31 : DENDAM

74 10 10
                                    

Haloo, gimana kabar kalian?
Di sini lagi ujan, cocok banget buat ngetik hehe
minta tolong kalo ada typo tandain yaa
okedeh, langsung aja cuss baca

HAPPY READING💗

••••

3 hari berlalu keaadan Arka sudah cukup membaik. Bahkan cowok itu kini sudah mengapit sebatang rokok di sela bibirnya.

Arka berdiri di balkon rumahnya dengan pikiran yang terus berkelana tentang pilihan dendam atau asmaranya.

Kedua perempuan itu sangat Arka sayangi dan sangat berarti bagi hidupnya. Bagaimana mungkin ia bisa memilih diantara kedua itu.

Pikirannya terus diserang, membalaskan dendam adiknya yang sangat ia sayangi atau menyelamatkan asmaranya yang mungkin akan membuat Megan di sana merasa tidak tenang karena dendamnya belum terbalaskan.

Setelah berpikir panjang, Arka dengan tekad yang bulat mengambil keputusan beratnya yaitu membalaskan dendamnya. Karena bagaimanapun, dia kehilangan nyawa adik kandungnya dan dia juga sudah berjanji akan membalaskan dendamnya.

"Nyawa harus dibayar dengan nyawa."

Tangan Arka mencengkrang kuat tiang besi yang menjadi pembatas di balkonnya. Ia tak sabar untuk segera membalaskan dendamnya. Dengan cepat Arka masuk ke dalam kamarnya untuk menyusun strategi yang tepat untuk membunuh Arda.

Selesai berkutat di depan laptopnya, Arka beranjak pergi mengambil kunci mobilnya dan turun ke bawah. Matanya menatap kanan dan kiri memastikan tak ada orang yang melihatnya masuk ke dalam ruang bersenjata untuk mengambil pisau dan beberapa botol berisi obat-obatan.

Tanpa Arka ketahui, rupanya Hadi melihat semua yang Arka lakukan. Segera Hadi menghampiri Arka masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Mau buat apa?"

Arka tersentak karena terkejut. "Bukan urusan lo."

Arka segera mengantongi benda tersebut ke dalam jaketnya dan pergi dengan sengaja menabrak bahu Hadi.

Hadi memutar tubuhnya menyusul Arka dan menarik lengan cowok itu. "Itu jelas urusan saya. Saya yang bertanggung jawab atas diri anda."

Arka menatap Hadi dengan nyalang. "Gue mau bunuh Arda."

Mendengar hal itu, Hadi sangat syok. "Jangan gila. Dia cewe lo!"

"Cewe gue cuma Ara, Bukan Arda. Si pembunuh."

"Ka, sadar! Arda itu Ara"

Arka tersenyum kecut. "Big No! Itu kesalahan besar Hadi, Ara yang gue tau adalah Ara yang kehilangan ingatannya. Bukan seorang pembunuh."

Hadi menatap Arka tak percaya. Ia bingung harus mengatakan apa kepada Arka. " Ka, tolong dengerin gue. Apa yang akan lo lakuin itu sebuah kesalahan."

"Gue gak peduli. Gue cuma mau dendam Megan terbalaskan."

"Lo salah Ka, Megan gaakan tenang kalo lo bunuh Ara."

"Oh ya? Kalo itu sebaliknya?" Arka berjalan mendekat dengan pistol yang ia todongkan di kepala Hadi.

Hadi meneguk ludahnya kasar. Pistol itu tepat menempel di dahi Hadi. Arka merunduk dan berbisik di dekat telinga Hadi. "Lo gantinya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRIPLE ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang