Hi!
Maaf jarang update teman teman🙃
Doa in semoga ga molor buat update👊🏻
Okey tanpa basa basii let's goo!!
Tandai kalo ada typo yaa!•••
Di malam yang cukup dingin ini membuat tubuh Ara semakin menggigil kedinginan. Ia merasa sekarang tengah demam. Bibirnya bergetar, tubuhnya terasa sangat lemas untuk ia bawa ke kamar mandi.
Bermodal pegangan tembok di sekelilingnya, Ara meyakinkan dirinya untuk sampai di kamar mandi karena ingin buang air kecil.
Kepalanya terasa sangat berat sekali. Ara merasa sudah tidak kuat lagi ketika mencapai pintu. Tubuhnya seketika ambruk di dalam kamar mandi.
"Akhh.." Kepalanya terbentur ke lantai membuat Ara semakin kesakitan.
Ara mencoba bangun namun usahanya selalu sia-sia. Bahkan untuk menopang tubuhnya saja Ara tidaklah kuat, yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah menangis.
"Apa gue mati aja.. " gumamnya di sela-sela tangisnya.
Semakin lama Ara semakin tersedu. Ia tidak berpikir bahwa itu membuang tenaganya. Bahkan pandangannya kini sudah mulai mengabur.
Rasa lelah bercampur pening di kepalanya membuatnya tak kuasa menahan kelopak matanya yang akan terpejam. Disaat matanya akan tertutup, samar-samar ia mendengar orang memanggilnya.
Brakk!
"Ara!"
"Kamu di mana?!"
"ARAA!!"
Bibir Ara terasa berat untuk dibuka, ia hanya bisa memohon dalam hati. Semoga ada orang yang menolongnya.
Plis jangan! Jangan!! Mohonnya di dalam hati pada matanya yang akan terpejam.
"Ara!!"
Dalam hatinya Ara langsung bersyukur ketika orang itu menemukannya. Ara masih tersadar namun matanya memejam, ia belum melihat siapa orang yang menolongnya. Tapi dari suara dan aroma tubuhnya, Ara sangat mengenalinya.
"Sayangg," Arka berusaha menepuk pipi Ara untuk mencoba menyadarkannya.
Tanpa buang waktu lagi, Arka segera mengangkat tubuh mungil Ara dan membawanya ke atas tempat tidur. Arka segera menyelimuti tubuh yang terasa dingin itu kemudian mengecek suhu tubuh Ara.
"Kamu demam." Arka berjalan ke sana ke mari mencari sesuatu yang bisa untuk meredakan demam Ara.
Ia kemudian menemukan handuk kecil yang tergantung di dekat lemari. Handuk itu bisa ia gunakan untuk mengompres dahi Ara.
Melihat kondisi Ara yang sangat kacau ini membuat Arka sedih dan juga merasa bersalah. Beberapa kali Arka menepuk pelan pipi Ara agar terbangun. Perasaannya semakin khawatir melihat Ara yang tak kunjung membuka mata.
Selesai mengompres, Arka mengambil ponselnya untuk memesan makanan dan obat agar keadaan Ara lekas membaik.
Selagi menunggu pesanannya datang, Arka terus mengecek suhu tubuh Ara. Ia terus membolak balik handuk kecil di dahi Ara agar demamnya cepat turun.
Tak berselang lama pesanannya sudah sampai. Arka bergegas turun untuk mengambilnya. Di bawah, Arka segera menyiapkan bubur pesanannya ke dalam mangkuk beserta obat dan air minum.
Tiba di dalam kamar Ara lagi, ternyata Ara sudah membuka matanya. Gadis itu menatapnya dengan sayu. Arka seketika menyunggingkan senyum manisnya, akhirnya ia bisa bernapas lega melihat Ara yang sudah membuka matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPLE A
Teen Fiction[BERESIKO MEMBUAT JANTUNG LEMAH. JANGAN BACA KALO TAKUT MATI MUDA] ••• "Mau taruhan?" "Enggak Kak, maaf" "Jadi pacar gue kalo lo kalah dari gue." "Aku nggak mau Kak," "Pilihannya cuma 'Iya'. Jadi pacar plus pindah ke sekolah gue kalo lo kalah." Pern...