09. Taman Adalah Saksinya.

58 9 2
                                    

part 09 hadir, semoga selesai sampai akhir AAMIIN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

part 09 hadir, semoga selesai sampai akhir AAMIIN. Selamat membaca, dan semoga hari ini suka🌾

oh iya, satu hal guys, aku gabisa bikin konflik yg berat. semua ceritaku isinya di isi konflik yg ringan, krna aku mls mikir berat-berat 🤧 jadi, yg cari cerita bermasalah berat, bukan di lapak plupviophile yaa😌

♡⁠(⁠>⁠ ⁠ਊ⁠ ⁠<⁠)⁠♡

“Aku bukanlah matahari yang bisa menghangatkan-mu, aku bukanlah rembulan yang bisa menerangi langkahmu, aku juga bukanlah hujan yang bisa menutupi air matamu. Tetapi aku bisa menjadi sajadahmu — menjadi tempat bercerita setiap saat kapanpun kau mau.” —Pemuda Ali📖

📿📿📿

Saat Hanum dan Omar akan pergi, lengan kecil menahan ujung baju yang Hanum kenakan. Perempuan itu menoleh dengan wajah berseri.

“Ibu negara mau pergi kemana?” tanya Hania, memasang wajah imut yang memang sudah dari tempat aslinya.

“Mbak mau pulang Hania. Ada apa?” Suara Hanum mengalun lembut.

Eumm, temenin Hania sama paman, jalan-jalan yuk, ibu negara! Nanti kata paman, di beliin apapun!" Hania berujar penuh semangat.

Eh? Bagaimana cara Hanum menolaknya ya?

“Mbak, aku duluan ya. Mbak kalau masih mau disini, enggak apa-apa.”

Itu adalah suara Omar. Yang kemudian langsung berjalan pergi sambil melambaikan tangan.

“Nggak boleh lewat Maghrib tapi ya mbak! Awas aja, nanti Omar pasung bang Ali-nya.” Segera, Omar berbalik.

“Ibu negara, ayo, jalan-jalan bareng Hania!” seru anak itu lagi.

Hanum tersenyum hangat, kemudian mengangguk. “Ayo-ayo!”

“Yeay!" sorak Hania kegirangan.

Diam-diam Ali mengangkat jempolnya, memberikan apresiasi kepada Hania yang berhasil pada tugasnya.

“Nah, kita mau kemana nih?”

Hania—kini, tangan gadis kecil itu sudah berada di genggaman tangan Hanum. Mereka berjalan di sekitar taman sambil melirik berbagai jajanan.

“Ibu, ada yang mau di beli?" tanya Ali, kini maju— ikut menyusul langkah Hanum.

“Saya enggak. Oh iya, Hania mau sesuatu?" tanyanya, menunduk ke arah gadis kecil itu.

“Mau-mau! Hania mau beli balon yang disana!” Telunjuk kecil si gadis, mengarah pada pedagang balon yang tengah berjalan kesana-kemari untuk menjualkan barang dagangnya.

“Mau beli sepuluh!” penuturan yang sangat mengejutkan. Ali dan Hanum sampai menoleh syok bersamaan.

“Banyak amat! Lo mau makan balonnya satu-satu, hah?”

&quot;Nikah Yuk!&quot; √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang