lelaki itu. "Sorry, gue ga bilang mau bawa motor lo."

"Kenapa?"

"Gue cuma coba tes aja, apa motor lo itu masih jadi incaran polisi atau engga." Hadi memegang bahu Arka. "Besok, udah bisa lo pakai bebas lagi."

Semenjak menabrak orang hingga menjadi buronan polisi, motornya menjadi terasingkan di garasi. Arka hanya mengangguk kecil kemudian masuk ke dalam rumahnya.

Hadi menatap punggung Arka menjauh. "Semoga keputusan lo, gak buat hidup lo jadi hancur Ka."

Hadi merogoh sakunya mengambil ponselnya kemudian menelpon Andra. Beberapa detik berdering akhirnya panggilan tersambung.

"Halo, selamat siang Om."

"Ya, ada apa Hadi?"

Seperti biasa, Andra memang tidak suka basa-basi. "Hadi cuma mau tanya aja Om."

"Tentang?"

"Keputusan Om buat keluarin motor itu lagi"

"Kamu gak usah khawatir Hadi, saya sudah membayar polisi untuk membebaskan motor itu. Kamu fokus saja menjaga Arka. Urusan itu sudah aman."

"Bukan itu Om."

"Lalu? Apa yang mengganggumu?"

"Saya takut Arka buat keputusan yang salah"

Terdengar helaian napas di seberang sana. "Itu menjadi tanggung jawabmu Hadi. Makanya saya minta kamu untuk jaga dia. Apapun keputusan Arka, saya hanya mau dia baik-baik saja tanpa luka."

"Baik Om, terimakasih"

Panggilan lalu terputus. Hadi kemudian menyimpan ponselnya kembali. Saat mengendarai motor itu tadi, Hadi sengaja mencari titik lokasi Ara berada. Ia hanya ingin tahu seberapa jauh gadis itu tahu tentang penyebab kematian ayahnya. Rupanya gadis tadi cukup mengenali plat nomor motor Arka.

"Tinggal menunggu waktu, semuanya akan selesai."

•••

Lagu Style-Tylor Swift menjadi penyemangat pagi Ara kali ini. Memulai aktivitas dengan mandi pagi, kemudian sarapan roti tawar andalannya yang kini telah selesai dikunyahnya.

Kegiatan yang akan ia lakukan hari ini adalah menjenguk mamanya terlebih dahulu kemudian lanjut bekerja di kedai kue sebagai hari pertama.

Sembari menunggu ojol yang ia pesan sampai, Ara kini tengah mengikat sepatunya. Setelah selesai ia langsung keluar dan mengunci pintu rumahnya.

Ara berjalan keluar gang untuk menemui ojolnya yang telah sampai. Tak banyak basa-basi Ara segera naik. Beberapa menit perjalanan, Ara sampai di tujuan pertamanya.

Begitu melihat gedung di depannya ini, Ara tak sanggup menahan tangisannya. Air matanya lolos begitu saja. Tak pernah ia sangka mamanya akan menjadi seperti ini.

Hatinya semakin teriris kala melihat mamanya tengah di dalam ruangan sendirian. Mamanya terus saja menyalahkan dirinya sendiri atas kematian papanya.

"Ma.."

Ara perlahan mendekati mamanya. Ara mencoba memegang bahu mamanya. Tangannya seketika langsung ditepis.

TRIPLE ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang