05. Buku Takdir

64 8 3
                                    


(♡⁠∀⁠♡⁠)↓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(♡⁠∀⁠♡⁠)

"Allaah, bolehkan aku mencintai ciptaan-Mu yang satu itu?"-H

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Allaah, bolehkan aku mencintai ciptaan-Mu yang satu itu?"-H

•📿📿📿•

Hanum berjalan keluar tanpa mengenakan kerudung yang menutupi kepalanya. Dia menuju dapur, mendekati sang ibu yang tengah memasak pagi ini.

Perempuan itu melihat sekilas keluar jendela — pada langit yang masih gelap, waktu menunjukkan pukul 04.21, matahari tentu belum saatnya hadir.

"Bunda, nanti Hanum pulangnya telat lagi. Jadi enggak bisa bantu bikin kueh."

Alya— ibu Hanum, tersenyum lembut. Menengok ke arah putrinya sebentar sebelum lanjut memotong sayuran.

"Iya, bunda masih bisa bikin sendiri kok. Nanti Omar juga kan bantuin bunda."

Ibu Hanum memang membuat toko kecil-kecilan, menjual segala bentuk bolu atau kueh untuk menambah pemasukan.

Yah— meski gajih Hanum memang belum seberapa, dia belum mendapat sertifikat izin mengajar secara resmi. Jadi untuk gajih, masih terbilang belum 'apa-apa.'

Hanum mengangguk, ia membantu untuk mengolah ikan pagi ini. Sembari terus memasak, kedua wanita berbeda usia itu mengobrol ringan. Membahas hal random yang keduanya punya.

"Udah mau selesai, udah, biar bunda aja. Kamu mending mandi, siap-siap ke sekolah. Sekalian tolong bangunin Omar ya. Anak itu, padahal tadi udah bunda bangunin, pasti tidur lagi dia." Bunda menggerutu, sambil menambahkan toping di atas bolu.

Hanum mencuci tangannya menggunakan sabun yang sudah tersedia di dekat wastafel. Perempuan berwajah kecil dan cantik itu menatap ibunya, kemudian berkata.

"Bunda, Hanum duluan ya.”

"Iya."

Setelah mendapat jawaban itu, Hanum berlari kecil menuju letak kamarnya yang berada dekat ruang keluarga. Sebelum masuk ke kamarnya, dia mampir dulu ke kamar sang adik— yang jarak kamarnya tak jauh dari kamar Hanum.

"Nikah Yuk!" √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang