| HAPPY READING |
••••
Masih dengan rasa kerinduan yang sangat menggebu, Arka berniat berangkat ke sekolah dengan bertujuan untuk mencari informasi tentang Ara melalui ijin yang Ara berikan kepada sekolah.
Tanpa rasa hormat, Arka masuk begitu saja ke ruang guru tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ia berjalan menghampiri meja bu Yasmin, wali kelas Ara.
"Ke mana Ara?" tanyanya to the point.
Semua mata guru sontak tertuju pada Arka. Sementara bu Yasmin menatap Arka dengan tenang. "Maaf Arka, Ibu kurang tau."
Arka mendekatkan tubuhnya pada bu Yasmin dengan tatapan tajamnya. "Jawab jujur atau kehidupan lo bakal selesai?"
Bu Yasmin nampak gugup sembari tangannya menata buku dengan asal. "S-sudah saya jawab Arka. Ibu kurang tau,"
"Lo emang mau main-main sama gue." Arka merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya. Wajah bu Yasmin nampak semakin pucat, ia kemudian berdiri. "Tu-tunggu Arka."
Bu Yasmin meneguk ludahnya kasar. "Ibu memang tak mendapat ijin dari Ara, Ibu mengatakan dengan jujur. Maka dari itu, hari ini Ara dikeluarkan dari sekolah karena tidak ada ijin sama sekali selama kurang lebih seminggu ini. Kami juga sudah mengirimkan surat peringatan kepada Ara namun tak mendapat balasan apapun. Untuk lebih jelasnya kamu bisa tanya langsung kepada kepala sekolah."
Arka menatap tajam bu Yasmin sebelum mengumpatinya. "Bajingan."
Langkah lebar Arka pergi meninggalkan ruang guru menuju ruang kepala sekolah. Sorot matanya mampu membuat semua orang di sekitarnya menyingkir dengan sendirinya.
Brak!!
Pintu yang tak tertutup rapat kini terbuka lebar karena tendangan Arka. Hal itu cukup mengejutkan Pak Erwin yang tengah duduk di mejanya.
"ARKA! DI MANA LETAK KESOPANANMU?!"
"Brisik. Kenapa lo keluarin Ara?!"
Pak Erwin mengatur napasnya. Ia semaksimal mungkin menahan emosinya karena berhadapan dengan Arka. Jangan sampai ia salah bicara yang akan membuat fatal pada kehidupannya.
"Itu sudah menjadi peraturan di sekolah ini Arka."
Arka menatap nyalang pak Erwin. "Siapa yang antar surat ke sana."
"Kebetulan saya sendiri"
Arka menatap lama pak Erwin hingga beberapa menit membuat jantung pak Erwin berdebar tak keruan. "Siapa yang terima surat itu."
Pak Erwin menggelengkan kepalanya. "Rumahnya kosong, saya juga sempat bertanya pada tetangganya. Mereka juga kurang tau."
Arka mengepalkan tangannya. Ia sangat marah karena tak mendapat informasi apapun tentang keberadaan Ara, ia kemudian pergi begitu saja.
Langkahnya membawanya ke parkiran. Tak ada gunanya juga ia di sini.
"Sayang, kamu di mana.." gumamnya dengan menyandarkan tubuhnya di jok mobil, Arka mengacak asal rambutnya.
"LO BRENGSEK RA!! MAU LO APA! KENAPA LO BUAT GUE BEGINI!!" Arka memejamkan matanya meresapi sakit dihatinya karena merasa tidak berarti di mata Ara, padahal dirinya begitu mencintai gadis itu.
Arka memacu Range Rover miliknya ke luar parkiran dengan ugal-ugalan dan kebut-kebutan di jalanan. Semua kemarahannya ia lampiaskan di jalanan, tak segan Arka juga merusak mobilnya dengan sengaja menyerempetkannya ke pembatas jalan. Bahkan ia juga dengan sengaja menabrakkan mobilnya hingga peyok di bagian sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPLE A
Teen Fiction[BERESIKO MEMBUAT JANTUNG LEMAH. JANGAN BACA KALO TAKUT MATI MUDA] ••• "Mau taruhan?" "Enggak Kak, maaf" "Jadi pacar gue kalo lo kalah dari gue." "Aku nggak mau Kak," "Pilihannya cuma 'Iya'. Jadi pacar plus pindah ke sekolah gue kalo lo kalah." Pern...