29 : DEMAM

174 15 4
                                    

Haii!
Selamat malam teman teman!
Semoga kalian masih nungguin cerita ini yaa
Minta tolong kalo ada typo tandain yaa!
Tanpa basa basi, Let's go!!

HAPPY READING

••••

JDUARR!!

Pintu yang tak bersalah menjadi sasaran empuk pelampiasan amarah Ara. Dengan air mata yang tak bisa dibendung, Ara menyandarkan tubuhnya di depan pintu dengan kondisi layar handphonenya yang masih menyala menampilkan sebuah foto.

Bibirnya bergetar sembari meremas ponselnya. "Kenapa harus kamu Kak ..."

"Apa salahku sampai dunia sejahat ini sama aku?"

"Dari sekian juta manusia di bumi, kenapa harus kamu?!!"

Ara menyeka air matanya kasar. "Ini gak mungkin.. Ini pasti mimpi!!"

"INI MIMPII!!"

PLAK! PLAK!

Ara menampar pipinya sendiri memastikan bahwa semua ini bukanlah mimpi.

"ARRGHH!!"

"KENAPA DUNIA SEJAHAT ITU SAMA GUE!!!"

"KENAPA?!"

"KENAPA HARUS LO YANG BIKIN BOKAP GUE GAADA!! KENAPA?!!"

Ara menatap langit-langit atapnya berharap bangunan ini runtuh menimpanya. Baginya, tidak ada gunanya lagi ia hidup.

"Asal lo tau Ka, lo satu-satunya orang yang selalu gue cari sebagai pertolongan." Ara menahan sesak di dadanya.

"T-tapi kenapa malah lo yang buat menderita hidup gue!!"

"Lo brengsek Arka! Lo bajingan!!"

"Gue benci sama lo!!"

"Kenapa kita ditakdirkan bertemu?"

"Kenapa kita saling kenal?!"

"Kenapa juga kita saling cinta?!!"

"Gue benci hidup ini!!"

"GUE BENCII!!"

Ara semakin tak keruan, berbagai umpatan ia keluarkan. Emosinya semakin tak terkendali, ia mengamuk sejadi-jadinya. Semua barang di dekatnya hancur bahkan pecah berkeping-keping.

Banyak orang mengatakan hidup itu harus disyukuri. Tetapi hidup tanpa adanya kedua orang itu, apakah bisa dikatakan hidup?

Orang yang tidak merasakan kehilangan tidak akan tahu betapa semenyedihkan rasanya kehilangan.

****

Sementara di tempat lain, seorang laki-laki yang baru selesai mendoakan makam di depannya ini mulai menaburkan sisa bunga yang masih ada.

Arka menatap lekat nisan itu sembari menaburkan bunga. Mulai dari nama, tanggal lahir, hingga kematiannya terus ia cermati. Semua itu nampak tak asing baginya.

Ingatannya terus berputar mengingat tentang siapa orang ini. Beberapa detik memejamkan mata, Arka menyadari sesuatu dari nama tersebut.

Deg.

Arka menepis kuat tentang pemilik nama tersebut. Ia kemudian mengambil ponselnya dan mencocokkan semuanya. BOOM!! Hasilnya sangat mengejutkan hingga membuat dadanya serasa di tikam.

Arka memukul kuat dadanya beberapa kali untuk mereda sakit tanpa darah itu dengan kuat. Matanya menatap tajam nisan tersebut dengan perasaan emosi.

Arka berharap semua ini adalah halusinasinya karena efek alkohol semalam. Untuk meyakinkan kesadarannya, ia memukul tanah kering di sampingnya hingga tangannya berdarah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRIPLE ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang