08. Langit Sore Dan Kamu

59 10 10
                                    

Halo🐳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo🐳

aku setia menyapa nih. Part 8 hadir, semoga selesai sampai akhir. AAMIIN.

btw, babnya acak-acakan kawand😭 padahal dah benerin berulangkali dari kemarin, capee sekali:) jadi, kalo misal ada yg baca dan kurang nyaman, mohon maaf yaa kawan-kawan, semua di luar dugaanku😌🙏

Selamat membaca, semoga suka🌾✨

📿📿📿

Pulang-pulang dari rumah, Ali langsung mendapat serangan. Dia di berikan tatapan sangat tajam yang berasal dari beberapa orang. Terutama ayahnya, yang saat ini sudah menengok murka, dengan Al-Qur'an di tangan.

Sial! Ternyata keluarga besarnya tengah berkumpul. Mengapa mereka berkumpul tanpa adanya acara?

Dengan hati-hati, Ali menemui ibunya, mencium punggung tangan wanita itu lembut. Namun ketika hendak ke ayahnya, perasaannya terasa ragu, takut kalau tiba-tiba di penggal menggunakan pedang yang sudah 'menunjukkan kehadirannya' di samping sang ayah.

Ayahnya memang pernah menduduki tempat pertahanan kemiliteran di Turkey. Sampai saat ini, kebiasaan menggunakan pistol ataupun pedang selalu menjadi senjata untuk membuat Ali takut.

"Abah, hehehe." Ali cukup gugup, tapi menutupinya.

'Anjir, mati kayanya ni gue.'

Ali meletakkan martabak yang sudah di belinya untuk sang umma, di atas meja.

Kemudian pemuda itu duduk di samping sang kakak perempuan, yang tengah memangku anak bungsunya. Dia menoleh ke arah sang kakak, dengan rautnya; seolah mempertanyakan sesuatu.

"Ali."

"Iya, bah?" Pemuda itu langsung menoleh, menunggu dengan hati tidak tenang.

"Lancang ya kamu? Berani bantah omongan umma?"

Deg!

Tahukan? Jantungnya Ali tiba-tiba berdebar kencang - padahal sang ayah hanya mengucap beberapa kalimat saja.

"Iya abah, maaf."

"Kamu yakin minta maaf? Yakin ada penyesalan di hati kamu itu, Ali?"

Ali terdiam. Tak berani membantah. Bahkan untuk sekedar menoleh; menatap abahnya.

Kemudian, Ayman meletakkan Al Qur'an di meja samping sofa.

"Pakaian kamu kenapa begitu? Habis ngapain kamu, hah? Mau bilang, habis mukul orang? Terus abah sama umma ke kantor polisi lagi, begitu Ali?"

"Enggak abah."

"Lalu? Ali ... abah nggak pernah larang kamu kan? Abah kasih kamu kebebasan, tapi kenapa kamu terus-terusan bikin umma sakit? Mau buat umma makin sakit sama tingkah bodoh kamu, itu?"

"Nikah Yuk!" √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang